Yang masih melek, selamat membaca❤️
Mama terlihat sibuk menjahit baju. Fisika diam-diam duduk ngemplok di sisi kiri Mama. Pelan-pelan, Fisika mendekatkan wajahnya lalu mencuri satu dua kecupan di pipi Mama. Dengan manja, Fisika juga menumpukan dagunya di bahu Mama.
"Lagi apa, Mamanda?"
"Kamu nggak lihat atau gimana, Ka? Mama pegang jarum, baju, sama benang. Apa yang dilakukan orang ketika memegang ketiga benda itu?"
"Hehe ... menjahit." Fisika menggaruk kepalanya yang tak gatal. Gagal sudah rencana Fisika yang mau basa-basi dulu sebelum ke inti pembicaraan. "Emmm ... Ma, gimana pendapat Mama kalau Ika nikah?"
Tangan Mama yang tadinya sibuk bekerja jadi terhenti. Mama mendelik pada Fisika, cukup tajam. "Kenapa sekarang jadi bicara tentang nikah?"
"Anu ... cuma mau nanya aja, kok. Hehe ..."
Mama kembali melanjutkan jahitan. "Denger ya, Ka, Mama setuju saja asal tidak membuatmu putus kuliah. Kalau jodohnya udah sampai, ngapain ditunda?" Berdehem sekali, Mama meletakkan jarum kembali ke dalam kotak khusus peralatan menjahit. "Mungkin nanti, Mama nilai dulu laki-laki yang mau nikahin kamu. Kalau lulus seleksi, kapanpun lamarannya akan diterima."
"Mama, Ika murni mau nanya aja. Bukan maksud apa-apa." Fisika nyengir lebar, jemarinya membentuk huruf v romawi. "Suwer, Mama."
"Siapa yang peduli. Yang penting, Mama sudah kasih tau semua syarat menjadi menantu kami." Mama menyampirkan baju yang tadi dijahitnya di lengan kiri, Mama juga menenteng kotak peralatan menjahit. "Lagian kalau melihat dari gerak-gerik, sepertinya kamu sendiri yang ngebet nikah." Setelahnya, Mama melenggang meninggalkan Fisika.
"Ish, dasar Mama sakti." Fisika meraup wajahnya sendiri, menyembunyikan senyum geli. "Tahu aja kalau anaknya keranjingan pengen dihalalin. Hihi ..."
***
Saat menyuap sebiji baso urat lengkap dengan kuahnya, ponsel di dalam tas Fisika bergetar. Sambil mengunyah, Fisika mengambil benda tipis itu.
From Calon Suami :
Pergi kuliah tadi bawa motor sendiri?
Tidak seratus persen baso urat hancur, Fisika langsung menelannya tergesa-gesa. Fisika juga menyedot es tehnya banyak-banyak barulah setelah itu mengetikkan balasan.
To Calon Suami :
Sayangnya iya.
Kenapa? Mau menjemput saya?
Kalau gitu, saya pulang ke rumah dulu antar motor lalu balik lagi ke kampus pake ojol.
From Calon Suami :
Jangan merepotkan diri sendiri.
Rencananya saya memang mau menjemput. Tapi, karena kamu bawa motor, ya sudah.
Hati-hati di jalan. Jangan ngebut, Ika.
To Calon Suami :
Yah ...
Okedeh.
Bapaknya anak-anak juga hati-hati. Jangan ngebut.
Fisika meletakkan ponsel di samping gelas es tehnya. Dalam keadaan senyum-senyum, Fisika melanjutkan makan baksonya. Ah, hubungan Fisika dan Pak Abimanyu sekarang, manis sekali, bukan?
Sambil mengunyah, Fisika menatap sekitar dengan mata berbinar. Hari ini, Fisika sendirian ke kantin. Cici dan Rengganis sedang rapat BEM. Di lingkungan pertemanan mereka, hanya Fisika sendiri yang mahasiswi kupu-kupu. Tidak bergabung dan tidak berniat bergabung di organisasi manapun.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mengejar Cinta Pak Abimanyu [Completed]
ChickLit[Tulisan lama dan belum revisi] Sebagai salah satu warga negara Indonesia, Fisika Ayuwangi tentu memiliki kebebasan mengemukakan pendapat sebagaimana yang tertera dalam Undang-Undang No. 9 Tahun 1998. Dalam hal ini Fisika terapkan untuk menyuarakan...