Bab 28 : Keberadaan Arya

433 70 1
                                    

Bangun ditemani perasaan bahagia ternyata sangat menyenangkan. Semalam setelah mengungkapkan perasaan mereka masing-masing, kini Dhara tidak lagi menemukan ruang kosong di hati. Pantas saja setiap orang berlomba-lomba untuk mendapatkan hati pujaannya, karena memang perasaan cinta membuat seseorang menjadi kecanduan.

Bersiap memulai pagi dengan senyum yang tidak berhenti mengembang membuat Tama yang tengah duduk di meja makan merasa gusar. Karena ia tahu dari mana sumber senyum itu berasal dan dia tidak menyukainya.

"Ara ... ada kejadian apa semalam? Kamu terlihat senang pagi ini," tanya Tama yang kemungkinan besar dia tidak akan suka mendengar jawaban yang keluar dari mulutnya.

"Tidak ada apa-apa, Kak. Oh iya, sudah ada kabar dari Kak Arya?" Dhara mengalihkan pembicaraan. Karena pagi ini dia sedang tidak ingin memulai perdebatan mengenai Kei dengannya.

Tama mendengus kasar dan menggeleng. "Sudah tiga hari dia tidak memberi kabar. Aku harap dia baik-baik saja."

Dhara berjalan mendekat dan membawakan minuman hangat untuknya. "Aku yakin dia baik-baik saja. Orang sekeras dia tidak mungkin terluka dengan mudah." Ia berusaha menghibur.

Ting Tong.

Bel pintu berbunyi. Mereka berdua diam dan saling bertukar pandang. Karena bel itu tidak pernah berbunyi kecuali untuk satu orang, yaitu Arya.

Tama mengeluarkan kakinya dari meja makan dan berlari ke arah pintu. Namun, seseorang yang ada di depan pintu mematahkan ekspektasinya.

"Pagi." Suara berat seorang pria menyapa Tama.

"Ka-ka-kamu! Bagaimana cara kamu naik ke sini!" Tama tidak bisa menyembunyikan ekspresi terkejutnya. Ia menatap marah ke pria tegap yang kini berdiri di depan pintunya.

"Kei!" seru Dhara dengan ekspresi yang tidak jauh berbeda dengan sang kakak.

"Bagaimana kamu bisa naik ke atas?" Dhara menyela Tama dan melihat ke arah luar. Melihat adakah orang lain di sana atau mungkin ada lift yang dijebol atau lebih ekstrim lagi, apakah ada helikopter di luar.

"Bukankah aku pernah memberitahu kalau aku tahu bagaimana caranya masuk ke dalam apartemen tanpa perlu menjadi penghuninya." Mereka berdua menatap tidak percaya kalau dia berhasil membobol keamanan apartemen ini.

"Boleh aku masuk?" Kei tetap berusaha sopan.

"Mas—"

"Tidak boleh!! Ini apartemenku. Silakan keluar dari sini!" Tama memotong kalimat Dhara dan menarik tangannya untuk kembali masuk ke dalam.

"Kamu yakin, Tama? Aku punya informasi mengenai temanmu ... Arya." Kei mulai tersenyum kecil. Dia tahu info itu tidak akan mungkin ditolaknya.

Tama memperhatikan pria yang tingginya tidak jauh berbeda dengannya. Matanya berusaha membaca ekspresi Kei, apakah dia berbohong atau tidak. Karena dia sendiri sudah tiga hari mencari tahu dan masih belum menemukan keberadaan sohibnya.

"Baik, masuklah, tapi ... jika kamu tidak memberikan informasi itu. Jangan salahkan aku, jika nanti kamu keluar melalui balkon," ancamnya yang tidak dia hiraukan. Dia masuk ke dalam mengikuti Dhara melewati Tama, seakan tidak peduli dengan eksistensinya.

Perempuan yang sudah rapi dengan dress selutut berwarna putih mempersilahkan Kei untuk duduk di ruang tamu, sementara dia berjalan menuju dapur untuk membuatkan minuman. Sepanjang itu, mata Kei bersenang-senang dengan tidak melepas pandangan ke tubuh langsingnya.

"Apa yang kamu lihat!" ketus Tama menyilangkan kedua tangan dan berdiri menghalangi pandangan mata Kei.

Kei tersenyum. "Aku rasa kamu sudah tahu mengenai kami berdua?"

Kupu-Kupu Patah SayapTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang