40. EZRA BERAKSI

873 79 8
                                    

Berkali-kali Edelweis memantapkan hati didepan sebuah gedung mewah tempat acara tunangan Sabiru dan Bunga di gelar.

Berkali-kali juga Ezra berusaha menguatkan hati Edelweis yang sekarang tampak lebih labil.  Setelah pernyataan cinta dadakan itu, nyatanya acara ini tetap berjalan sesuai rencana.

Btw Edelweis juga udah cerita ke Ezra soal pernyataan dari Sabiru, bukannya ngasih solusi apa gimana tapi tiba-tiba aja Ezra malah ngilang ngga tau kemana, terus tadi dia bilang, dia datang kesini membawa sesuatu yang besar.

Mau sampe ratusan kali nanya pun Ezra tetep bungkam.

"Gue mau pulang aja, deh, pasti didalem mengandung bawang"

"Lo serius mau pulang dan ngga mau menyaksikan sesuatu besar yang gue maksud?" alis Ezra naik turun menggoda kekepoan Edelweis yang sudah mendarah daging.

"Makanya kasih spoiler, kek, biar gue mau masuk"

"Halah, ngga pake spoiler spoiler segala dah, yuk" Ezra buru-buru menarik tangan Edelweis sebelum gadis itu balik badan lalu berlari untuk pulang, huh pasti akan sangat merepotkan.

Setelah mengisi daftar hadir, Ezra kembali mendumel di sepanjang koridor menuju aula tempat acara berlangsung.

"Pokoknya lo ngga boleh gagalin rencana gue kali ini, Wis"

"Terserah lo deh ya, Ja, gue tau aja kaga rencana lo apaan"

"Makanya lo cukup jangan berbuat yang aneh atau mencurigakan, selama gue ngilang nanti, lo harus bareng Kyla sama Dela biar kalo lo pingsan, ada mereka yang jagain"

Edelweis mendorong kepala Ezra kebelakang, mohon maaf nih, ya, emang ngeselin parah tuh anak.

"Lah,gue serius, dah, ah, jaga sikap lo. Udah dandan cantik gitu harus keliatan anggun juga" kata Ezra sok menasihati.

Edelweis kembali mencibirnya, tau apa dia soal etika menjadi gadis anggun.

Masa bodo, ah, toh ngga ada yang lagi di taksir di ruangan ini, ehmm tentu saja terkecuali calon tunangan Bunga a.k.a Sabiru hehe.

"Wis, lo dateng?" Kyla tampak menghampiri Edelweis antusias.

Edelweis mengangguk mantap, ia tak punya alasan buat ngga dateng.

"Mana Dela?"

"Biasa, jalan sama doi"

Oke. Maklumi. Bukankah wajar saja Dela jalan bareng doi, mungkin Dela sudah memaafkan dan menganggap masalah kemarin hanya angin lalu.

Biarin aja, lah, palingan nanti kalo disakiti lagi nangis-nangis lagi dia ke Edelweis sama Kyla.

Suara dari sang pemandu acara mulai bergema menyuruh seluruh tamu undangan untuk mendekat ke arah panggung menyaksikan acara pertukaran cincin yang sebentar lagi akan berlangsung.

Musik mengalun perlahan mengiringi jalannya acara, tak berselang lama setelah MC memanggil nama Sabiru dan Bunga dengan lantang, muncullah muka tak bergairah Biru berbanding terbalik dengan Bunga yang tampak lebih bersemangat.

"Eh, Ezra mana?" Kyla melihat ke kanan dan kirinya panik.

Edelweis mengangkat bahu "Ke toilet kali"


"Aelah, gimana, sih, tu bocah acara inti dah mau mulai malah keluyuran" Kyla mendengus.

Edelweis sudah berniat untuk berbalik pergi, apalah arti pengakuan Sabiru kemarin jika ternyata hari ini dia malah bertunangan dengan orang lain, sudahlah mungkin emang udah takdir cintanya bakal bertepuk sebelah tangan.

Saat Edelweis berbalik, Kyla sontak menahan lengannya, "Wis, ngapain si Ezra berdiri di sana?"

Edelweis pun mengurungkan niat, dia ikut memandang ke arah yang ditunjuk Kyla.


Disana Sabiru tampak sudah bersiap menerima kotak cincin bludru berwarna merah yang disodorkan mamanya.


Tapi sebentar, bukan itu yang ditunjuk Kyla, gadis itu justru menunjuk tukang sound di sebelah kiri panggung.

"Gue bayar lo berapa pun kalo lo bisa bantuin gue"

Suara orang berbincang terdengar jelas lewat spiker dengan volume keras menggantikan suara alunan musik yang sebelumnya diputar.


Hening.


Semua orang diam, tampak menunggu kalimat selanjutnya dan penasaran dari mana suara itu berasal.


"Gue mau Edelweis, deal?"

Edelweis mendelik saat mendengar namanya disebut, siapa orang dalam percakapan tersebut? Tanyanya penasaran.


"Terserah lo, yang terpenting Biru bisa jauh dari gadis miskin itu"

"Oke, apa rencana lo?"

"Gue bakal pura-pura hamil dan ngadu ke bokap—"

"STOP!! APA-APAAN INI?!" Bunga berteriak marah memotong suara rekaman dirinya. Seperti dugaan, rekaman itu berhenti.

Semua orang tampak terkejut, Edelweis ikut menatap Bunga tak percaya, Kyla sudah memegang lengan Edelweis menguatkan.


"KELUAR LO?! SIAPAPUN YANG UDAH FITNAH GUE!!" Teriak Bunga marah.

"Fitnah?" Suara tenang Sabiru seketika menyela, membuat Bunga semakin panik dibuatnya "Fitnah dari mana? Bahkan tukang cilok di depan sekolah aja tau barusan itu suara lo"

Bunga tak menggubris Sabiru, dia melanjutkan aksi protesnya bak orang kesurupan "WOI KEL-" rupanya gadis itu tak melanjutkan kalimatnya, tangannya tiba-tiba meremas kepalanya sambil meringis "Mama!! Sakit, Ma!"

Semua tamu undangan yang hadir ikut panik, kecuali Sabiru cowo itu malah mundur meninggalkan panggung dan Bunga yang mengerang kesakitan.

Isna sudah meraih tubuh Bunga yang lemah tak berdaya, entahlah dia hanya pura-pura saja atau beneran ngerasa sakit.

Tidak ada yang peduli dengan siapa yang telah merusak acara itu, semua fokus pada kesehatan Bunga.

Bunga dibawa kerumah sakit setelah ambulans datang, tak lama kemudian para tamu yang tadinya sibuk bergunjing pun mulai bubar meninggalkan tempat kecuali Edelweis dan Kyla yang penasaran dengan aksi Ezra.

Namun sebelum Edelweis melangkah mengekori Kyla yang berjalan menyusul Ezra, Edelweis merasa lengannya ditahan oleh seseorang.

"Kita perlu bicara"


Edelweis mematung dengan segala pikiran berkecamuk di kepalanya.


















~Ingatkan istrinya jimin ya gez jika kalian menemuka typo hihi^^

LIVING WITH MY ENEMY [SEGERA TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang