Kenapa?

248 73 121
                                    


You Are My Fate

Now playing : Bolbbalgan4 - Dream

Now playing : Bolbbalgan4 - Dream

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Park Jimin (15 tahun)

—•-•—

Syifa menuruni tangga dengan langkah sedang. Gadis itu sedikit melebarkan matanya, mendapati sosok laki-laki yang tak asing baginya duduk di depan meja makan bersama ayahnya. Gadis itu pun berjalan perlahan menghampiri mereka.

"Syifa-ya. Kemarilah, nak," pinta Daeyon sambil menepuk kursi di sampingnya. Syifa menurutinya dan duduk di samping pria itu.

Pemuda itu tersenyum ke arah Syifa, dan Syifa hanya membalas senyum tipis ke arahnya. Lalu, Daeyon memecah keheningan di antara mereka.

"Jimin-ah, makanlah yang banyak, ya," ucap Daeyon, dan pemuda bernama Jimin itu, menganggukkan kepalanya sambil tersenyum.

"Kamu juga harus makan yang banyak ya, nak," ucap Daeyon pada Syifa. Gadis itu mengangguk perlahan, setelah berdoa dia memulai untuk memasukan beberapa suap makanan ke dalam mulutnya.

Keadaan hening beberapa saat. Syifa sebenarnya masih canggung dengan Jimin. Dan sepertinya akan tetap canggung. Walaupun Jimin nantinya akan menjadi saudaranya. Hal itu tidak akan bisa membuat pandangan Syifa berubah begitu saja. Di matanya, Jimin tetaplah orang asing. Dan, butuh waktu lama untuk dirinya bisa menerima orang lain di dalam kehidupannya.

Mereka makan dalam diam. Hingga sesaat kemudian, Daeyon meletakkan sumpit yang dia gunakan setelah menghabiskan satu mangkuk kimchi. Pria itu menatap Syifa dan Jimin bergantian.

"Oh iya, Syifa. Nanti, kamu berangkat bersama Jimin, ne," pintanya, membuat Syifa menghentikan kegiatannya.

"Kenapa Appa?"

"Anggap saja sebagai pendekatan. Siapa tahu, kalian bisa lebih dekat dan akrab? Maaf, pagi ini Appa harus bertemu beberapa tamu, dan menemui Yoona. Karena hari ini adalah jadwal fitting baju pengantin pernikahan Appa," ucapnya.

Syifa terdiam sesaat. Sakit mendengar kalimat terakhir yang dilontarkan sang Ayah. Namun, apa yang bisa dia lakukan? Syifa hanya bisa diam saja.

"Appa, Syifa bisa berangkat sendiri," ujar gadis itu.

"Tidak, kamu harus berangkat bersama Jimin. Jangan menolak Appa, ne?" ucap Daeyon sambil memakai jasnya yang sempat dilepas dan diletakkan di kursi sampingnya.

Syifa menghela napas. "Baiklah, Appa," ucapnya mengalah.

Daeyon tersenyum, sambil mengusap puncak kepala Syifa. "Appa pergi dulu," pamitnya.

Syifa mengangguk. "Ne," ucapnya.

"Hati-hati di jalan Appa." Jimin menimpali. Daeyon mengangguk. "Kalian juga berhati-hatilah di jalan nanti. Jimin, sekaligus nanti jemput Syifa ketika pulang," pintanya.

You Are My Fate ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang