34. (GAGAL) PDKT

893 74 0
                                    

Setelah bel berbunyi, semua teman sekelas Biru ataupun Bunga berbondong-bondong pergi ke kantin, mereka sibuk memikirkan menu apa yang akan mereka makan siang ini.


Sedangkan Bunga yang biasa pergi bareng kedua sahabatnya, kali ini dia memilih bertahan di atas kursinya.


Sok kalem.


"Ru, temenin gue makan di kantin, ya?"


Tuh, kan. Pasti dia emang ada maunya.


"Lo sendiri aja, gue masih kenyang"


"Lo kok gitu? Ayo, dong, gue kan juga pengen kalo makan ada temen"


"Biasanya juga lo makan sama dua cecunguk lo, pergi kemana mereka?"


"Gue ditinggalin. Ayo, Ru" Bunga terus merengek, memohon.


Daripada dia sakit kuping kelamaan denger rengekan gadis itu. Biru pun memilih menurut, bangkit dan berjalan mendahului Bunga keluar kelas.

Bunga tak berhenti memamerkan senyumnya di sepanjang jalan, seakan lagi pamer ke dunia kalau sekarang dia bisa lebih dekat sama Biru.

Sampai di kantin, Bunga dengan sumringah langsung menanyakan pesanan Biru, tapi tetap dibalas cuek oleh cowo itu.

"Es teh aja"

"Lo ngga mau makan?"

"Masih kenyang"

Bunga lantas pergi guna memesan makanan, sedangkan Sabiru sibuk melirik kesana kemari mencari sosok yang belakangan ini mengganggu ketenteraman hidupnya.

Namun nyatanya nihil, Edelweis tak ada di antara ratusan orang yang tengah melahap makanan mereka masing-masing.

Bunga kembali dengan nampan berisi satu mangkok bakso dan dua gelas es teh.

"Lo serius ngga mau cobain bakso gue?" Tawar Bunga lagi. Namun Biru tetap menggeleng.

"Ngga"

"Biru, gue itu disini, lo kenapa, sih, ngeliat ke arah lain terus, emang ada apaan?" Tanya Bunga yang sepertinya sudah mulai kesal karena terus diabaikan Sabiru.

"Buruan makanannya habisin, gue ngantuk"

Meskipun rautnya menunjukkan ketidak sukaan, namun Bunga tetap menurut, daripada ditinggal sendirian di kantin, pikirnya.


"Mulai sekarang lo itu harus belajar deket sama gue" kata Bunga memecahkan lamunannya.


"Kenapa harus?" Biru mengangkat sebelah alis nya. Tidak mengerti dengan jalan pikiran Bunga.


"Ya karena kita mau tunanga, lah" sahut Bunga mantap.


"Lo boleh beranggapan gitu, tapi gue ngga"


"Yaudah terserah, tok mau lo setuju atau ngga yang penting keputusan papa udah bulat" tutur Bunga percaya diri yang justru semakin membuat Biru ingin menumbalkannya ke Ehsan, harimau yang sukses jadi youtuber itu.


----


"Wis, lo liat, tuh, Biru sama Bunga tambah nempel aja, sepet mata gue" Kyla menyenggol lengan Edelweis agar sahabatnya menatap ke arah yang ia maksud.


"Apa urusannya sama gue?" balas Edelweis dengan kening mengernyit dalam.


"Lo ngga cemburu?"


"Ngapain? Ngga penting juga"


"Sejak kapan Biru ngga penting buat lo?" Tanya Dela yang tampak tidak percaya begitu saja dengan kalimat Edelweis.


"Kemarin" balas Edelweis singkat. Ia benar-benar tak peduli pada Biru maupun kedua mulut sahabatnya yang kini sama-sama mangap kaya ikan lohan.


"Serius?"


Edelweis mengangguk mantap, "pokoknya kalian harus bantu gue move on dan ingat, jangan sebut nama dia lagi depan gue" ujarnya memperingati Kyla dan Dela.


"Oh, ternyata lo lagi berusaha move on pantesan dari kemarin di kelas kaya ngga fokus gitu" sela Ezra yang tiba-tiba muncul di tengah mereka.


"Nah, kan? Masa iya gara-gara move on lo jadi kehilangan konsentrasi belajar lo" tambah Dela lagi.


"Kalian ngga percaya sama gue?"


"Engga lah, lagian ngapain pake acara move on segala, buktiin, dong, kalo lo beneran sayang sama Biru" kata Kyla bersemangat, seakan tengah menyemangati para pembela kebenaran.


"Kalian, tuh, ngga bakal ngerti, udah deh kaya ngga ada bahasan lain aja"


"Wis, gue mau ngomong sama lo sebentar" Ezra lalu bangkit seraya menarik tangan Edelweis, cowo itu membawanya ke belakang sekolah.


"Ngomong apa? Nyokap lo nagih uang kos, ya? Sorry, nanti gue bakal usahain minta kasbon sama bos"


"Engga, lo selow aja, ini msalahnya beda lagi"


"Terus apa?"


"Soal Biru?"


"Sumpah, Ja, gue males banget kalo harus ngomongin itu lagi"


"Dua hari yang lalu gue liat Bunga jalan sama Anton"


"Maksud lo?"


"Lo yakin mau nyerah gitu aja? Sekarang saatnya lo beraksi setelah sekian lama diam, Wis"


"Tapi gue udah terlanjur mengaku kalah dan gue udah ngomong kalo gue suka sama dia" ujar Edelweis lirih.



"Wis, sumpah ini tuh bukan lo banget, ayo tunjukin ke gue Edelweis yang dulu" Ezra mengeratkan genggamannya pada lengan Edelweis.


Edelweis lalu tersenyum, perlahan tangannya meraih kedua telapak tangan Ezra sekaligus untuk ia genggam.


"Makasih, lo emang the best"


Disaat kedua manusia berlawanan jenis itu saling menggenggam, ada satu makhluk yang justru mengepalkan tangannya dari balik pohon mangga di dekat toilet perempuan.

LIVING WITH MY ENEMY [SEGERA TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang