47. RAGU

693 63 17
                                    

Polisi baru saja menangkap siapa pelaku tabrak lari yang Anton maksud, cowo itu benar-benar ngebuktiin perkataannya karena sekarang orang suruhan Bunga sudah ditahan saat mencoba kabur ke luar negeri, sedangkan Bunga sendiri terus mengelak meski polisi sudah memiliki cukup bukti.


Okelah kembali lagi hanya money yang berbicara.

"Gue ngga pernah main-main sama janji, maka dari itu lo jangan coba-coba buat kabur dari gue setelah semua terungkap" ujar Anton memperingati Edelweis.

Edelweis yang terlalu malas bicara hanya mengangguk pura-pura paham.

Drt..

Ponsel Edelweis yang harganya ngga seberapa itu tiba-tiba berdering membuat sang empunya bergerak meraih benda itu asal.

"Halo"

"Wis, Biru, Wis.."

Edelweis terkejut setengah mati saat mendengar suara Kyla menyebut nama Biru, Edelweis tau Kyla tengah berada di rumah sakit sebab ia sempat berpapasan dengan gadis itu didepan ruang Ezra.

"Ton, gawat! Lo harus anterin gue sekarang juga ke rumah sakit!" Edelweis berteriak panik seraya memutus sambungan telepon secara sepihak.

Anton menggeleng "Ngga, gue ngga ijinin lo pergi"

"Ini soal Biru, gue mohon"

"Lo itu cewe gue, kenapa masih sibuk mikirin cowo lain, sih?!"

"Sekali ini aja gue mohon"

Mau tak mau Anton akhirnya mengalah, ngga ada salahnya, kata Edelweis juga sekali ini doang, kan.

Di sepanjang perlanan Edelweis terus memaksa Anton untuk mempercepat laju mobilnya.

Udah tau lagi panik, Anton malah sengaja bawa mobil dilambat-lambatin, kesel.

Sampai di parkiran rumah sakit, Edelweis langsung berlari, jarak yang ngga seberapa itu mendadak jadi kerasa jauh banget, seperti berkilo-kilo meter.

Air matanya sudah luber kemana-mana, lagi-lagi bercampur dengan ingus.

"Please, Ru, dengerin suara hati gue!"


Tak ada yang mampu Edelweis lakukan selain merapal doa di sepanjang jalan.

"Edelweis!" Kyla melambai saat melihat sahabatnya itu datang.

"Gimana, Biru?" Tanya Edelweis penasaran.

"Dia barusan melewati masa kritisnya, Biru sehat lagi, Wis"

Bukannya ikut tersenyum senang, Edelweis justru semakin terisak, ia tak bisa membayangkan bagaimana ekspresi Biru ketika ia tau kini dia sudah jadian sama cowo lain, Anton. Teman Sabiru sendiri.

Kyla menyenggol lengan Edelweis saat ekor matanya tak sengaja manangkap sosok yang tak begitu ia kenali ikut muncul disana.

"Lo yang bawa dia kesini?" tanya Kyla berbisik.

Edelweis mengangguk "Sorry, gue ngga bisa ketemu Biru dulu. Nanti tolong kabari gue gimana keadaannya, La"

"Wis, gue tau posisi lo lagi sulit, tapi apa lo yakin?"

"Gue yakin, gue mau liat Eja aja, dia juga sahabat gue"

Anton tetap mengekor dibelakang Edelweis, Edelweis bahkan tak sempat menyapa Jesi karena takut perasaan bersalah itu muncul lagi.

Sekuat apapun Edelweis meyakinkan diri kalo semua ini demi Biru dan Ezra, maka akan semakin kuat pula angin menghembuskan perasaan bersalah itu muncul di hatinya.

Edelweis merasa sudah mengkhianati Biru walaupun tidak ada ikatan apapun diantara keduanya.

"Sekali lagi gue minta maaf, Ru.."

----

"Wis, kita mau jenguk Ezra, lo ikut ngga?"

"Engga dulu, deh, salamin aja walaupun Ezra belum bangun tapi pasti dia denger, kok"

"Oke, deh, ntar kita salamin"

Sepulang sekolah Edelweis berpisah dengan Kyla dan Dela di gerbang sekolah.

Sebenarnya Edelweis kangen banget dengan wajah terlelap Ezra, tapi dilain sisi ia juga masih tak berani bertemu Sabiru ataupun keluarganya disana.

Fyi, Bunga udah ketangkep sama polisi dan dia dihukum 3 bulan. Sedangkan orang suruhannya Edelweis tak terlalu paham.

Hanya uang yang berbicara.

Hubungan Edelweis dan Anton semakin kesini semakin terungkap ke publik, membuat beberapa netizen tergugah hatinya untuk mengatai Edelweis tidak tau diri karena meninggalkan Biru disaat seperti ini.

"Ayo sayang, kita pulang" sapa Anton dengan ceria seperti biasa.



















Buntu parah ini otak, see u:3

LIVING WITH MY ENEMY [SEGERA TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang