11. BOLOS 2

1K 89 6
                                    

"Lo ganti baju disini aja, gue mau boker"

Sabiru melesat pergi ke kamar mandi tanpa menunggu jawaban Edelweis.

Edelweis yang masih berdiri di tempatnya tekikik geli, bagaimana tidak, dia baru saja melihat secara langsung wajah tersiksa seorang Sabiru karena gairahnya sendiri.


Perlahan terdengar suara shower yang dinyalakan dan dengan isengnya Edelweis mendekat ke arah pintu lalu berteriak disana.


"Linu ya, Ru?! Kalo butuh bantuan lo manggil gue aja hahahaha!"


Setelah puas meledek Sabiru, Edelweis lantas mengganti pakaiannya tanpa berpindah tempat toh ia yakin banget kalo Sabiru ngga bakal selesai dalam waktu cepat.


Kasian juga sih sebenarnya lagi sakit malah main air.


Tapi ngga papa deh asik juga ngerjain tuh es batu.


Saat melipat handuk dan hendak berbalik tiba-tiba ia merasa tangannya ditarik oleh seseorang masuk ke dalam kamar mandi.


"E-eh!" Pekik Edelweis saking kagetnya.


Sabiru langsung mengunci tubuh Edelweis tepat di samping pintu.

"Jadi gimana? Mau bantuin gue?" Tanya Sabiru dengan senyum miring andalannya.

Sumpah kalo ngga dalam kondisi seperti ini Edelweis mungkin akan terpesona, tapi untuk sekarang sepertinya tidak, entah kenapa ditatap kelewat horror seperti ini Edelweis malah ngeri sendiri.

"H-hah gue bercanda sumpah" ujar Edelweis ciut seraya menggelengkan kepalanya cepat.

"Kalo gitu lo cukup liatin gue"

"Oh no! Mata gue masih suci biarin gue keluar, oke?" Balas Edelweis dengan tatapan memohon.

Melihat bibir Edelweis yang bergetar sontak membuat Sabiru tiba-tiba ingin melumatnya saat itu juga.

"Lo sendiri yang mancing-mancing gue, jadi jangan salahin gue kalo kali ini gue bakal main kasar" bisik Sabiru tepat disamping telinga Edelweis.

Jantung Edelweis berdetak cepat saat Sabiru semakin memajukan wajahnya mendekat, ia bahkan bisa merasakan hembusan nafas hangat Sabiru di wajahnya.

Sabiru mulai menutup mata namun tiba-tiba.


"SABIRU! EDELWEIS!! MAMA BAWA CEMILAN BUAT KALIAN!"

Lalu terdengar suara kunci yang dibuka dari luar, sontak Biru langsung memundurkan kepalanya dan mendorong Edelweis keluar dari kamar mandi.

"Loh kamu ngapain didepan kamar mandi, Wis?" tanya tante Jesi saat melihat Edelweis berdiri mematung dengan raut yang sulit diartikan.


Edelweis berusaha keras memutar otak mencari alasan, lantas kedua matanya melihat seonggok handuk yang tadi sempat ia jatuhkan di depan pintu sebelum ditarik Sabiru.


"I-ini tadi Biru minta handuk tan hehe"

"Biru ngapain? Mandi?"

"Enggga tante cuci muka aja, kok"


"Yaudah nanti kalo udah keluar suruh dimakan, ya, baru keluar dari oven, nih" tante Jesi menaruh nampan yang dibawanya di nakas.

"Edelweis udah boleh keluar belum, tan?" Tanya Edelweis mengalihkan pembicaraan.


"Boleh sih, tapi ada baiknya kamu temenin Biru aja dulu disini, udah mandi, kan?"


"Udah sih tante"


"Yaudah stay disini bentar, ya? Tante mau belanja bulanan"

Jesi lantas keluar dari kamar Biru, tak lupa ia juga menutup pintu dan kembali menguncinya dari luar.

Edelweis menghembuskan nafasnya lega.

"Hampir aja..."

"Mama bawa apa?"

Deg.


Sabiru tiba-tiba muncul dari belakang membuat Edelweis tersentak kaget.

"Kue"


"Lupain yang tadi, sekarang lo pijitin gue, gue ngantuk mau tidur"

Dengan santainya Biru lalu tiduran dengan menjadikan kedua lengannya sebagai bantal.


Enak bener ngomong lupain, lo kata gue ngga hampir jantungan tadi hah ferguso?!!


Mau tak mua Edelweis menurut, dari pada tuh bocah ngamuk lagi, kan, kasian lagi demam ntar malah darah tinggi.

Karena merasa bosan, Edelweis ikut ketiduran juga di samping ranjang Sabiru dengan tangan yang masih setia menempel erat kaki Biru.

Merasa tak nyaman dengan tidurnya, Sabiru lalu bangun dan betapa terkejutnya dia saat mendapati Edelweis juga tiduran disamping kakinya.

Merasa tak enak ia lalu bangkit berdiri dan mengangkat tubuh ramping Edelweis naik ke kasurnya.


"Ngrepotin aja lo curut" gumam Biru sambil menutupi bagian paha Edelweis yang tersingkap karena bajunya terlalu pendek.

Sabiru memilih membuka laptop untuk mengerjakan tugas sambil memakan kue yang dibawa mamanya tadi.

Dua jam berlalu, Sabiru melirik Edelweis saat merasa kasurnya tiba-tiba bergerak. Dan benar saja rupanya gadis itu kini telah membuka mata sambil menatapnya tak berkedip.

"Kenapa? Baru nyadar gue ganteng?" Tanya Sabiru sarkas.

Edelweis mengerjap saat tindakannya barusan diketahui oleh sang empu.

"Siapa yang mindahin gue ke kasur?" Gumam Edelweis pelan yang memilih mengabaikan pertanyaan sinting Biru.

"Gue, kenapa?!" Sabiru berhenti sebentar "Maksudnya gue yang nyuruh pak Giro buat ngangkatin lo, gue mana mau mengotori tangan"

Bibir Edelweis tersenyum penuh arti. Sebenarnya gadis itu tau kalo Sabiru bohong, lagian pintunya kan dikunci, jadi pak Giro lewat mana? Menembus tembok? Ngaco.

"Dasar kembarannya Garaga!" Umpat Edelweis bersungut kesal, ia lalu membalikkan tubuhnya memilih melanjutkan tidur. Kapan lagi ya, kan, tidur di kasur orang ganteng begini.

LIVING WITH MY ENEMY [SEGERA TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang