"Untuk malam ini kamu tidur di rumah ummi dulu ya, Ra!" suruh Bu Fatimah. Sahira hanya menganguk memagapi.
Setalah mengatakan hal itu. Bu Fatimah mengantar Sahira menuju salah satu kamar dirumahnya. Kamar yang berada dekat dengan rumah keluarga. Kamar dengan pintu bercat putih itu.
Bu Fatimah masuk diikuti Sahira.
"Nah, kamu tidur disini ya! Maaf kalo kamarnya ndak seluas kamar kamu," ucap Bu Fatimah lalu membantu Sahira meletakkan kopernya di atas sofa.
"Mboten nopo-nopo, Mi. Ini saja sudah cukup," jawab sahira.
"Yasudah! sekarang kamu bersih-bersih dulu. Biar nyenyak tidurnya."
Bu Fatimah menyerahkan handuk putih yang ia ambil dari almari. Dengan senang hati Sahira mengambilnya lalu masuk ke kamar mandi yang ada di dalam kamar.
Tubuh indah yang semula terselimuti rasa lelah. Kini jauh lebih segar terguyur air dingin. Wajah Sahira tampak lebih cerah setelah mandi, ia keluar lengkap dengan pakaian tidur favoritnya. Piyama lengan panjang dengan motif bunga mawar.
"Sudah selesai, Nduk?" tanya Bu Fatimah yang sendiri tadi setia menunggu Sahira di ruang keluarga. Sahira menganguk.
"Kita makan malam dulu, yuk!" ajak Bu Fatimah.
"Mboten usah repot-repot, Mi. Lagian Rara ndak lapar kok," sangkal Sahira.
"Beneran?" tanya Bu Fatimah memastikan takut jika gadis cantik ini tidur dalam keadaan lapar. Sahira mengangguk. "Yasudah! sekarang kamu istirahat di kamar udah malem." Bu Fatimah berdiri dan mengantar Sahira kembali ke kamar.
"Kamu tidur yang nyenyak, kalau butuh sesuatu panggil ummi ya! kamar umi disebelah," ucap Bu Fatimah dan berlalu meninggalkan Sahira.
Sahira berbaring diatas ranjang. Matanya sangat sulit untuk terpejam. Matanya pun memandang mengamati setiap sudut ruangan yang tak terlalu luas itu.
Kamar itu memang tak terlalu luas, tapi Sahira merasa sangat nyaman berada didalamnya. Mungkin karena pencahayaannya yang tak terlalu terang.
Perpaduan warna hitam, putih dan emas, dikamar itu menimbulkan rasa elegan. Ditambah dengan penataan barang yang tepat, membuat kamar itu tampak luas.
Kagum! Itulah yang terbesit dalam benaknya. Sangat hebat orang yang menjadi arsitektur rumah ini. Rumah yang berdiri tegak di tengah-tengah pesantren ini ternyata menyimpan keindahan didalamnya. Meskipun dari luar tampak sederhana dan biasa saja.
Benda dikamar itu identik dengan nuansa putih bersih. Sedangkan temboknya mengombinasikan tiga warna. Ditambah lampu gantung berwarna emas, warnanya yang tidak terlalu terang, membuat mata tak cepat lelah. Beberapa bingkai foto juga terpasang dengan tatanan yang rapi.
Malam semakin larut. Setelah meneliti satu demi satu sudut kamar itu. Perlahan matanya mulai terpejam lalu hanyut bersama mimpi yang tengah menanti.
••••••••••••••••••
"Assalamualaikum...!"
Seorang pemuda tampan. Dengan badan yang cukup tinggi masuk kerumahnya Bu Fatimah.
Bu Fatimah yang tengah duduk di ruang tamu menjawab salamnya. Lalu menatap tanjam putranya itu.
Namanya Reffan ia adalah putra ketiga tepatnya anak terakhir Bu Fatimah dan Kyai Khalid. Dia seusia dengan Sahira, dia baru lulus disalah satu universitas Islam unggulan dengan beasiswa.
Bukan hanya dibalik ketampanannya itu. Ia juga menyimpan banyak prestasi saat ini ia sudah menghafal dua puluh lima Juzz dalam Al-Qur'an.
"Dari masjid, Ummi!" jawabnya lalu turut duduk disebelah umminya yang menahan kesal sendiri tadi karena menunggunya yang tak kunjung kembali.
![](https://img.wattpad.com/cover/216031752-288-k53171.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
[REVISI] Cinta Di Atas Sajadah
RomanceDunia memang selalu seperti ini, menyuguhkan kebahagiaan dengan mudah, lalu memberikan luka yang teramat dalam hingga membuat seseorang tak mampu lagi untuk berharap. Mengharap pada dunia sama halnya seperti mengemis pada pelitnya manusia, sekuat ap...