pt.19

2.9K 99 2
                                        

Happy reading-🐙

Di hari ketiga pertandingan yang dilakukan hanya satu, yaitu voli. Kalau di perhatikan dari awal pertandingan, semua termasuk cabang olahraga ya karena ini pertandingan olahraga antar sekolah yang selalu diadakan sekolah pelita jaya.

Sebenarnya rasyha sangat handal dalam permainan voli, dirinya ingin sekali ikut pertandingan tapi Dimas tak mengijinkan rasyha untuk ikut. Dimas tak ingin terjadi hal yang tak inginkan nya jika rasyha mengikuti pertandingan.

Tapi sepertinya rasyha tak akan menyerah untuk ikut, buktinya saat ini dia sedang memohon kepada Dimas.

"Ayolah dim, gua mau ikut voli ya? Ya? Ya?" Tanyanya harap akan di bolehkan, namun satu kata itu terus terucap berulang kali, membuat rasyha mendengus.

"Kalo gua bilang enggak ya enggak" ucap Dimas penuh penekanan. Dirinya sedang memakai sepatu, bersiap berangkat sekolah, namun pagi pagi begini rasyha sudah merepotkan nya dengan permohonan yang sejujurnya membuat Dimas muak.

"Ish lu mah dari tadi enggak enggak mulu, alasannya apa?!" Kesal rasyha karena dari awal Dimas menjawab tidak beserta kan alasan yang jelas, dirinya terlalu malas untuk menebak nebak alasan yang dimaksud Dimas.

"Gini deh ca, lu sayang gak sama bayi kita? Lu mau ngeliat dia lahir gak? " Tanya rasyha yang buru buru rasyha jawab dengan anggukan.

"Ya mau lah, yakali gak mau" ucap rasyha yang mendapat tatapan malas dari Dimas.

'belom peka ternyata'- batin Dimas.

"Ya justru karena itu, gua sayang dan pengen liat bayi kita lahir. Dengan cara lu ikut voli pasti lu bakalan capek dan itu berpotensi besar buat lu keguguran. Emang lu mau!?" Jelas Dimas sedikit meninggi kan suaranya. Beruntung mereka belum keluar rumah jika sudah, habislah mereka akan di amuk oleh warga sekitar.

Tapi sebenarnya mereka tinggal berdua saja sudah mengundang tanda tanya di benak tetangga, apalagi mereka membahas kehamilan rasyha di tempat umum.

Di arak keliling komplek yang ada.

"Amit amit ya Allah jangan sampe kejadian. Oke dah kaga lagi lagi gua main voli, ngeri berojol duluan, astaghfirullah jangan sampe" ujarnya sambil mengelus perutnya dengan sesekali menyelipkan doa agar bayinya selalu sehat dan kuat di dalam rahim nya.

"Makanya kalo minta apa apa pikirin dulu, beresiko atau enggak. Jangan main mau apa enggak" kata Dimas setelah siap dan mengajak rasyha untuk ke mobilnya untuk segera berangkat ke sekolah.

***

Keduanya sampai di sekolah, nampak sekolah sudah sedikit ramai walaupun sudah lumayan siang untuk jam sekolah biasa, mengingat hari ini dan tiga hari kemarin siswa dan siswi di bebaskan datang jam berapa saja asal tetap menghadiri acara.

Rasyha menggerakkan kepalanya ke kanan dan kiri mencari sosok Rika. Serah sampai di kelas tadi, rasyha tak menemukan sosok Rika di kelas, yang ada hanyalah tas si pemilik.

'Brakk!'

Tiba tiba suara gebrakan pintu terdengar, semua pandangan mata di kelas tertuju pada sosok wanita yang sedang mengatur nafasnya.

Dia segera berlari ke arah rasyha dan berhenti tepat di depannya.

"Lu kenapa sih, kok lari lari gitu?" Tanya rasyha kesal karena kebiasaan sahabatnya ini jika mendapat sesuatu yang baru baginya dia akan berlari dan mencari teman untuk tempatnya bercerita.

"Sumpah aneh gak sih"- gu wa.

"Hosh hosh, tadi gua denger cewek lagi ngobrol gitu gak tau sama siapa kayaknya sih di telfon, hosh hosh dia bilang kali dia mau Dimas balik ke dia lagi, gua gak tau itu bener atau enggak, tapi gua saranin lu harus jaga Dimas baik baik mulai saat ini" jelas Rika dan rasyha hanya merespon dengan tatapan datar tanpa ekspresi. Rasyha bingung reaksi apa yang harus dia tampakan, dirinya merasa takut, cemas, dan penasaran siapa wanita itu.

Bukan menanggapi penjelasan Rika, rasyha justru mengalihkan pandangannya ke tempat duduk Dimas, disana kosong yang berarti Dimas sedang keluar dan tidak mendengar penjelasan Rika.

"Terus gua harus gimana? Bingung mau lakuin apa" ucap rasyha.

Rika mendengus, Rika rasa rasyha tak fokus pada saat Rika menjelaskan kalimat terakhir.

"Duh kan tadi udah gua bilang, jagain Dimas yang bener kalo gak mau Dimas pergi dari lu" geram nya.

Rasyha mengangguk kecil tapi masih dapat di lihat oleh Rika.

"Bagus, ini baru temen gua"

***

Dimas berjalan bersama leo di koridor sekolah, entah mereka mau ke mana tetapi keduanya menikmati perjalanan mereka dengan candaan candaan konyol yang mereka buat sendiri.

"Nih Yo gua mau kasih tebak tebakan. Lu itu kaya sendi, maksudnya apa hayo?" Tanya Dimas sambil menapakkan senyum misterius di bibirnya.

"Hah gua kaya sendi, sendi apa? Sendi engsel?" Bingung leo.

Dimas menggeleng tetap tak ingin memberi tahu jawabannya.

"Sendi pelana?" Dimas tetap menggeleng

"Sendi apaan?" Tanya Leo mulai menyerah karena tak tahu ingin menjawab apa.

"Yaelah Yo baru nebak dua kali aja udah nyerah, gimana mau nebak kode cewek nanti"- gu wa

"Jawabannya sendirian. Hahahaha muka lu Yo asem banget" jawab Dimas dan langsung tertawa ketika melihat kondisi muka leo yang sudah berubah kesal saat dimas memberi tahu jawabannya.

"Sialan lu ya dim, mentang mentang udah pacaran sama rasyha" ucapnya kesal.

Ya, Leo sudah tau tentang Dimas dan rasyha mempunyai hubungan sebagai pacar bukan suami istri. Semua terjadi ketika leo menangkap basah Dimas sedang berjalan beriringan dengan rasyha sambil bergandengan tangan, mulai dari situ Leo sangat cerewet menanyakan kejelasan hubungan antara Dimas dan rasyha. Akhirnya Dimas tak tahan dengan ocehan Leo setiap saat dan menjelaskan hubungan nya dengan rasyha.

Dimas terus tertawa sepanjang perjalanan namun tawanya terhenti melihat ada sepasang sepatu berdiri tepat di depannya. Bukan, bukan hantu ataupun sejenisnya, namun menurut Dimas ini lebih seram dari hantu dan kawan kawan.

"Hai dim, udah dua kali kita ketemu semenjak hari itu" ucap si perempuan.

"Gak usah sok kenal deh lu sama gua" kata Dimas dan berniat untuk menjauh.

Leo menatap keduanya bingung, ini kedua kalinya wanita itu mengajak Dimas berbicara. Leo tak tahu ada hubungan apa mereka berdua, jangankan mengetahui itu semua, mengenal wanita ini saja tidak.

"Lepas!" Ucap Dimas dingin tanpa menatap wanita itu saat tangannya dengan lancang menyentuh lengan Dimas.

"Dim aku pengen ngomong sebentar sama kamu" pintanya yang belum melepaskan tangannya di lengan dimas.

Leo yang mengerti sepertinya ini masalah pribadi segera pamit untuk ke toilet sebagai alasan.

"Dim gua ke toilet dulu ya" tanpa menunggu jawaban leo berlari sambil memegang area bawah seperti sedang menahan buang air kecil, sebenarnya itu hanya akting agar alasannya terlihat lebih meyakinkan di mata Dimas.

Kini tertinggal mereka berdua, Dimas menarik lengannya dari tangan si wanita dan menatapnya tanpa minat.

"Cepet lu mau ngomong apa".

.
.
.
.

Gua up lagi, seneng gak? Gak ya? YAUDAH

Besok gua insyaallah up, kalo gak besok ya Minggu kalo gak Minggu ya Senin kalo gak Senin ya Selasa gitu aja terus jadwal update gua.

Jangan lupa vote ya, komen juga ya-🐙

28 Februari 2020

farasyha Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang