33|💙 Bakso dan Duta Shampo 💙

278 74 35
                                    

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم

اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ

"Masalah perasaan tak sesederhana yang dibayangkan. Seperti Matematika yang perintahnya menyederhanakan, prosesnya terkadang sulit dan melelahkan, namun jawabannya harus ditentukan."

💙💙💙

Keadaan perpustakaan sangat hening. Kevin menyumpal earpods di telinga, lalu mulai mengerjakan soal yang ada. Kepalanya mengangguk-angguk kecil menikmati melodi yang keluar, mulutnya sesekali bergumam tanpa suara, mengikuti lirik lagu.

Matanya sedikit melirik ke samping. Dahi berkerut dan tampang serius Syifa saat mengerjakan soal terlihat lebih menarik daripada soal di depannya.

Krucukk.

"Pfftt..." Kevin menahan tawanya sekuat tenaga. Ia memakai earpods dengan musik pelan, sehingga ia masih bisa mendengar bunyi seseorang yang keroncongan.

Uh, malu-maluin banget sih. 

"Udah, ketawa aja, nggak usah di tahan," ucap Syifa pasrah.

Setelah mendapat izin, tawa renyah itu akhirnya meledak. Kevin mengelap ujung matanya. "Haha, ayo cari makan!" ajak Kevin.

"Nggak usah," tolak Syifa. Namun, suara perut Syifa kembali berbunyi. Seketika Syifa ingin menghilang, tenggelam dalam Segitiga Bermuda.

"Males banget, nyeret orang pingsan gara-gara kelaperan. Ayo!" ajaknya berbaik hati sembari menutup lembaran kertas soal latihannya. sebenarnya perutnya juga keroncongan.

"Boleh, deh," ringis Syifa dengan wajah memerah. Saking malunya, ingin sekali ganti wajah dengan operasi plastik. Tapi, tentu saja tidak sungguhan.

Wajar perutnya lapar, hari sudah siang. Apalagi setelah dirinya lelah berkutat dengan deretan angka. Mem yang tepat.

Setelah bimbingan persiapan Olimpiade beberapa jam, rasanya otaknya sudah berasap dan butuh istirahat.

"Lo mau makan apa?"Kevin melayangkan tatapan tanya.

"Terserah," jawab Syifa.

"Ck, bisa nggak sih, kali ini jangan kayak cewek kebanyakan," gerutunya kesal.

Syifa menautkan kedua alis hingga hampir menyatu. "Maksudnya?"

Kevin kembali berdecak. "Jawaban kok, terserah. Emang lu mau kalau kita makan batu?"

Syifa menyilangkan tangan di depan dada. "Bisa nggak sih? Lo jadi cowok peka, jangan kayak cowok kebanyakan, langsung sebut pilihannya aja!" Syifa membalikan perkataan Kevin.

Tapi mending sih, nggak cuma diingetin, tapi diajak makan.

Terus nih ya, orang yang suka ngingetin makan, tapi nggak diingetin minum itu maksudnya apa? Biar seret terus mati gitu?

"Oke, kita ke situ." Telunjuk Kevin mengarah ke gerobak bakso di sebrang sekolah.

Syifa duduk di atas kursi plastik. "Bakso ya sama es teh."

Hijab in School [END]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang