18. CEMBURU

1K 70 5
                                    

Edelweis mendelik ke arah pintu cafe yang baru saja terbuka, jantungnya mendadak berdebar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Edelweis mendelik ke arah pintu cafe yang baru saja terbuka, jantungnya mendadak berdebar.

"Lo ngga boleh baper, Wis, mungkin dia tau lo disini gara-gara ngikutin mobil Dela" batin Edelweis berusaha positive thinking.


Meli sontak menyikut lengan Edelweis "Dih, siapa tuh, Wis, ganteng banget, ajegile" kata Meli tak berkedip menatap siluet cowo yang baru saja memanggil Edelweis, terpesona.

"Gebetan lo?" Lanjut Aldi.

"Nggak, bukan, Enak aja" tolak Edelweis membohongi perasaannya.

"Seganteng itu bukan gebetan? Terus kalo gitu, siapa lo? "

"Ya.. Jujur pengen, sih"

Spontan dahi Meli dan Aldi kompak mengernyit, tak mengerti jalan pikiran teman mereka.

"What pengen!?"/ "Hah pengen!?" Seru Meli dan Aldi bersamaan.

"Pengen gimana?" Tanya Meli semakin penasaran.

"Ceritanya lain kali, deh, sekarang gue kesana dulu" Edelweis lantas bergegas menghampiri Sabiru dan Bunga yang duduk tak jauh dari pintu masuk.

"Mel, lo denger suara kretek-kretek, ngga?"

"Hahahaha, mampus! Ga maju-maju sih, lo, kesalip beneran, kan?" Balas Meli sebelum akhirnya ia menyusul Edelweis pergi ninggalin Aldi.


Edelweis melirik Biru dan Bunga bergantian, sebenarnya ogah nyamperin mereka tapi penasaran, jadi gimana dong.

"Lo kenapa manggil gue?" Tanya Edelweis disamping meja Sabiru seraya pura-pura biasa aja.

"Lo ngapain disini?" Mata Sabiru memicing menatap Edelweis menuntut penjelasan.

"Lo kenapa pengen tau urusan dia?" Bunga sontak menunjuk Edelweis.

"Ngga papa, pengen tau aja" balas Sabiru datar.


"Emang kenapa kalo gue disini? Ini kan tempat umum"


"Oh" sabiru mengangguk-anggukkan kepalanya cuek.


"Kalian sendiri ngapain?" setelah berdebat dengan pikirannya sendiri, akhirnya pertanyaan itu keluar juga dari mulut Edelweis.

"Mama nitip makanan" balas Sabiru datar.

"Oh, gue duluan" Edelweis meninggalkan meja Biru dan melangkah menuju dapur.

"Dia ngapain masuk kesitu?" Tanya Bunga dengan mata yang setia mengikuti kemana perginya Edelweis.

Sabiru mengangkat bahunya acuh, tapi diam-diam dia juga penasaran sama apa yang dilakukan gadis itu di dalam sana.

"Siapa, Wis?" Tanya Aldi lagi ketika melihat Edelweis baru saja masuk ke dalam dapur.

"Temen"

Mendengar kata 'teman' Meli yang tengah ngobrol dengan salah satu chef disana lantas menghampiri Edelweis antusias.


"Serius?! Berarti boleh dong kalo gue gebet?" Tanya Meli sambil memajukan wajahnya, spontan Edelweis mendorong kening gadis itu ke belakang.

"Gebet mulu pikiran lo"

Meli mendengus karena rencana punya pacar gantengnya gagal.

"Ngomong-ngomonb, lo kenapa balik lagi kesini?" Tanya Aldi seraya melongokkan kepalanya keluar dapur, menatap punggung Edelweis.

Edelweis menaruh tas di loker, perlahan senyumnya mengembang sempurna.


"Gue gabung lagi sama kalian"

"Serius?"

Edelweis mengangguk, lantas disambut pelukan Meli lengkap dengan tawa gadis itu yang hampir memenuhi seluruh sudut dapur.


"Kecilin suara lo, cebong"

"Hehe.. Habisnya gue antusias banget, gila, lo bisa kerja lagi"


"Iya dong"



Aldi mengacak rambut Edelweis gemas diiringi kekehan khasnya, tapi tanpa mereka ketahui ada hati yang perlahan terbakar di ujung sana.


"Ayo, kerja, ntar kena marah bos lagi tau rasa kalian"


Aldi tampak kembali bersemangat mengangkat nampan berisi pesanan pelanggan kesana kemari, sedangkan Meli juga sudah ikut bergabung dengan partnernya di meja kasir, bergantian tugas.



Edelweis tak berhenti melempar senyum saat satu persatu orang dapur mengucapkan selamat bergabung kepadanya seraya menepuk bahu gadis itu penuh arti.



"Congrats, ya, udah lama gue ngga liat Aldi se-semangat itu buat kerja"


Edelweis balas tersenyum meskipun dalam hati ia tak mengerti kemana arah pembicaraan Tesa, pegawai yang lebih tua setahun darinya.












Edelweis balas tersenyum meskipun dalam hati ia tak mengerti kemana arah pembicaraan Tesa, pegawai yang lebih tua setahun darinya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
LIVING WITH MY ENEMY [SEGERA TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang