💙️Einstein Class💙

2.6K 453 253
                                    

"Jangan banyak gaya kalo nggak mau hidup tertekan."

💙💙💙

Aurel sudah sampai di rumah Syifa, sahabatnya ini hanya sendirian. Katanya kakaknya lagi pergi beli obat untuknya. 'Nggak ketemu kak Yusuf deh,' keluhnya.

Aurel sangat bersyukur masih memiliki orangtua yang lengkap, pasti papa dan mama Aurel akan meluangkan waktu untuk menjaganya saat sedang sakit di tengah kesibukan mereka.

Ia merasa seperti lebih beruntung daripada Syifa yang kedua orangtua nya sudah tiada.

"Syifa, lo nggak suka kimia kok masuk IPA sih?" tanya Aurel.

"Ssttt.. Orang temen sakit kok yang ditanyain itu." Suara Syifa pelan.

Sekarang Aurel sedang di kamar Syifa. Aurel duduk di samping Syifa yang berbaring dengan selimut tebal.

"Gue cuma nggak mau aja lo tertekan masuk IPA,terus sampai sakit."

"Gue masuk IPA bukan buat gaya. So, nggak usah khawatir, lagi pula gue suka Biology sama Fisika kok," terang Syifa.

"Tapi Fisika tuh sering gagal fokus deh," ucap Aurel.

"Kok gitu sih?"

"Iyalah, misal ada tangki berlubang. Bukannya ditambal atau diperbaiki, malah dihitung kecepatan aliran airnya," papar Aurel.

"Kayak waktu ada apel jatuh, malah sibuk ngitung masa, gaya, dan percepatannya gitu.. Bukannya dicuci terus dimakan.. Hahaha."

"Btw, Lo sakit apa? lo ternyata bisa sakit ya?" tanya Aurel polos.

"Emang lo kira gue Fir'aun, nggak pernah sakit?" jawab Syifa tersenyum.

Melihat Syifa baikan Aurel ikut tersenyum. "Ya, kirain gitu Syif."

"Sakit itu bisa gugurin dosa, kalo gue sakit mungkin Allah suruh gue supaya mau bersyukur kalo lagi sehat."

Sebenernya Aurel pengen
cerita tentang murid baru yang gantengnya melelehkan .Tapi nggak jadi, kayaknya Syifa lagi butuh banyak istirahat. Pikir Aurel.

"Iya, get well soon ya. Gue mau pulang, udah sore nih," pamit Aurel.

"Makasih udah jenguk.
Hati - hati ya." Syifa ingin mengantar Aurel sampai kedepan rumah tapi badannya masih lemah.

💙💙💙

Syifa jatuh dari tempat tidur. "Aarghh..,sakiit...!"

Dia meringis kesakitan dan segera bangun. Jam dinding dikamarnya menunjukkan pukul 02.00 pagi.

Tiba - tiba suara merdu terdengar. Lantunannya begitu menyejukkan jiwa dan menggetarkan hati.

"Suara apa sih itu?" Syifa kecil berjalan mengikuti asal suara. Ternyata berasal dari kamar Bunda.

Syifa kecil mengintip dari balik pintu. Bunda tampak sedang membaca Al-Qur'an di sudut kamar. Ia merasa heran.

Larut malam begini. Bunda baca Al-Qur'an? Yang benar saja.

"Bunda..!" Syifa memutuskan untuk menghampirinya.

Bunda menoleh dan tersenyum. "kok, kamu nggak tidur?"

Syifa menggeleng kepala. "Tadi aku jatuh dari kasur. Bunda ngapain baca Al-Qur'an larut malam begini?"

"Syifa tahu? Di sepertiga malam rahmat Allah turun. Dan, Allah berjanji seperti yang tertulis di hadits, bahwa Allah akan mengabulkan segala permintaan orang yang berdoa pada saat itu," jelas bunda lembut.

Syifa merenung. Selama ini dia sering melewatkan waktu - waktu itu, tapi bunda mengincarnya?

Syifa juga ingin....

Syifa beranjak mengambil wudhu. Mengambil mukena, dan dengan niat ikhlas karena Allah, dia tahajud. Angin malam sepoi - sepoi mengiringinya dalam kekhusyu'an.

Setelah itu, Syifa mengambil Al-Qur'an. "Yaa ayyuhal muzzammil. Qumil-laila illa qolilla. Nishfahuu awinqush minhu qolilla. Awzid'alaihi warrattilil qur'āna tartiilaa...."

"Hai orang - orang yang berselimut (Muhammad), bangunlah (untuk shalat) pada malam hari, kecuali sedikit (daripadanya), (yaitu) seperduanya atau kurangillah dari seperdua itu sedikit atau lebih dari seperdua itu. Dan bacalah Al-Qur'an dengan perlahan - lahan...."

Bunda tersenyum melihat putrinya shalat tahajud. Setiap ayat yang dibaca, laksana membuat seluruh alam bergetar, mengagungkan kekuasaan-Nya. Suasana hening, hanya terdengar lantunan ayat Al-Qur'an. Bunda tenggelam dalam belaian kasih-Nya dan kesejukan dihati.

💙💙💙

Hijab in School [END]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang