Nafas kasar keluar begitu saja dari bilah bibir ku. Menempelkan kepala pada meja, menutup mata seperti tidak punya gairah untuk tetap hidup. Menyedihkan. Kata itulah yang dapat menggambarkan diri ku sekarang,
"Ada apa dengan mu? Sejak tadi pagi kau selalu murung.. kau sakit?" Suara bheby menginterupsi diantara suara bising yang sedang terjadi di kafetaria tempat kami berada.
Aku mendongak, menatap nya seraya menggelengkan kepala ku. Air muka nya nampak cemas, dengan alis yang bertaut dalam.
"Hanya ada masalah kecil.." jawab ku singkat.Kemudian aku menyeruput brown sugar ice yang sedari tadi tergeletak di meja. Mencoba menghilangkan rasa panas dan sesak yang terus saja bersarang pada kepala ku sejak tadi malam.
Ya, sejak tadi malam hingga kini aku tidak sama sekali berbicara pada mama. Atau lebih tepat nya aku yang menghindari nya. Bangun sangat pagi dan pergi sebelum mama keluar dari kamar nya, agar aku tidak melihat rupa nya.
"Kau yakin kau baik baik saja?" Aku mengarahkan atensi ku pada Dinda. Ekspresi nya sama dengan ekspresi bheby tadi,
"Aku.. bertengkar dengan orang tua ku.."
Mata mereka refleks terbelalak, menatap ku dengan tatapan bertanya bercampur kaget. "Kenapa bisa??" Cicit Andin.Untuk beberapa detik aku mengambil nafas dalam dalam, membuangnya dengan perlahan mencoba membuat tubuh ku rileks.
"Aku.. tidak diperbolehkan masuk ke sekolah kejuruan.." sambung ku.Mereka mengernyit.
"Kau mengatakan nya?" Tanya bheby. Aku mengangguk sebagai jawaban."Tapi kenapa Lo nggak di izinin?.." Annisa membuka suaranya sebelum menyeruput ice capuccino milik nya.
Aku menggeleng. "Aku juga tidak tahu kenapa orang tuaku tidak mengizinkan ku untuk masuk ke sekolah kejuruan. Padahal dia kan belum lihat bagaimana dengan sekolah nya." Jelas ku panjang lebar.
Setelah kata kata itu keluar dari bibir ku, keadaan kembali diam seperti beberapa menit yang lalu. Entah apa yang sedang ada di pikiran mereka masing masing.
"Kau tidak perlu jelaskan baik baik saja pada orang tuamu. Mereka pasti akan mengerti, jika kau menjelaskan nya dengan baik dan di waktu yang tepat." Kembali, suara Dinda menginterupsi dan masuk dengan jelas ke indera pendengaran ku.
Aku mengangguk sebagai jawaban, pun—aku tersenyum manis ke arah mereka yang kini menatap ku dengan penuh harap.
"Baiklah, aku akan bicara baik baik pada mama.. dan terima kasih karena sudah mau memberiku saran." Mereka mengangguk cepat."Harus! Apa kau lupa ya, kau sekarang teman kami.." cela bheby dan merangkul bahu ku.
***
Mataku masih saja betah menatap Beratus huruf yang tercetak rapi pada lembar demi lembar kertas yang tengah ku genggam.
Pun—dahi ku bertaut dalam saat otak ku berusaha mengingat dan memahami semua nya secara perlahan.Waktu istrihat terakhir ku harus sia sia karena rapat dadakan yang di lakukan ekskul drama. Jadi di sinilah aku sekarang, ruang kesenian.
Tidak terlalu ramai, hanya ada pemeran penting dalam drama yang datang dan mengisi gedung ini. Tentu saja aldhra juga berada di sini, entah sejak kapan kami mulai akrab dan dia selalu berada di dekat ku walaupun aku sudah berusaha menjauh.
"Aish kenapa ini sulit sekali." Gerutu ku seraya mengacak rambut belakang ku.
"Ada apa? Apa yang sulit?"
Suara berat itu kembali masuk ke dalam rungu ku. Aku menoleh ke samping kanan ku, menatap nya yang sedari tadi berada di sebelah ku dengan naskah drama yang masih setia digenggam nya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Gflows
Teen Fiction[COMPLETED] "We will really be together again someday ... with enthusiasm ... and also meet our idol one day" Pertemuan yang tidak pernah ku duga dalam hidup ku. Memiliki empat orang sahabat, yang mengubah arah pandang dan kehidupan ku.. pertama san...