Bab 15 : John Doe?

573 81 11
                                    

Sebuah sedan putih melaju menembus malam dengan kecepatan tinggi dari arah utara. Satu kilometer lagi dan kendaraan akan sampai ke tujuan. Di dalam, Tama mengendarai dengan mata berkonsentrasi ke jalanan, tetapi tidak dengan pikiran yang terus mengulang-ulang kalimat Arya.

Kamu tidak akan suka dengan laporanku kali ini. Aku menemukan korban dengan tanda khas Troye di tangan kirinya. Tangan Tama mencengkeram kuat kemudi saat dirinya memutar ulang kalimat Arya dua puluh menit yang lalu.

Semoga ini hanya seorang penggemar saja. Penggemar gila yang ingin membalas kematian idolanya, tidak lebih dari itu.

Setelah melewati lampu merah dan memastikan jalan dalam keadaan lenggang. Tama menginjak rem dalam-dalam diikuti menarik rem tangan. Kemudian ia memutar maksimal kemudi dan membawa kendaraan berotasi 180 derajat ke arah sebaliknya.

Suara decit ban dan keahlian melakukan drift dengan sempurna memukau para pejalan kaki yang melintas. Namun, semua itu berubah menjadi kepanikan saat mereka melihat mobil lain berkendara dengan kencang dari arah belakang.

"Awas!!" pekik beberapa orang dengan suara melengking.

Mobil belum menyelesaikan putar baliknya dengan sempurna, tiba-tiba suara klakson terdengar bertalu-talu dari belakang. Dari balik spion, Tama melihat sebuah van hitam berkendara dengan kecepatan tinggi yang sepertinya sang pengemudi tidak mampu menghentikan mobilnya tepat waktu.

Mendengar kepanikan dari kendaraan hitam itu. Tama melepas rem tangan, kembali menekan pedal gas, dan memutar kemudi mobil ke arah berlawanan untuk menghindar sekaligus memarkirkan kendaraannya secara paralel di bahu jalan.

Semua ini seakan terjadi dalam satu kedipan mata. Van hitam itu terhindar dari bahaya, tetapi suara protesnya masih terus terdengar walau posisi van itu sudah berada jauh di depan.

Kelegaan terlihat di wajah para pejalan kaki yang kembali melakukan perjalanan mereka dengan beberapa mata mencoba melirik ke bagian dalam sedan putih untuk melihat pengemudi di balik atraksi berbahaya tadi. Sementara itu, Arya yang melihat kejadian dari sisi jalan hanya bisa menggeleng.

Tak butuh waktu lama, sang pengemudi keluar dari sedan putih memamerkan ketampanan serta kerapian baju yang tidak jauh berbeda dengan pagi tadi.

"Hei, kamu berhenti!" teriak salah satu polisi lalu lintas—yang berjaga di dekat lampu merah—ke arah Tama dengan peluit yang sesekali berbunyi untuk memberi peringatan. Namun, ia segera mundur begitu pria berjas itu menunjukkan lencananya.

"Aku tidak sangka kamu masih ahli melakukan itu," puji Arya ketika Tama mendekat ke tempatnya berdiri.

"Melakukan apa?" Tama berpura-pura tidak mengerti dengan apa yang dikatakannya.

"Itu ...." Arya menunjuk ke sedan putih milik Tama kemudian jarinya beralih ke jejak ban di aspal yang membentuk huruf 'u' hampir sempurna.

Tama melihat jari Arya namun memilih untuk tidak meresponsnya. "Di mana korban?"

"Ikuti aku."

Sesampainya di TKP, Tama terlihat ragu untuk maju mendekati korban. Arya yang berdiri di belakangnya hanya mengamati gerak temannya yang terlihat enggan mendekat.

"Tam ... Tama ...," panggil Arya berulang kali saat sohibnya mematung di depan korban.

"Kamu bisa memilih untuk membaca laporannya saja kalau mau." Arya menyentuh bahunya, meremasnya perlahan, dan membuatnya kembali tersadar.

"Tidak, aku harus lihat ini sendiri." Tama menyalakan senter dari ponselnya dan mulai berjongkok untuk melihat jasad dari jarak dekat.

Sinar terang tiba-tiba menerangi area remang yang nyaris tanpa penerangan di sekitarnya. Hanya satu lampu jalan yang menjadi satu-satunya sumber cahaya di lorong yang penuh dengan sampah dan tikus yang segera berlarian ketika sinar putihnya menyorot mereka.

Kupu-Kupu Patah SayapTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang