3. BIRU

1.9K 128 5
                                    

Sabiru Farizal Harison




"Oh jadi lo sodara baru gue?" Sabiru berkata demikian lengkap dengan lirikan matanya yang tajam.

Edelweis menatap Sabiru yang berjalan mendekat tak berkedip.

"Jangan bilang lo anaknya tante Jesi? Iya?"

"Kalo iya kenapa?" Tanya Sabiru menantang.

"Hah?! Y-ya ngga papa lah" mendadak jantungnya memompa darah dengan begitu cepat, jadi sekarang dia tinggal serumah sama most wanted SMA permata?!

Edelweis memalingkan wajah sambil merutuki diri sendiri 'ayo Edelweis inget diri napa lo sekarang itu numpang di rumah orang, oke?'.

"Lo lagi ngga ngapa-ngapain kan?" Tanya Sabiru mengalihkan pembicaraan.

Edelweis menggeleng, mendadak firasatnya memburuk.

"Ikut gue" Sabiru berbalik pergi meninggalkan kamar yang sekarang ditempati Edelweis.

"Hahh?!"

"Ngga usah hah-heh hah-heh, buruan" melihat belum ada pergerakan dari lawan bicaranya, terpaksa Biru puter balik cuma buat narik tangan Edelweis.

Gadis itu sedikit tersentak, tapi Edelweis pikir ngga papa deh ditarik gini yang penting sama sama pegangan hihi, batinnya cekikikan.

Lagi asik-asiknya menikmati momen yang menurutnya romantis tiba-tiba ia merasa tangannya dihempaskan ke udara begitu saja membuat Edelweis tersadar dari jalur halunya dan kembali ke dunia nyata.

"Kasar bener, sih, jadi cowo!" Pekik Edelweis kesal seraya mengelus pergelangan tangannya yang memerah. Ya maklum, tadi kan Biru emang megangnya agak kenceng gitu tapi si  Edelweisnya aja yang kesenengen makanya ngga peduli. Tapi sayang, nyerinya itu loh baru kerasa, njir.

"Sekarang lo beresin buku-buku itu tuh yang berantakan" tunjuk Sabiru ke sekelilingnya.

Edelweis melotot tak terima. Tempat apa ini? Karena ada banyak sekali buku Edelweis mengira ini ruangan semacam perpustakaan.

Tapi yang benar saja tenaga cewe disuruh beresin semua ini? Mana sendirian lagi. Wah nantang gelut ini orang.

Kalo tau begini mah nyesel gue tadi muji dia ganteng.

"Rumah lo habis kena tornado apa gimana John? Serius gue nanya" ujar Edelweis penasaran.

"Kena semburan lahar panas! Tuh serius gue jawab" ketus Sabiru enggan menanggapi.

Edelweis melipat kedua tangannya dipinggang menatap Sabiru jengkel.

"Lo itu kalo ngga niat buat minta tolong ya udah ngga usah!"

"Siapa juga yang minta tolong gue kan nyuruh lo, lagian juga ini rumah gue jadi bebas dong lo mau gue apain" jawab Sabiru enteng.

Ini cowo ganteng ngeselin juga ya lama-lama.

"Bebas gundulmu! Gue ngga semurah itu" Edelweis balik badan berniat pergi melarikan diri.

"Lo anak ips, kan? yakin ngga mau gue kasih bocoran soal ulangan?" Tawar Sabiru mencoba menggoyahkan iman seorang pengabdi contekan dan segala tetek bengeknya.

Kedua mata Edelweis berbinar. Dengan gerakan seribu bayangan gadis itu lalu menarik Sabiru ke salah satu kursi santai yang ada disana.

"Lo duduk aja, oke?! Biar semua ini gue yang beresin, tenang aja gue emang cewe tapi untuk sekarang tenaga gue setara sama kuli bangunan, kok" ujar Edelweis bersemangat seraya menunjukkan otot lengannya yang sebenarnya ngga seberapa itu.

Sabiru menatap aneh gadis yang entah nyokapnya ambil darimana.

Tapi saat menatap wajah bersemangatnya hal itu membuat Sabiru perlahan ikut tersenyum juga.

Kalo boleh jujur Biru sebenarnya ngerasa ngga enak ketika sempat menangkap basah Edelweiss yang kerap kali kedapatan tengah meniup-niup pergelangan tangannya yang merah saat tak sengaja kesenggol buku atau ngga sengaja menabrak ujung rak.

Tapi gadis itu bener-bener ngebuktiin ucapannya, ruangan udah setengah beres tapi ia belum mengeluh sama sekali.

Perlu diacungi jempol juga itu tenaganya.

Tengah asik menikmati wajah tersiksa Edelweis, tiba-tiba Sabiru mendengar sebuah teriakan maha keras dari luar.

"Kak Sabiiiii!!!!!"

Kampret. Spontan Sabiru yang jarang mengumpat itu sekarang tidak tahan menahan umpatannya.

Di dunia ini memangnya siapa lagi yang manggil dia dengan panggilan konyol itu alias -hanya mengambil nama bagian depannya saja- kalo bukan keponakannya yang sempat mengundang tornado di perpustakaan pribadinya yang sekarang tampak menjelma jadi kapal pecah.

Deva namanya, tapi Sabiru lebih suka manggil dia anak Dajjal karena menurut Biru kelakuan Deva yang sering diluar nalar itu bener-bener bisa bikin stroke.

"Kak Sabi whereeeee??!!!!"

Suara teriakan itu terdengar semakin mendekat, Sabiru pun buru-buru melompat ke depan ikutan sok sibuk beresin buku sambil jongkok, padahal mah dia cuma ngga mau ketauan lagi memperbudak Edelweis aja.

Entah kenapa disaat yang bersamaan Edelweis malah menunduk berniat mengambil buku yang lain hingga membuat tatapannya bertabrakan dengan Sabiru.

Mereka berdua sama-sama diam, saling larut dalam indra penglihatan lawan jenisnya.

Bahkan salah satu dari mereka sampai tak menyadari suara pintu yang dibuka paksa.

"ONTIIIIIIIII LIAT NIHH KAK SABIIII LAGI MESRA-MESRAAN DIATASSS!!!!"

Sabiru mendelik dan sontak memundurkan kepalanya disusul Edelweis.

LIVING WITH MY ENEMY [SEGERA TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang