Bab 18 : Cemburu?

507 70 0
                                    

Pagi ini Dhara menjalani aktivitas sama seperti biasa. Bangun pagi, menyiapkan sarapan, kemudian berangkat kerja. Rutinitas harian yang sebetulnya sudah sangat bosan ia lakukan.

Beberapa bulan terakhir rutinitas itu sempat terganggu—dalam arti  yang baik. Pasalnya seorang pria tiba-tiba muncul di kehidupannya dan bagaikan jailangkung yang suka datang tanpa diundang. Pria itu mengubah alur kebiasaan yang seringkali monoton menjadi lebih berwarna, membuat Dhara lebih sering berada di luar untuk menghabiskan waktu bersama Kei.

Namun, semua kegembiraan itu perlahan sirna. Karena sudah satu bulan ini Dhara menghabiskan waktunya kembali sendiri. Komunikasi terakhir yang mereka lakukan hanya sebatas pesan dan itu pun tiga minggu yang lalu.
.
.

Saat itu malam sudah larut. Dhara duduk menikmati sisa hari di kamar dengan segelas cokelat hangat dan sebuah buku di tangan. Tiba-tiba suara ponsel mengacaukan imajinasi yang sudah dibangun selama satu jam terakhir. Dengan malas ia menjulurkan tangan ke meja untuk meraih benda mungil yang mengeluarkan suara bernada tinggi.

Kei?

Dhara membuka aplikasi pesan whatsapp dan tersenyum saat membaca nama sang pengirim.

"Ara, untuk beberapa minggu ke depan kita tidak akan bisa berkomunikasi atau bertemu. Stay safe." Singkat dan padat seperti biasa.

Jari Dhara buru-buru menekan kolom kecil yang berada di bawah layar. Namun, ketika papan huruf muncul kedua ibu jarinya membeku. Tidak tahu huruf apa yang harus ia ketik. Dan ketika otaknya sudah menemukan kalimat balasan yang pas, sebuah pesan kembali masuk.

"Miss you." Dua kata yang membuat hatinya berbunga-bunga.

Kali ini tanpa ragu ia mengetik, "Take care."

Sampai saat ini ia tidak tahu bagaimana harus membalas ucapan manis dari Kei. Beberapa kali pria itu mengirim pesan singkat yang berisi ungkapan perasaan, tetapi sampai sekarang ia hanya berani membalas dengan kalimat netral.

Semua dilakukan, karena Dhara masih belum mengerti tentang perasaannya sendiri dan selama belum yakin ia tidak akan memberi lampu hijau. Terlebih Kei juga belum memberi pernyataan apa-apa mengenai hubungan mereka.
.
.

Sampai di depan halaman rumah sakit. Dengan langkah berat Dhara masuk melalui pintu UGD. Hal ini sudah menjadi kebiasaan selama satu minggu terakhir. Berharap perasaan tidak nyaman yang menggelayuti hatinya berkurang saat tidak melihat sosok Kei terbaring di salah satu bilik.

"Haah ...." Dhara menghela napas panjang dan menjatuhkan kepalanya ke atas meja dengan lengan sebagai alas. Lima belas menit lagi dan jam kerja akan berakhir.

"Dhara, kamu kenapa? Sudah beberapa hari ini terlihat tidak bersemangat sama sekali," tanya Misa dari sofa di ruang istirahat dokter.

Dhara melirik ke arah Misa yang kini mengeluarkan majalah dari dalam tas dan memulai membacanya.

"Kamu benar-benar mudah terbeli dengan majalah gosip seperti itu, ya," ucap Dhara berusaha menggiring percakapan ke topik lain.

"Ini namanya perhatian dengan idola kita. Ga mau dong kalau nanti kita ketinggalan berita. Apalagi di majalah ini ada wawancara dengan group band XNS yang akan melakukan konser Sabtu ini." Dengan antusias Misa bercerita sambil mengayunkan tangannya ke segala arah.

"Grup band apa??" tanya Dhara, merasa asing mendengar nama grup yang disebutkan oleh Misa.

Misa memekik pelan, lalu ia berpindah dari sofa ke kursi yang ada di samping Dhara dan mulai menunjukkan foto sekumpulan pria berjumlah lima orang.

Kupu-Kupu Patah SayapTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang