Bab 39 : Pada akhirnya

771 73 8
                                    

"Kak Tama jangan lupa sayurannya juga dimakan." Sudah tiga hari Dhara menemani Tama di rumah sakit, mengurusnya tanpa sekali pun mengungkit nama almarhum kakaknya. Mereka sudah memutuskan untuk melupakan apa yang sudah terjadi di masa lalu dan melanjutkan apa yang ada di depan mata.

"Kamu sudah menginap di sini tiga hari, Kei tidak mencarimu?" tanya Tama setelah menelan makanannya.

"Tidak apa, kami tetap berkomunikasi. Walau dia selalu menanyakan kapan pulang, tapi sepertinya lebih baik aku di sini dulu supaya dia bisa konsentrasi bekerja." Ia tersenyum, teringat kalimat yang selalu keluar dari mulut Kei setiap kali dia menelepon.

"Aku sudah membuang banyak waktunya."

"Bagaimana dengan pekerjaanmu?" tanya Tama sebelum memasukkan suapan terakhir ke mulutnya.

"Kei meminta aku untuk cuti selama satu bulan. Minggu depan aku sudah mulai masuk."

"Kei memintamu cuti satu bulan dan kamu iyakan sedangkan aku memintamu cuti satu hari saja kamu selalu banyak alasan. Kamu benar-benar mencintainya, ya?" protes Tama.

"Jangan samakan situasinya, Kak. Tapi iya, aku mencintainya."

###

Siang itu, Kei duduk di kursi kebesarannya. Sinar matahari yang menyorot terang tidak juga menghilangkan kegelapan yang bernaung di wajah. Kedua matanya kini menatap tajam ke arah ponsel yang tergeletak di meja, menanti seseorang untuk menghubunginya.

Tok ... tok...

Sean masuk ke dalam dengan langkah lebih cepat dari biasanya, menandakan sesuatu yang buruk terjadi.

"Ada apa?" Tanpa mengubah posisi Kei melontarkan pertanyaan terlebih dahulu.

"Tuan, kami menemukan Joe dalam keadaan tidak bernyawa di gang kecil dekat rumah sakit."

"Apa!" Rahang Kei menegang dan tangan mengepal kuat. Tak lama, ia memukul kaca tebal yang melapisi meja dan menciptakan suara keras yang mengisi ruangan.

"Kapan?"

"Semalam, Tuan."

"Ara baik-baik saja?" Kei harus menanyakan itu, karena mereka belum memberi kabar satu sama lain hari ini.

"Nona Ara aman, Tuan."

"Si—" Belum sempat dia menyelesaikan kalimatnya, suara kaca retak terdengar. Kei memutar kursi dan melihat dua buah peluru menghunjam kaca tebal di depannya.

"Tuan!!" Sean hendak mendekat, tetapi Kei mengangkat tangan kirinya—menahan sang pengawal untuk tidak bergerak.

Pantulan sinar terlihat dari gedung seberang, seseorang jelas memberinya peringatan. Kei menutup kedua mata kemudian menghela napas panjang. Dia tahu apa makna semua ini.

Sudah waktunya.

"Kita ke rumah sakit." Kei berjalan keluar ruangan diikuti oleh Sean. Melupakan peluru yang akan terus tertanam di jendela besar itu sebagai pengingat janjinya dengan Ray.
.
.
.

Sementara itu di dalam ruang rawat Tama. Arya datang dan mulai menimbulkan keributan yang membuat Dhara marah dan berteriak.

"Kak Arya! Itu makanan milik Kak Tama. Punya orang sakit!" Dhara berlari mengejar Arya yang tengah mengunyah sebagian daging di mulutnya.

Kupu-Kupu Patah SayapTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang