•••

171K 3.8K 165
                                    

{03}



Author pov

"Rey, Vannia bangun. Ayo sarapan pagi." panggil Rara-ibu Rey- sambil mengetuk pintu kamar anak semata wayangnya.

Pintu pun terbuka. "Rey masih ngantuk ma," mata Rey terbuka lebar saat melihat jam dinding yang menunjukan sudah pukul 7 lewat 15 menit. Itu artinya ia terlambat sekolah. "Ma Rey mau mandi dulu."

"Kamu lupa kalo kamu udah gak sekolah lagi rey? Bangunin Vannia sana, mama mau siapin sarapan dulu dibawah" kemudian Rara pergi.

Rey berjalan dengan langkah gontai ke kasurnya. Ia mengguncangkan lengan Vannia yang masih terlelap. Hingga setelah beberapa kali, Vannia akhirnya terbangun.

"Mama suruh kita ke bawah sarapan." hanya berkata seperti itu, rey langsung pergi meninggalkankan Vannia yang masih mengumpulkan nyawanya.

Dengan tubuh yang masih mager akhirnya Vannia turun menyusul Rey. Sesampainya di ruang makan, disana sudah ada papa Doni, mama Rara dan Rey yang sedang menikmati sarapannya.

Kemudian Vannia duduk di kursi sebelah Rey. Ia merasa sangat canggung disana. Semua orang fokus dengan makanannya. Dan Vannia pun akhirnya ikut makan.

Doni sudah selesai makan dan pamit pergi ke kantor. Kalau Rara, katanya ia ada arisan mendadak pagi ini. Kini tinggal mereka berdua penghuni rumahnya.

Rey sudah selesai sarapan dan kini memainkan ponselnya, tanpa berniat mengobrol dengan Vannia.

Vannia berusaha untuk cepat menghabiskan makannya. Ia sangat takut berada di dekat cowok mesum itu.

Rey pov

Gue berusaha mengabaikan Vannia yang gue lihat dari sudut mata gue sedang buru-buru ngabisin sarapannya. Jujur gue gak tau harus mulai pembicaraan dari mana, karena sanking gabutnya gue cuma bisa scroll sisa instagram gue tadi pagi, karena kuotanya habis.

Pas Vannia mau bangun dari kursinya, gue tahan tangan dia. Tiba-tiba gue

liat wajah dia yang kayak takut gitu sama gue. Tapi gue salah apa coba?

Akhirnya gue coba bujuk dia buat duduk lagi dan memulai penbicaraan dengan nanya umurnya berapa.

"tujuh belas." ucap Vannia yang mulai tenang.

"Lo SMA dimana?"

"SMA Cendekia" jawabnya lagi.

Hingga kita terus mengobrol dan gue rasa, gue mulai akrab dengannya. Dan sepertinya juga Vannia mulai terbiasa, terbukti dari dia yang mukul paha gue karena ketawa dengerin kata-kata gue.

Kita mulai main game bareng. Dan ditengah keasyikan kita. Terlintas sebuah pertanyaan yang gue lupa tanyain ke dia.

"Van. Lo kenapa mau dinikahin sama gue?"

Vannia menoleh. "Kata ayah sama bunda, gue manja." katanya lalu kembali fokus pada gamenya.

Alis gue menyatu. "Tapi menurut gue, lo orangnya mandiri kok gak manja." entah kenapa, dari yang gue lihat Vannia itu bukan cewek manja. Tapi gue gak tahu nanti sih.

Matanya langsung berbinar pas gue bilang dia gak manja. "beneran? Baru kali ini ada yang bilang itu ke gue. Gue seneng banget!" gue agak kaget pas Vannia langsung meluk tubuh gue. Ini adalah kali pertamanya cewek yang meluk gue duluan. Biasanya mah kaga.

"Van lepasin." kata gue yang ngerasa mulai gerah karena dipeluk Vannia terlalu kencang. Tapi Vannia justru mengeratkan pelukannya. Dan itu buat gue semakin gerah, dan yang dibawah sana juga terasa sesak. Kalian pada taulah.

Kayaknya kata-kata gue barusan yang bilang Vannia gak manja, gue tarik.

***

Sekarang udah jam 3 sore, dan Vannia tiba-tiba merengek minta makan pizza. Gue langsung aja pesenin pizza di onlen.

Gak lama pizza pesanan gue dateng. Gue langsung lihat wajah gembira Vannia. Dan kita berdua pun makan pizza nya sama sama di sofa ruang tamu.

"Kenyang" kata Vannia merebahkan kepalanya di paha gue. Iya, perutnya kenyang, tapi yang dibawah gue ikutan kenyang juga kalo kayak gini terus.

Gue berusaha bujuk Vannia. "Van, tidur dikamar aja ya?" tanya gue.

Vannia menggeleng. "Mau disini." sekarang kepala vannia yang tiduran di paha gue menghadap ke perut gue. Tanggannya narik tangan gue lalu ditempelkan ke pipinya. Dan perlahan mulai terlelap

Gue tau. Vannia suka dipegang pipinya. Gue manfaatin itu untuk memindahkannya ke kamar gue. Dengan susah payah karena tangan gue yang harus tetep nempel dipipinya, akhirnya gue udah sampe dikamar.

Gue rebahin Vannia pelan pelan, dengan tangan gue yang setia dipipinya. Dan setelah itu, gue narik tangan gue pelan-pelan. Tapi gagal. Vannia narik tangan gue dengan tangan kanannya. Tangan kirinya mengusap pipi gue.

Sumpah dah, Vannia ngantuk kek orang mabuk njir.

Gue deketin bibir gue ke telinganya, lalu membisikannya. "Gue cowok normal van"

Yang buat gue heran vannia menjawab. "yang bilang kamu bencong siapa?" dia natap gue dengan mata yang setengah terbuka. Nih orang beneran minta di cipok yah.

Dengan nafsu gue yang udah kelewat, gue nindih tubuh dia. Asli dia kayak orang mabuk. Sebelum itu, gue coba nepuk pipinya mencoba buat nyadarin dia. Tapi bukannya sadar, dia malah kesenengan pipinya dipegang.

Gue merhatiin wajahnya yang matanya mulai tertutup. Tatapan gue turun ke bibirnya. Gak papa kan ya? Kita kan udah halal. Gue langsung aja melumat bibirnya. Vannia cuman diem gak bales ciuman gue, tapi dia membuka mulutnya seolah memberikan akses lidah gue untuk bermain disana.

Tapi permainan gue terhenti saat teriakan merdu nan menggelegar mama terdengar.

"REY?! VANNI?!! JEMURAN MAMA KOK BELUM DIANGKAT?"

Karena keasyikan bersama Vannia, gue lupa kalo diluar hujan deras.





+++

Vote ya gais

Istri Manja Gue [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang