Bab 34 : Kebenaran

450 64 0
                                    

"Betul ... aku yang bertanggung jawab atas kematian Yara, tetapi bukan aku yang membunuhnya." Troye memanerkan gigi kuningnya yang menjijikan.

"Apa maksudmu?" Walau atensinya sudah kembali, tetapi bagian otak lainnya masih berkabut dan membuatnya sulit mencerna maksud dari dua kata yang Troye ucapkan.

"Kenapa tidak tanyakan ke Kak Tama-mu itu." Troye mengayunkan senjata ke Tama.

"Apa hubungannya Kak Tama dengan kematian Kakak?"

"Hei, Tama. Pilih, kamu yang mau memberitahunya atau aku?" Troye memberi Tama pilihan yang tidak digubris sama sekali.

"Jangan dengarkan dia, Ara." Pria berpakaian gelap itu masih mempertahankan ekspresi seriusnya.

"Kak Tama?" Dhara masih menuntut untuk mendengar apa maksud Troye dari mulutnya sendiri.

Mereka diam selama beberapa saat, meninggalkan Dhara yang kini tampak bingung dengan diamnya sang kakak. Dia sudah lama tinggal dengannya dan tahu bahwa kakaknya tidak akan menjawab pertanyaan orang lain, jika jawaban yang dia berikan hanya akan menyakiti orang yang bertanya.

"Baiklah kalau kamu tidak mau memberitahunya." Troye mendekatkan mulutnya ke telinga Dhara.

"Ara, apa pun yang akan dia katakan percayalah kalau aku menyayangimu. Jangan biarkan perkataan pria itu mempengaruhi pikiranmu!" teriak Tama berusaha mengalahkan suara Troye yang bersuara di dekat telinganya.

"Yara—Kakakmu. Dia dibunuh oleh orang yang saat ini berdiri di depanmu," ucap Troye hampir bersamaan dengan Tama.

Dhara diam, matanya terbuka lebar tidak percaya dengan apa yang kedua telinga baru saja dengar. Sesuatu di dalam hatinya hancur berkeping-keping, jantungnya seakan berhenti berdetak, bahkan napasnya tidak bisa diajak bekerja sama untuk bernapas dengan normal. Mendengar dia—pria yang selama ini sudah di anggapnya sebagai kakak sendiri. Orang yang sangat dia percaya adalah orang yang sudah membunuh kakaknya? Pacarnya?

Suara tawa Troye mengisi ruangan membuat anak buah Tama lebih awas mengamati setiap gerak-gerik pria gila itu.

Untuk kedua kalinya Dhara merasakan nyawanya keluar dari tubuhnya. Semua energi yang sudah disimpannya mendadak dipaksa keluar oleh satu kalimat dari musuhnya.

"Kak Tama ...." Dhara masih menunggu jawaban dari sang kakak.

"Kak Tama ... katakan itu tidak benar." Air mata mulai membasahi bola mata kecokelatannya.

Alih-alih menjawab, dia justru kembali mengancam Troye untuk menyerahkan diri, dan melepaskan Dhara. Kedua telinganya sudah tidak lagi dapat menangkap kalimat yang keluar dari masing-masing mulut mereka. Otaknya terlalu sibuk untuk memilah mana yang benar dan mana yang salah.

Matanya terus menatap Tama, berusaha mencari jawaban di balik kedua mata yang kini menolak untuk memandang balik. Tidak ada satu pun kalimat sanggahan yang keluar dari mulutnya.

"Kenapa!" teriak Dhara tidak lagi dapat menahan rasa sesak di dadanya.

"Kakak tahu kalau dia satu-satunya yang aku miliki! Kenapa Kakak mengambilnya dariku!" Dhara tidak lagi bisa menguasai emosinya.

Troye tertawa lebar melihat respon dari mereka berdua. Troye melepas tangan kiri dan mengeluarkan sesuatu dari balik tubuhnya.

Kupu-Kupu Patah SayapTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang