49. BYE WORLD

732 67 24
                                    

"EZRA HARUS BANGUN! GUE NGGA MAU TAU, EZRA HARUS BANGUN!!"


"Tenang, Wis, kontrol emosi lo"


Edelweis lalu terdiam dengan nafasnya yang memburu seiring dengan dadanya yang bergerak naik turun.



"Sabar, kita semua juga ngerasa kehilangan, tapi lo harus kuat" bisik Kyla pelan, berharap agar Edelweis juga merasakan kesedihannya.


Saat dokter keluar membawa berita yang sangat tidak ingin didengar, Edelweis langsung menerobos masuk ke dalam mendahului siapapun.



"Ja, lo denger gue, kan?! Buka mata lo sekarang atau gue blok nomor, lo?!" ancam Edelweis terhadap sesosok raga yang kini terbujur kaku, sungguh ia menyesal tak banyak menenani Ezra disaat-saat terakhirnya.




"Ezra!! Maafin mama, ya, sayang, mama ngga bisa bahagiain kamu" Fiola sontak menubruk Ezra dari sisi yang berlawanan dengan Edelweis.



Diikuti om Dandi di belakangnya yang juga tampak berusaha menahan setetes air mata yang memaksa keluar.



Kyla sudah menangis sesegukan, sedangkan Edelweis bahkan tak tau harus menangisi Ezra atau dirinya sendiri yang tak mampu membalas perbuatan baik sahabatnya itu.



Edelweis hanya bisa mematung, ia benar-benar tak tau harus berbuat apa selain berteriak memaksa Ezra untuk bangun.



"Tante tenang aja, Ezra pasti bentar lagi bangun kok— AYO, JA, LO BANGUN, BUKTIIN KE MEREKA SEMUA KALO LO ITU KUAT!" setetes air matanya keluar diiringi tetesan-tetesan yang lain. Edelweis kini menangis lebih keras dari siapapun.



"EZRA, LO DENGER GUE, KAN? GUE YAKIN SERATUS JUTA PERSEN KALO ANAK OSIS DAH KANGEN LO, TERMASUK GUE, AYO BANGUN"



Kyla maju kedepan, dia meraih bahu Edelweis pelan "Biarin Ezra istirahat, Wis, dia cape dengerin lo ngomel. Lo inget, kan, Ezra bakal marah-marah kalo lo teriak kaya gitu di kelas?"



Kyla benar, Ezra selalu memelototinya ketika Edelweis dengan sengaja berteriak heboh di kelas tanpa sebab mirip orang kesurupan.



Maka dari itu sekarang pun sama, Edelweis berharap Ezra bangun dan memelototinya seperti biasa.


"Gue ngga takut lagi sama mata lo! Lo harus nunjukin pelototan terbaik lo, Ja!"




"Wis, kita keluar dulu, ya, biarin keluarga ngurus jenazahnya"



"JANGAN GILA, KYLA! EZRA MASIH HIDUP, DIA ITU SELALU BILANG KE GUE DIA AKAN BERBUAT BAIK KE SEMUA ORANG SAMPE TITIK DARAH PENGHABISAN—"




"Ezra udah berbuat baik ke semua orang sampai akhir hidupnya, karena dia juga yang udah ngelindungi gue disaat ada mobil lain yang melaju ke arah mobil kita dengan kecepatan ekstra"



Edelweis terkejut melihat Sabiru yang duduk di atas kursi roda tepat di ambang pintu dengan tante Jesi di belakangnya.



"Tante, Biru turut berduka cita"



Fiola mengangguk paham, ia lantas berjalan ke arah Sabiru dan memeluk anak itu erat.



Dear tante Fiola.. jujurly, Edelweis juga mau dipeluk Biru kaya gitu.


Astaga dragon sadar, Wis!



Edelweis mendekat ke arah tubuh Ezra yang telah membeku "Selamat beristirahat superheronya semua orang "



Kyla tersenyum simpul menatap Edelweis yang mulai lebih tenang dari sebelumnya.


Gadis itu pun mengajak sahabatnya untuk pulang sebelum Edelweis kembali berteriak histeris, ia takut hal itu hanya akan menambah kesedihan tante Fiola dan suami.



Saat melewati pintu, Edelweis tersenyum ke arah tante Jesi "Tante, maaf, Edelweis akan berkunjung lain kali" bisik Edelweis pelan.



"Iya, sayang, ngga papa, besok Biru udah boleh pulang, kok"



Edelweis mengangguk sekilas, ia lantas menarik tangan Kyla pergi menjauh.



Kyla mengantar Edelweis sampai di depan tempat kostnya yang terletak di seberang rumah Ezra.



Ia tak mungkin terus berada disana sementara besok jenazah Ezra akan dikebumikan.



Edelweis harus memutar otak dan berpikir bagaimana caranya dia pergi dari sini.


"Wis, kenapa ngalamun? Masuk sana gue mau ngabarin Dela"



"Hah, engga. Yaudah makasih, ya"



Kyla menekan klakson sekali sebelum melajukan mobilnya pergi menjauhi pelataran rumah Ezra.



Saat berbalik, Edelweis terkejut bukan main ketika mendapati seseorang yang tidak ingin ditemuinya, Anton.



"Kamu mau tau siapa yang udah bunuh Ezra?" Anton mengangkat sebelah alisnya ke atas.



Edelweis benci orang seperti ini, berlagak tau segalanya.




"Please, gue lagi ngga mau bercanda" gumam Edelweis membuat Anton mengerang.



"Aku ini pacar kamu, Edelweis!"



"Gue ngga pernah nganggap lo, asal lo tau itu"



"Kurang ajar juga ya, kamu, ngga sia-sia aku hilangin Ezra kesayangan kamu itu dari muka bumi ini"



Seketika Edelweis melotot, tangannya dengan cepat memukul-mukul dada Anton dengan bringas.



"Pukulan kamu sama sekali ngga berasa"

"BAJINGAN KAMU, ANTON, BAJING—"

brukkkk!!

Anton memukul bagian belakang kepala Edelweis hingga membuat gadis itu hilang kesadaran.

"Lo kira gue bakal biarin lo keliaran setelah lo tau rahasia besar gue? Ngga segampang itu, jalang!"






















Jadi ini alasan aku ngga suka bikin konflik karna pasti ngga memuaskan..

Buat yang udah ngga mau lanjut ngga papa..


Aku rapopo..

LIVING WITH MY ENEMY [SEGERA TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang