Bab 33 : Misi penyelamatan

427 67 1
                                    

"Arya!!"

Tama meletakkan dua jari di depan lubang hidung dan pangkal leher Arya secara bergantian. Ia akhirnya bernapas lega ketika merasakan embusan napas di hidung dan meraba denyut nadi di leher.

"Petugas tumbang. Kami butuh ambulans," ucap Tama melalui walkie-talkie.

"Arya, bangun." Ia menepuk ringan pipi sohibnya yang lebam berulang kali. Sampai pada tepukan ketiga, perlahan mata kanannya terbuka dan memperlihatkan iris kecokelatannya hanya sebagian akibat terhalang bengkak pada kelopak mata. Sementara mata kirinya masih tertutup rapat karena bengkak besar.

"Tama?" Suara serak itu terdengar ragu. Karena kini matanya tidak lagi bisa fokus melihat detail, hanya siluet yang berhasil diterima oleh retinanya.

"Kamu tidak apa-apa? Siapa yang melakukan semua ini?" Tama terlihat semakin lega saat Arya merespons panggilannya.

"Selamatkan Ara, ce-pat," lirihnya.

"Ara???"

"Troye mendapat-kan dia,"

Berselang beberapa detik, suara tembakan terdengar mengisi selasar. Tama meletakkan Arya perlahan ke lantai. "Kamu tunggu di sini, aku akan kembali."

Ia kemudian berjalan pelan menuju pintu untuk memantau situasi. Ia menyandarkan punggungnya ke dinding sementara matanya mengintip melalui celah pintu yang sedikit terbuka. Melihat beberapa penjaga dan satu orang bawahannya tergeletak di lantai dengan darah mengalir keluar.

"Lapor, Pak, musuh tahu kedatangan kita." Suara salah satu anak buahnya terdengar melalui walkie-talkie yang kini menempel di rompi anti pelurunya.

"Tetap waspada! Troye ada di dalam dan cari perempuan muda yang ia tahan!" perintahnya sebelum keluar membantu anak buahnya.

###

Di tempat yang berbeda. Kei berjalan tegap dengan ekspresi mengerikan, diikuti Sean dan tiga anak buah lainnya.

Masuk ke dalam kantor yang menjulang di tinggi. Tiba di lantai empat puluh, Kei tidak menghiraukan peringatan yang diberikan oleh beberapa pria tinggi besar yang berpakaian serupa dengan anak buahnya.

"Berhenti, Tuan Kei!!" Salah satu dari mereka bahkan berani mengadangnya, tetapi ia terus berjalan.

Sean menembak kaki kanan pria yang berani menghalangi jalan bosnya. Suara letusan senjata membuat orang awam yang bekerja di ruangan  membubarkan diri.

Pria itu terjatuh dengan tangan memeluk kaki kanan, erang kesakitan membuat pengawal lainnya mengarahkan senjata ke kelompok Kei. Namun, ia tidak peduli dan terus berjalan menuju pintu besar yang hanya tersisa lima langkah.

Suara adu tembak tak lama terdengar antara pengawal kantor dengan anak buah Kei. Memberinya kesempatan untuk masuk ke dalam ruangan yang ada di balik pintu besar ditemani oleh Sean seorang.

Masuk dengan menendang pintu di depannya. Ia melihat Ray menyambutnya dengan berdiri di depan meja kerja didampingi oleh anak buah kepercayaannya. Sebatang cerutu menyala yang asapnya membentuk miniatur awan di atas kepala.

"Kenapa ramai-ramai, Kei? Tidak bisakah kamu bertamu dengan cara yang normal?" Ray berjalan pelan mendekatinya, tetapi langkahnya terhenti ketika Kei mengeluarkan pistol dari balik jas dan diarahkan ke kepala kakak angkatnya.

Kupu-Kupu Patah SayapTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang