28. ALDI

861 84 0
                                    

Setelah berganti pakaian dengan seragam pelayan, Edelweis menyusul Meli yang tengah di dapur.

Kali ini ia pergi tanpa berpamitan kepada siapapun, semenjak kemarin malam moodnya memang sedikit sulit diajak berdamai.

"Wis, kenapa pas lo masuk auranya langsung berubah gitu, ya?"

Edelweis menatap Meli lewat sudut matanya. Emang, ya, pekanya itu anak melebihi Pak Fandi, guru BK di sekolahnya.

"Berubah gimana?" Edelweis balik nanya.

"Ngga tau, kaya suram aja gitu" ujar Meli tanpa menatap ke arah Edelweis sedikitpun.

"Lo kata gue orang mau mati yang bawa aura suram, ha?"

"Ya ngga gitu, lo habis patah hati?" Tanya Meli penuh selidik. Jangan salah, orang model begitu kalau kepo bisa melebihi host acara gosip di TV.


"Tau aja lo biji karet"

"Hah, serius lo patah hati again?"

Edelweis mengangguk lemah, persis orang udah ngga punya semangat hidup.

"Sama siapa? Yang kemarin? Katanya dia bukan siapa-siapa"

"Ngga gituu-"


"Ngobrol mulu kalian" potong Aldi yang tiba-tiba masuk dengan senampan piring kotor.


"Gue ngga ngobrol. Meli, tuh, nanya terus" Edelweis menunjuk Meli menggunakan dagunya.

Sesaat Aldi pergi ke wastafel menaruh piring kotor yang barusan dibawanya sebelum cowo berambut cepat itu bergabung ikut ngerumpi.

"Ini loh Al, Edel lagi pa-"

"Aldi, Meli, Edelweis! Kalian ini mau kerja apa arisan?!"

Ketiga pelayan yang namanya barusan dipanggil Pak bos itu kompak cengengesan.

"Astaga, Pak, baru juga masuk ke dapur" ujar Aldi beralasan.

"Meli, saya liat-liat kamu betah banget disini? Lagi pedekate sama Chef Arnold?!" Tuduh Tora— bos mereka.

Meli menggelengkan kepalanya berkali-kali "Chef Arnold kan udah punya istri, buset dah"

"Ya siapa tau aja kamu sekarang sukanya sama yang udah punya istri"

Meli melotot, kalo aja yang barusan ngomong itu bukan bosnya pasti dia udah ngumpat, tuh, ngeluarin seluruh kata-kata mutiara.


"Ngga gitu juga Ya Allah"


"Makanya kerja! Jangan arisan terus"



"Iya bos" balas Aldi, diikuti anggukan Meli dan Edelweis.




Sepeninggal Tora, Aldi kembali ke depan. Sedangkan Meli justru ngelanjutin acara wawancaranya terhadap Edelweis.



"Jadi gimana, nih, soal kejelasan hubungan lo sama si orang kemarin?" Tanya Meli dengan menegaskan kata orang kemarin.



"Kejelasan gimana? Kan udah jelas gue sama biru ngga ada apa-apa"



"Gue tau lo bohong kali, Wis"



"Tau, ah, gue mau kedepan aja"



"Iya udah sana, lo temenin aja, tuh, si Aldi. Kasihan, lagi berjuang sendirian dia"



"Lo ngomong apaan, sih, Meliii ngga jelas, deh"



Edelweis beranjak pergi meninggalkan Meli yang terkekeh menanggapi kalimatnya.



Tak terasa jam sudah menunjukkan pukul 10 malam, Edelweis dan teman-temannya yang lain mulai bersiap untuk menutup cafe.



"Lo yakin ngga mau ikut gue?"



"Ngga usah, jauh tau"



"Yaudah, lo di anter sama Aldi aja. Dia kan cowo, pasti berani"



"Ngga, ah, gue ngga mau ngerepotin siapa-siapa" tolak Edelweis lagi.



"Aldi ngga bakal ngerasa direpotin lo, percaya deh sama gue"



"Ngga papa Mel, gue sendiri aja"



"Ngga baik cewe malem-malem balik sendirian, sama gue aja" sela sebuah suara yang begitu Edelweis kenali.



Aldi sudah duduk di atas motornya tepat di samping Meli dan Edelweis yang berdebat.



Akhirnya Edelweis menurut, ia menerima uluran helm dari Aldi. Setelah naik di jok belakang, mereka pergi menjauhi cafe meninggalkan Meli yang tersenyum masam di tempat.



Selama perjalanan, Edelweis nemusatkan pikirannya untuk memutar otak, berusaha mencari jawaban yang pas untuk pertanyaan orang rumah.



Tapi kalo dipikir-pikir, kayaknya masih mending di sidang tante Jesi sama om Bram, deh, daripada ketemu Sabiru, nyeseknya bakal kerasa lagi pasti.



"Masuk perumahan D'garden, ya, rumah warna putih di tikungan ketiga" ujar Edelweis menyebutkan alamat rumah Sabiru. Ya habis mau turun dimana lagi, kan dia ngga punya rumah.




Aldi mengangguk— hal itu bisa Edelweis lihat dari helmnya yang gerak-gerak.




"Makasih udah nganterin" Edelweis berkata sambil melepas helm.




"Sama-sama, ngga usah sungkan" balas Aldi lengkap dengan senyum lebarnya.



"Yaudah, gue masuk dulu"



Tak berselang lama setelah Edelweis berbalik, suara deru motor Aldi terdengar pergi menjauh dan dari sana Edelweis tau kalo Aldi udah balik.



"Lo balik sama siapa?"

LIVING WITH MY ENEMY [SEGERA TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang