Edelweis LameraEdelweis Lamera merupakan putri tunggal dari pasangan suami istri Bimo Sukatja dan almarhumah Ratna.
Ia hanya tinggal bersama ayah karena sang ibu sudah berpulang menemui Tuhan mendahuluinya.
Gadis yang tengah menempuh pendidikan di SMA Permata itu sekarang tengah duduk di bangku kelas 12 dan hampir menyelesaikan pendidikannya.
Sepulang sekolah, biasanya Edelweis bekerja paruh waktu di salah satu cafe yang terletak di pusat kota.
Sebelum berangkat kerja gadis yang saat ini berusia 17 tahun itu senantiasa menyempatkan diri untuk menengok ayahnya yang bekerja di salah satu ladang milik tetangga.
Hanya untuk sekedar memastikan beliau sudah makan atau belum Edelweis sampai rela bolak balik setiap hari.
Niatnya, sih, siang ini ia mau langsung ke tempat sang ayah bekerja, tapi ditengah perjalanan perutnya tiba-tiba terasa melilit, ia pun memutuskan untuk singgah sebentar di rumah yang bisa dibilang kurang layak pakai.
Di sepanjang jalan menuju ke rumahnya, disaat Edelweis mencoba menahan rasa sakit perutnya, gadis itu malah teringat cowo yang baru ditemuinya di perpustakaan sekolah pagi tadi.
Ia kembali mengingat wajah asing yang terlihat sangat tampan ketika tengah serius membaca buku di salah satu kursi perpustakaan.
"OK LEE MIN HO KW BERSIAPLAH LO GUE KEJAR, HAHAHA" batin Edelweis tertawa puas.
Perlahan kedua ujung bibirnya terangkat, ia terkikik geli sendiri mengingat betapa bucinnya dirinya itu, namun tiba-tiba senyum yang semula menghiasi wajahnya sirna digantikan wajah terkejut yang begitu ketara.
"Ayah!" Teriak Edelweis bak orang kesetanan seraya menghampiri ayahnya yang terlihat duduk lemas dibawah pohon tak jauh dari tempatnya mengayuh sepeda.
"Sayang?" tegur Bimo dilanjut dekapan hangat pada anaknya guna menguatkan.
"Ke-kenapa rumah kita, yah?"
"Pemerintah yang memintanya Edelweis, kita sebagai rakyat kecil harus menerima" ujar salah satu warga yang bernasib sama seperti keluarganya.
"Tapi kita ngga boleh diem aja! Kenapa ayah ngga ngomong sama Edelweis dari kemarin coba?! Kenapa, yah?"
"Ayah ngga mau lihat kamu sedih, sekarang kamu ambil barang kita yang masih bisa diselametin, ya"
"Edelweis ngga mau, yah! Ayah pungutin aja barang rongsokan kaya gitu sendiri, Edelweis cape habis sekolah"
Memberontak adalah salah satu bentuk dari pelampiasan Edelweis terhadap masalahnya.
Gadis itu pergi meninggalkan ayahnya yang terus memanggil-manggil namanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
LIVING WITH MY ENEMY [SEGERA TERBIT]
Novela Juvenil⚠️[SEDANG DIREVISI!!!!!]⚠️ Sabiru tuh seperti lampu sen dan Edelweiss itu ibu ibu, jadi mereka ngga bakal bisa bersatu When Sabiru Farizal Harison si gangster berotak Einstein mengenal gadis petakilan bernama Edelweiss. Kehidupan keduanya tak pernah...