53. TERUNGKAP

768 57 9
                                    

Edelweis langsung dilarikan ke rumah sakit terdekat, mereka tak sempat jika harus membawanya ke rumah sakit kota.

Akan memakan waktu cukup lama tentu saja.

Sabiru tampak mondar-mandir di depan ruang IGD, pikirannya tengah kacau sekarang, ia membayangkan kalau saja tadi dirinya tak ikut para polisi itu datang kemari, mungkin Edelweis sudah dihabisi nyawanya oleh si bajingan yang kabur.

Dokter yang memeriksa Edelweis sudah keluar sekitar 10 menit yang lalu dan berpesan agar ia  tetap mengawasi gadis itu selama masa pemulihannya.

Bukannya langsung masuk ke dalam biru malah tetap berdiam diri diluar bingung harus berbuat apa.

Biru mengambil duduk di salah satu kursi tunggu. Entahlah, ia butuh waktu untuk memilih tindakan seperti apa yang akan ia ambil.

Pergi dari sini lalu meninggalkan Edelweis sendirian tanpa keluarga?

Atau menungguinya sampai dia bangun dan mengatakan dengan percaya diri kalau Biru baru saja menyelamatkan nyawanya?

Ah, sepertinya itu terlalu lebay, daripada nanti dia jadi buronan polisi kaya si bajingan yang belum ditemukan itu, lebih baik ia bertahan disini saja.

Biarlah rindu ini yang berbicara.

Setengah jam berlalu, Biru menggeram frustrasi. Ternyata keinginannya untuk melihat keadaan Edelweis lebih besar daripada tetap bertahan diluar seperti patung selamat datang begini.

Perlahan tapi pasti, Biru lantas mendorong daun pintu itu ke dalam, dan secara otomatis suara isak tangis seseorang perempuan langsung memasuki indra pendengarannya.

"Wis.. lo kenapa? sebelah mana yang sakit?" sontak saja Biru lari tergopoh-gopoh seraya memberondong Edelweis dengan berbagai pertanyaan.

"Bi-biru?"

"Iya ini gue"


"Jadi gue selamat?"

Sabiru mengangguk cepat membuat Edelweis lantas menghembuskan nafas lega.

"Kenapa lo bisa ada disini?"


"Waktu polisi nerima telepon dari warga sekitar sini gue juga lagi di kantor polisi"


Edelweis hanya menghembuskan nafas pasrah, Biru yang melihat itu buru-buru mengelus lengan si gadis perlahan.

"aAnton jahat" lirih Edelweis merasa putus asa.


"A-Anton siapa yang lo maksud?"


"Temen lo, siapa lagi"

Sabiru mematung di tempat berusaha untuk berpikir hal yang positif.



"Jadi yang nyulik lo Anton?!"


Air mata Edelweis kini mulai berjatuhan, ia tak kuasa membayangkan bagaimana sikap Anton kepadanya selama ia menjadi tawanan.


"Wis, lo nangis?" tanya Sabiru dengan bodohnya.

Biru emang pinter dalam urusan pelajaran tapi tidak dengan perempuan.


Edelweis tak bergeming, gadis itu sibuk melamun memikirkan hal apa yang telah ia lakukan hingga Anton tega menyakitinya.


Sedangkan dilain hati, Biru tampak merasa gundah gulana memikirkan perasaannya yang tak kunjung parkir pada tempatnya.

Meminta Edelweis jadi pacarnya? Sepertinya itu bukan gaya Sabiru.

Lalu seperti apa? Tetap bersikap cuek seolah ia tidak merasakan perasaan apa-apa?.


Tentu saja itu lebih menyakitkan, bung..



Tidak ada salahnya mencoba dan semoga kali ini keberuntungan berpihak kepadanya.


"Wis, jadi pacar gue, ya?"


Edelweis terkesiap, telinganya masih waras, kan? Perasaan ia tak memiliki gangguan pendengaran atau yang lainnya tapi yang tadi itu.. apa?


Biru barusan nembak?!!



Eh kok nembak? Apa sih itu namanya menyatakan perasaan?


Anjir udah disurga ae gue.


Padahal belum tentu itu beneran atau sekedar prank.


Perlahan Edelweis melirik Biru, ia takut ini hanya halusinasinya semata.



Kondisinya memang tengah tidak baik tapi hatinya justru berkata lain, ia kini kembali merasa bagaimana rasanya berbunga-bunga.


"L-lo serius?" Tanya Edelweis memastikan.


Biru mengangguk, "Gue ngga mau ada yang nyakitin lo lagi, tetap di samping gue, ya?"


"Lo juga harus janji ngga boleh ninggalin gue. Gue takut.. "


Biru mengangguk lagi "Jadi sekarang kita-?" Biru sengaja menggantungkan kalimatnya.


"Jadian?" sambung Edelweis membuat Biru terkekeh beberapa saat.

Mereka berdua pun tertawa bersama tanpa tau ada sesuatu yang mengintai keduanya.

























Aku kira td pagi udh up ternyata belum.. maap nih telat bgt:"

sayang kalian banyak banyak duh:3

LIVING WITH MY ENEMY [SEGERA TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang