💙️Dokter Haris 💙

1.2K 204 71
                                    

Matahari pagi telah kembali menyapa, menggantikan rembulan dan gelapnya malam.

Syifa mengambil ponsel pintarnya di atas nakas, lalu membuka sebuah aplikasi chat, WhatsApp.

Aurel Cantik
Online

Assalamualaikum, Rel.
Tolong, buatin surat izin ya!
Hari ini Syifa gk masuk.
06.00

Oke.
06.01

Yaudah, nnti gue mmpir RS dlu deh.
06.03

Makasih, Rel.
06.05
(dua centang biru)

***

Syifa mengabari Aurel bahwa ia tidak masuk sekolah untuk hari ini, hati dan pikirannya sedang kacau sekarang. Akan lebih baik, ia menemani kakaknya di rumah sakit.

Ah, kalau kalian tanya kenapa namanya Aurel Cantik. Itu Aurel sendiri yang nulis di kontak Syifa waktu awal kelas sepuluh. 

Pernah Syifa ganti sih, tapi diganti lagi oleh Aurel.  Jadi ya, biarin aja lah. Biar dia seneng gitu.

***

Beberapa menit kemudian, Aurel telah sampai di rumah sakit.

"Syif, ini ada nasi goreng buatan nyokap gue, lo makan ya!" Aurel menaruh sekotak bekal di atas meja.

"Makasih, nggak usah repot-repot," lirih Syifa.

Aurel menatap seorang Syifa yang terlihat berbeda dari biasanya.

Ada lingkar hitam di mata Syifa seperti milik panda, dan wajah Syifa sangatlah pucat. Pasti efek dari semalaman menangis, Aurel yakin itu.

"Atau gue ikut nggak berangkat aja ya? Buat nemenin lo," ujar Aurel.

"Kalo lo gak berangkat,
nanti yang izinin Syifa siapa?"

"Oh, iya juga ya. Ya udah deh, gue sekolah dulu ya, jangan lupa dimakan Nasgornya jarang tuh Mama gue masak sendiri."

"Iya, makasih. Semangat ya sekolahnya! Cepet gih! Nanti telah lho," ujar Syifa sebelum Aurel pergi.

💙💙💙

"Kakak saya mau diapain, Dok?" tanya Syifa saat melihat seorang dokter dan beberapa perawat ingin membawa kakaknya.

Dokter itu membalikkan badannya, beliau bukanlah dokter yang sama saat kemarin memeriksa kakaknya.

Tapi entah mengapa, Syifa merasa familiar dengan wajah sang dokter.

"Saya Haris, dokter spesialis neurology yang akan menangani kasus kakak kamu," jelas dokter bernama Haris itu.

"Kamu Syifa 'kan?" tanya dokter.

"Iya, saya Syifa. Kok, dokter bisa tahu nama saya?"

"Saya teman almarhum ayah kamu, kamu lupa sama Om?"

Syifa mencoba mengingat, tapi tak menemukan ingatan apapun tentang beliau.

Syifa menepuk jidatnya, ia baru ingat sekarang, "Oh, om Haris, suaminya tante Kanaya? Ayahnya Kafi? Aduh! Maaf ya Om, tadi Syifa gak ngenalin."

Hijab in School [END]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang