16. monday

21 8 0
                                    

Terik matahari pagi seakan menyengat kulit wajah,
Aku mendengus kala merasakan panas yang menggerogoti kulit wajah ku. Untung saja tubuhku tak ikut tersengat panas nya matahari karena di lapisi dengan almamater tebal.

Aku menatap ke depan—mengarah pada seorang guru yang menjadi pembina upacara pada pagi ini. Sudah satu jam ia sibuk mengoceh dan yang tak kutahu apa maksud dari perkataan nya.

Kemudian aku mengalihkan pandangan ku pada teman teman ku yang sedang sibuk dengan pikiran dan aktifitas mereka.
Annisa sudah berjongkok dengan menundukkan kepalanya, bheby yang masih betah menatap pembina upacara, Dinda yang sedang asyik mengobrol bersama Andin. Aku tidak tahu apa yang mereka bicarakan, sebab suara mereka setengah berbisik—takut jika guru pengawas akan mendengar mereka berbicara di tengah kegiatan upacara.

Dan setelah satu setengah jam berlalu, aku dan teman teman ku bisa bernafas lega. Sebab upacara sudah selesai, kami langsung pergi menuju kafetaria favorit kami. Memesan minuman dingin yang bisa menghilangkan dahaga akibat upacara tadi.

Kami pun mencari tempat duduk setelah mendapatkan ice blend yang telah di pesan,
Aku menyeruput Boba brown sugar milikku dengan senyuman lebar, sebab seminggu libur aku tidak bisa meminum nya karena bagiku. sugar brown yang di jual di kafetaria ini sangat enak di banding yang lainnya.

Kuarahkan pandangan kepada teman teman ku, tidak ada yang berubah semenjak kami duduk. Semuanya masih diam dan sibuk pada pikiran mereka masing masing.

Pandangan ku terfokus pada bheby yang tersenyum sendiri sembari menatap capuccino milik nya.
"Ada apa?" Tanya ku khawatir saat melihat ekspresi aneh darinya.

Detik berikutnya kurasakan teman teman ku menatap ke arah ku, begitu juga dengan bheby yang sebelum nya fokus pada cup capuccino miliknya.
Ia kembali tersenyum lebar menatapku, "tidak ada.. hanya saja, aku sangat senang karena hari ini kelas melukis ku akan di mulai.." jawab nya seraya mengaduk capuccino nya menggunakan sedotan.

"Sebegitu bahagia nya kau?" Kini Dinda membuka suara dengan kening yang bertaut.
Bheby mengangguk, "ini impianku, sudah sangat lama aku ingin masuk kelas khusus melukis dan sekarang, impian ku menjadi kenyataan.." ucap nya seraya tersenyum lebih lebar kali ini.

Kami kemudian mengangguk, setelahnya suasana kembali hening dengan aktifitas menyeruput ice nya masing masing.

***

Suasana siang yang tidak terlalu terik. Dengan awan kelabu yang menghiasi langit yang menyembunyukan sosok matahari di balik nya.

Aku menyandarkan tubuhku pada pembatas besi, mataku terpejam damai saat angin siang menerpa wajahku seakan menghilangkan semua beban yang bersarang di benak ku. Tentu penyebab utamanya adalah mata pelajaran yang dari tadi pagi tidak berhenti.

Membuat kapasitas otakku penuh dan merasa ingin meledak seketika.
Mataku kembali terbuka saat mendengar suara pintu rooftop  yang berbunyi akibat seseorang membukanya.

Sosok Andin dan Annisa pun muncul dengan masing masing tangan memegang beberapa box kotak yang kuyakini berisi makanan.

"Mari makan.. menu hari ini sangat istimewa.." ucap Andin seraya duduk di sofa lipat yang sengaja di letakkan di rooftop ini.

Aku menyusul dan duduk diantara bheby dan dinda, mengambil satu buah kotak dan membukanya.
Telur balado, ayam bakar, dan kentang goreng. Menjadi menu siang hari ini.

Tidak ada kericuhan yang terjadi selama acara makan berlangsung, hanya ada obrolan ringan yang saling melempar dan kekehan saat Annisa dan Dinda melontarkan beberapa lelucon konyol.

"Omong omong, setelah lulus dari smp, kalian akan lanjut kemana?.." ucap bheby di sela jeda yang terjadi dua menit yang lalu.

Aku mendongak, pun teman teman ku juga melakukan hal yang sama sepertiku. Fokus kami berlari pada bheby yang melanjutkan mengunyah makanan nya.
"Entah lah, aku belum tahu.."
Dinda menjawab seraya mengangkat kedua bahunya.

Aku mengangguk menyetujui ucapan Dinda beberapa detik yang lalu.
"Memang kau sudah memutuskan untuk masuk kemana?" Andin menyambung dengan mulut yang masih penuh dengan makanan.

"Uhm.. sepertinya aku akan masuk ke sekolah kejuruan.. walau aku belum yakin sepenuhnya nya."

"Sekolah kejuruan, kau akan mengambil jurusan apa?" Dinda kini membuka suaranya.
"Busana, aku akan mengambil kelas busana." Jawab bheby kemudian.

Aku masih diam, mengunyah dengan perlahan sembari mencerna percakapan yang terjadi beberapa detik yang lalu.
Sekolah kejuruan. Itu lah yang tertangkap jelas di otakku sejauh ini.

"Akan sangat seru jika kita masuk ke sekolah yang sama lagi.. kita tidak akan berjauhan jauhan.." ucap ku setelah diam cukup lama.

Teman teman ku menatap ku.
Kemudian mereka mengangguk secara bersamaan.
"Ide yang bagus, jika kita semua setuju masuk ke sekolah kejuruan bersama. Kita hanya tinggal menentukan jurusan nya." Timpal Dinda sebelum kembali memasukkan kentang ke dalam mulut nya.

"Gue setuju!.. sepupu gue sekolah di sana. Nanti bakal gue minta formulir nya buat liat jurusan apa aja yang ada di sana." Ucap Annisa seraya tersenyum hangat.

***

Bel pulang sekolah berbunyi dengan sangat nyaring ke penjuru sekolah yang bertingkat tiga ini.
Segera aku membereskan buku buku ku dan meletakkan nya ke dalam tas ransel berwarna pink milikku.

"Kajja.." seru Andin seraya memakai tas ransel nya. Aku ikut berjalan keluar kelas tentu dengan keempat teman teman yang berjalan beriringan dengan ku.

"Kita, berpisah lagi.."
Ucap Dinda seraya mengecek ponselnya.
Kami memang berpisah sebab hari ini ekskul yang kami masuki di mulai.

Aku mengangguk seraya tersenyum lebar,
"Semoga berhasil.. teman teman."

***

Aku duduk diantara murid murid yang sedang mendengarkan pengarahan dari sang pelatih.
Seorang wanita yang kuyakini berumur dua puluhan itu menjelaskan bagaimana lahirnya seni drama di indonesia hingga hal hal yang harus kami ketahui untuk bisa lebih mengenal lebih dalam tentang drama.

"Apa ini membosankan?" Suara berat seseorang dapat kudengar jelas pada rungu ku.
Aku memutar kepala ke sisi kanan ku. Menemukan seorang pemuda yang duduk tenang dan menatap ke arahku.

Aku tersenyum tipis,
"Tidak juga.. hanya aku sudah sedikit tahu tentang sejarah lahirnya drama, aku sudah pernah membacanya di perpustakaan beberapa Minggu yang lalu." Ucap ku seraya kembali menatap ke depan.

Dia mengangguk, pandangan nya juga kembali fokus pada pelatih yang masih setia berbicara panjang lebar di depan.

"Baiklah anak anak, karena ini adalah awal dari kelas drama kita.. bagaimana jika kita memilih drama yang tidak terlalu rumit tetapi asyik?" Tanya nya seraya menatap ke arah kami.

"Drama apa itu, kak?" Tanya seorang perempuan yang duduk tak terlalu jauh dariku.

Wanita itu tersenyum.
"Bagaimana jika kita memulai dengan drama Cinderella?"

**

Cinderella, kurasa itu tema yang tepat. Lagi pula aku sangat menyukai cerita fiksi itu..



GflowsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang