Bab 29 : Apartemen Kei

474 63 1
                                    

Seperti yang sudah direncanakan, ketika matahari bergulir turun. Sean menunggu Dhara di gerbang rumah sakit dan membawanya menuju mal besar di pusat kota.

Mengunjungi mal yang sama sekali belum pernah didatangi membuat Dhara menghabiskan waktu dua jam hanya untuk mencari kebutuhannya.

Selama di dalam, Sean selalu mengikuti ke mana pun termasuk ke area khusus pakaian dalam perempuan. Berdiri bagai mengenakan topeng, Sean sama sekali tidak memperlihatkan rasa malu atau risih saat perempuan lain di dalam toko memberinya tatapan jijik dan sebagian menganggapnya mesum. Dia berkali-kali meminta untuk menjauh sesaat, tetapi ia tetap bergeming berjaga di dekat Dhara.

Keluar dari keramaian, dia dibawa oleh Sean menuju area pinggir kota yang tidak terlampau ramai. Lima belas menit berjalan dan kendaraan berbelok ke sebuah kompleks apartemen mewah bergaya kontemporer dengan air terjun buatan yang mengalir dari atap sampai ke dasar.

"Sean, ini di mana?" tanya Dhara begitu keluar dari mobil. Matanya menatap takjub pemandangan di depannya.

"Tempat tinggal pribadi Tuan Kei," jawabnya.

"Tempat tinggal pribadi? Berarti rumah di tepi pantai itu?" Sebetulnya Dhara tidak kaget melihat kekayaannya. Hanya saja untuk apa dia hidup berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat lainnya.

"Rumah di tepi pantai juga milik Tuan Kei yang beliau beli baru-baru ini," jelas Sean sambil mengambil semua kantong belanjaan dari bagasi mobil dan membawanya masuk.

"Hah! Untuk apa?" tanya Dhara yang tidak mendapat jawaban dari Sean.

"Mari, Nona, ikuti saya." Sean berjalan selangkah di depan Dhara.

Bersama Sean, dia melewati satpam dan berbagai mekanisme keamanan yang hampir sama dengan apartemen Tama. Kecuali untuk membuka pintu apartemen mereka menggunakan kode angka alih-alih sebuah kunci.

Masuk ke dalam apartemen di lantai dua puluh— lantai teratas. Dhara mendapati ruangan yang sangat rapi dan bersih seakan tidak ada yang pernah menghuni.

Sebuah jendela besar kembali menarik perhatiannya, tetapi kali ini pemandangan yang disuguhkan berbeda. Karena sejauh mata memandang hanya ada benda langit yang membentang tanpa adanya gedung menjulang tinggi yang mengganggu. Dhara membuka pintu kaca dan melihat balkon yang cukup luas dengan dua buah kursi dan tanaman merambat di pinggirnya.

"Nona Ara." Suara Sean mengalihkan pandangannya.

"Saya tunjukkan kamar Nona." Sean berjalan masuk melewati lorong yang di kanan kirinya tergantung lukisan abstrak tanpa satu pun foto keluarga di antaranya.

Sean berhenti di pintu yang berada di ujung lorong dan mempersilahkan Dhara untuk masuk. Melihat ke dalam kamar yang di dominasi warna putih dengan sedikit warna merah muda di dalamnya membuat Dhara mengernyitkan kening.

"Warna pink?"

"Tuan Kei sengaja menata kamar ini untuk Anda, Nona."

"Untukku? Tapi aku kan baru pagi ini diajaknya kemari." Dhara mempertanyakan kebenaran informasi dari sang pengawal.

"Tuan Kei sudah mempersiapkan semua ini semenjak seminggu yang lalu," imbuhnya.

Dhara diam sejenak dan hanya bisa menjawab, "Oh, baiklah."

"Nona, silakan istirahat. Saya akan kembali ke kantor. Makanan sudah tersedia di meja makan.  Untuk hari ini akan ada satu penjaga berjaga di depan dan satu penjaga di balkon. Ketika malam tidak akan ada siapa-siapa di sini selain mereka, tetapi jika Nona butuh sesuatu bisa memanggil salah satu penjaga," jelas Sean tertata bagai robot yang sudah diatur sebelumnya.

Kupu-Kupu Patah SayapTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang