Bab 22 : I love you

575 74 2
                                    

"Katakan! Apa lagi yang kamu sembunyikan?" teriak Kei tidak dapat menahan emosi.

Sementara itu Dhara yang kini terpojok antara dinding dan tubuh besar Kei hanya bisa diam dan menatap balik dengan ekspresi kosong dan raut lelah. Dia benar-benar sudah tidak mampu lagi menunjukkan emosi yang tersisa.

Kini tubuhnya hanya bisa berkonsentrasi ke rasa nyeri tempat Kei mencengkeram kuat tangannya. Menangis sudah dirasakan cukup untuk hari ini.

Dhara menghela napas panjang. "Kei, ingatkah kalau aku dulu pernah meminta untuk melepasku dan tidak lagi menemuiku?" tanya Dhara yang hanya membuat raut wajah Kei terlihat semakin menakutkan.

"Pada saat itu salah satu alasanku adalah karena aku takut ...."

"Aku takut kalau aku akan terjerumus di kencangnya pusaran air yang berada di sekitarmu."

"Bukan berarti aku takut mati, bukan. Toh, semenjak Kakak meninggal aku sudah tidak punya tujuan hidup. Hanya saja aku tidak mau merepotkan orang lain jika sesuatu terjadi padaku. Karena itu aku memilih diam." Dhara diam sejenak dan memperhatikan ekspresi Kei yang masih belum berubah.

"Dan sekarang ... berada di dekatmu dan menjadi target musuhmu membuktikan kalau aku memang tidak mempunyai kemampuan lebih untuk menjaga diri sendiri." Dhara menumpahkan semua isi hati yang selama ini dipendam.

"Aku tidak meminta untuk menjaga dirimu sendiri, aku yang akan menjagamu. Kamu hanya perlu percaya," balasnya masih dengan intonasi tinggi.

"Lalu di mana kamu ketika aku dilempar, dicekik, dan disayat oleh orang gila itu? Katakan Kei ... di mana kamu?" Suara Dhara mulai bergetar. Akhirnya ia menyerah dan tidak lagi menahan emosi.

Kei melonggarkan tangan Dhara. Tidak mampu menjawab pertanyaan perempuan yang kini kembali menatapnya dengan netra yang mulai basah dengan air mata.

"Aku tahu, aku bukan siapa-siapa. Aku bukan pacar, keluarga, istri ... aku bahkan bukan teman. Aku tahu posisiku saat ini dan aku tidak akan protes saat melihatmu dengan wanita lain," lirih Dhara di akhir kalimat yang membuat Kei menyipit.

Wanita lain? Siapa yang Ara maksud?

Dhara diam beberapa saat memberi Kei waktu untuk merespons semua perkataannya. Namun, dia tetap diam dan memilih menatap wajah Dhara yang semakin sembab.

"Menjadi alat balas dendam musuhmu sepertinya tidak buruk juga. Siapa tahu aku akan segera bertemu dengan Kakak dan membebaskan Kak Tama dari kewajiban menjagaku," lanjutnya yang membuat Kei menggerakan dengan cepat kepalan tangan kirinya melewati kepala Dhara dan berakhir di dinding belakangnya.

Buk!

Suara pukulan itu menggema di ruang tertutup. Dhara menutup kedua mata, untuk beberapa saat ia mengira kalau pria itu hendak memukulnya.

"Jangan pernah kamu ulangi kata-kata itu lagi! Hanya aku yang bisa mengambil nyawamu. Kamu harus ingat itu!!" teriak Kei sambil mendekatkan wajah marahnya dan kembali mengklaim bibir Dhara dengan rakus. Membuat perempuan itu tidak berdaya dan kembali menitikkan air mata.

Apa yang sudah aku lakukan? Siapa yang sudah aku bangunkan? Pria dengan semua sifat posesif atau pria yang berkeinginan untuk mencintai dan menjagaku dengan sepenuh hati?

Kupu-Kupu Patah SayapTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang