💙️ Jas Putih 💙

1.1K 183 42
                                    

"Cinta pertama seorang anak perempuan adalah ayahnya."

💙💙💙

Seorang gadis dengan rambut hitam sepunggung tergerai, melangkah gontai menyusuri koridor menuju kelasnya di lantai dua.

Setelah dari rumah sakit, akhirnya Aurel tiba di kelasnya. Yah, hari ini dia sendirian lagi.

"Selamat pagi, Aurel," sapa Seli dengan senyum ramah sambil memegang sapu ijuk. Teman sekelasnya yang satu ini, sudah berangkat dari tadi pagi karena kebagian jadwal piket.

"Pagi, Sel," balas Aurel lesu.

"Kamu kenapa, Rel? Kok, muka kamu kayak kemeja yang belum disetrika? Nggak sama Syifa?" tanya Seli.

Sebenarnya Aurel itu termasuk anak yang supel, mudah bergaul, dan punya banyak teman.

Tapi, ia terlalu terbiasa bersama dengan Syifa. Jadi, kalau tidak ada Syifa, seperti ada yang kurang.

"Lo, nggak sama Raib?" Aurel balik bertanya, sedikit bercanda.

"Kamu kira ini novelnya Bang Darwis? Hm... Namanya juga Raib, hilang, nggak kelihatan. Hehe."

Yang mereka maksud adalah Raib di seri novel 'Bumi' karya Tere Liye. Kalian tahu nggak?

"Nggak sekalian tanya Ali? Mentang-mentang namaku Seli."

Seli ini termasuk dalam anak yang kurang suka pakai bahasa gue-lo. Tapi, dia bukan dari klan matahari. Oke, abaikan.

Aurel menghela napas kasar, duduk di bangkunya seraya meletakkan tasnya di atas meja. "Syifa nggak berangkat lagi hari ini."

"Kenapa?"

"Kakaknya kecelakaan," jelas Aurel.

"Innalillahi, terus?"

"Ya gitu, deh. Harus di rawat di RS, terus Syifa gak berangkat gara-gara jagain abangnya."

"Jangan-jangan, kecelakaan yang dekat kampus ya? Soalnya, tadi pagi sempet lihat beritanya di TV."

"Iya. Eh, serius sampai masuk TV?" tanya Aurel memastikan.

Seli mengangguk sebagai jawaban.

💙💙💙

Di tempat lain, lebih tepatnya rumah sakit.

Yusuf kembali memejamkan mata, setelah Dokter Haris memberi suntikan bius padanya, karena ia mengeluh merasakan sakit yang luar biasa di bagian kepala, seusai melakukan tes MRI.

Syifa baru saja selesai salat dhuha. Ia meminta pada Rabb nya, semoga kakaknya lekas diberi kesembuhan.

اللَّهُمَّ رَبَِّ النَّاسِ اَذْهِبِ الْبَاْسَ وَاشْفِهُ وانْتَ الشَّافِى لاَ شِفَاءَ اِلاَّ شِفَاؤُكَ شِفَاءً لاَ يُغَادِرُ سَقَمًا.

"Allaahumma rabbannaasi adzhibil ba'sa isyfi anta syafii laa syifaa'a illa syifaa uka syifaa an laa yughaadiru saqaman."

(Ya Tuhanku, Tuhan segala manusia, hilangkanlah penyakit, sembuhkanlah, Engkaulah penyembuhan, tidak ada kesembuhan melainkan kesembuhan dari-Mu, sembuhkanlah dengan kesembuhan yang tidak meninggalkan rasa sakit lagi.)

Doa tersebut adalah hadist riwayat Bukhori dan muslim.

Tak lupa, ia juga berdoa untuk kedua orangtuanya yang telah kembali berpulang.

" Jika seseorang telah meninggal dunia maka terputuslah amalannya kecuali 3 perkara, yaitu sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat dan anak yang sholeh." (HR. Muslim).

💙💙💙

Pertemuan Syifa dengan Dr. Haris membuatnya kembali merindukan sosok ayah. Karena dahulu, ayahnya adalah seorang dokter umum di salah satu rumah sakit swasta di Jakarta.

Itu juga, yang menjadi salah satu alasan mengapa Bang Yusuf mengambil kuliah S1 kedokteran.

Ia berharap, abang satu-satunya itu bisa lulus kuliah, koas, kemudian menjadi seorang dokter seperti ayahnya.

Kalian tahu? Bagi Syifa, ayah adalah sosok yang menjadi idola. Beliau selalu menjaga dan melindunginya. Ia berharap, bahwa suaminya kelak akan seperti ayahnya.

Semasa ayah Syifa masih hidup ia pernah bertanya pada ayahnya, "Mengapa jas dokter berwarna putih, Yah?"

"Karena, warna putih adalah warna yang melambangkan kebersihan dan kesucian. Serta, warna putih adalah warna kesukaan Rasulullah," jawab ayahnya lembut seraya mengusap rambut putrinya.

Begitulah, filosofi di balik jas putih seorang dokter versi ayah Syifa.

Syifa juga teringat dengan Tante Kanaya dan Kaf, istri dan anak Dokter Haris.

Dulu, saat masih kelas satu SD, Syifa dekat dengan mereka. Meski, Kaf terkadang sangat menyebalkan saat dia masih TK.

Ah, bagaimana sekarang dengan Kaf? Pasti dia sudah besar seperti halnya Syifa.

Dulu, Syifa lebih tinggi dari Kaf. Apakah mungkin sekarang Kaf yang lebih tinggi darinya?

Sudah lama sekali mereka tidak bertemu.

Nama anak Om Haris sebenarnya adalah Kahfi. Namun, Syifa lebih suka memanggilnya Kaf, karena menurutnya itu lucu, seperti salah satu huruf hijaiyah. Dan sebaliknya, Kaf memanggilnya Fa.

💙💙💙

"Syifa!" Tubuhnya terhubung ke belakang, hingga hampir jatuh akibat pelukan kedua sepupu kembarnya.

"Ya Allah! Mbak Salma, Mbak Salwa! Jangan kenceng-kenceng meluknya, Syifa gak bisa napas," ucap Syifa.

"Habisnya, kita kangen banget sama kamu. Iya 'kan, Wa?" ujar Salma sang kakak.

Salwa si bungsu melepas pelukannya. "Iya, bener. Toh, kamu juga lama nggak ke Semarang lagi, Syif!"

"Gimana keadaannya Yusuf, Nduk?" tanya Pakde Hasan.

Hari ini keluarga dari pihak Ayah datang ke Jakarta, untuk menengok keadaan keponakannya. Siapa lagi kalau bukan Syifa dan Yusuf.

"Ya, begitulah. Kata dokter, Mas Yusuf amnesia."

"Lho, amnesia itu beneran ada toh?" tanya Budhe Yanti tak menyangka.

"Emang kejadiannya bagaimana, Syif? Sampai Mas mu itu bisa kecelakaan?" tanya Pakde Hasan, beliau adalah kakak ayah Syifa.

"Katanya sih, ada truk yang remnya jebol, terus gak sengaja dari arah berlawan nabrak Mas Yusuf yang waktu itu pulang dari kuliah,"

Innalillahi wa innalillahi rojiun, sang supir truk nya meninggal di tempat kejadian, sedangkan Yusuf masih sempat dilarikan ke rumah sakit setelah kehilangan banyak darah.

💙💙💙

Assalamu'alaikum, readers.

Apa kabar, semua? Semoga selalu diberi kesehatan oleh Allah SWT.

Aamiin. 💕

Hijab in School [END]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang