Pagi-pagi sekali Bu Fatimah mulai membersihkan rumahnya. Mulai dari menyapu semua lantai hingga mengepel dan menata semua barang barang sembari membersihkan debu yang menempel.
Dengan dibantu Mbok Minah Bu Fatimah mengerjakan semua pekerjaan rumah dengan lancar. Gus Reffan sudah berangkat ke masjid untuk tadarus Al-Qur'an. Gus Reyhan sedang keluar untuk rapat setengah harinya. Sedangkan Gus Naufal masih setia dengan baatalnya karena setelah salat Subuh berjamaah ia tertidur.
Semua sudut ruangan sudah tampak bersih. Tak ada satupun sampah dan debu yang mengotori rumah Bu Fatimah. Bu Fatimah segera masuk ke kamar dan membasuh tubuhnya dengan air segar.
Selesai berganti pakaian ia segera memasak makanan untuknya juga Kyai Khalid. Karena kedua putranya sudah pergi terlebih dahulu.
Makanan selesai dibuat, setelah semua telah tertata rapi diatas meja Bu Fatimah yang merasa lelah pun duduk dan menonton acara TV sebentar. Sambil ditemani secangkir teh hangat di pagi hari.
Tak lama terdengar suara ketukan pintu. Membuat Bu Fatimah beranjak dari duduknya. Lalu mendekat ke arah pintu untuk membukanya. Setelah pintu benar-benar terbuka. Lalu tampaklah sosok Pak Akhmad --- ayah Sahira. Bu Fatimah menyungging senyum lalu membalas salamnya.
"Mari masuk, Mas! Saya panggil kan suami saya sebentar." Pak Akhmad duduk dan Bu Fatimah pergi ke kamarnya untuk memanggil Kyai Khalid yang sedang membaca kitabnya.
Kyai Khalid yang mendengar penuturan Bu Fatimah langsung keluar dengan wajah berseri karena sahabatnya itu datang ke rumahnya. Ia pun turut duduk di samping Pak Akhmad. Sedangkan Bu Fatimah pergi ke dapur untuk menyiapkan minuman.
"Pagi-pagi begini, kamu sudah disini Mad. Berangkat jam berapa?" tanya Kyai Khalid.
"Tadi sehabis salat subuh langsung ke sini. Kangen aku sama Rara. Sudah lama gak ketemu dia, jadi aku kesini."
Kyai Khalid menganguk paham. "Apa kabar kamu?" tanyanya.
"Alhamdulilah seperti yang kamu lihat, sehat. Kamus sendiri?" Kyai Khalid menganguk tanda ia baik-baik saja.
"Kita ngobrol-ngobrol disini saja dulu. Jam segini Sahira masih ngajar, nanti abis Dzuhur dia baru selesai."
"Iya, siap sambil membahas tujuan kita waktu itu," ucap Pak Akhmad dengan raut wajah bahagianya.
"Abah!" panggil Bu Fatimah yang barusan saja keluar dari dapur membawa tiga gelas teh hangat, dan biskuit coklat di piring. Kyai Khalid mengangkat dagunya bermaksud meminta jawaban atas panggilannya.
"Ummi, ada kabar gembira ...." Setelah Bu Fatimah duduk ia menjelaskan apa kabar gembiranya pada kedua pria paruh baya yang sudah dirundung rasa penasaran itu.
Ekspresi keduanya menampakan aura kebahagian yang sangat besar, saat mendengar penjelasan Bu Fatimah. Kyai Khalid dan Pak Akhmad juga saling membalas pelukan.
••••••••••••••••••••
"Amira, tolong kamu kumpulkan semua jawaban teman kamu! Lalu bawa kemari!" suruh Sahira kepada gadis kecil yang tak lain adalah salah satu muridnya.
Saat ini di kelas Sahira sedang diadakan ulangan kenaikan kelas. Dimana para siswa sedang fokus dengan soalanya. Wajah serius mereka seolah memberitahukan betapa sulitnya soal-soal yang tertulis rapi diatas kertas HVS itu.
Tak banyak yang menyukai ujian akhir tahun. Disini harga diri dipertaruhkan dimana kita akan ada diantara dua pilihan antara maju selangkah untuk mewujudkan cita-cita atau bahkan harus mendekam di bangku yang sama.
Namun percayalah bahwa apa yang kita perjuangkan pasti akan diberikan kepada kita. Jika kita berani berjuang untuk mendapat selangkah itu, maka bangku yang sama akan tiada.
![](https://img.wattpad.com/cover/216031752-288-k53171.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
[REVISI] Cinta Di Atas Sajadah
RomanceDunia memang selalu seperti ini, menyuguhkan kebahagiaan dengan mudah, lalu memberikan luka yang teramat dalam hingga membuat seseorang tak mampu lagi untuk berharap. Mengharap pada dunia sama halnya seperti mengemis pada pelitnya manusia, sekuat ap...