$$

61.2K 1.5K 89
                                    

{23}
.
.

.
.

.
.

😐



😯




😀




😊








Rumah sakit.

Rey menjambak rambutnya frustasi, air matanya mengalir saat meihat Vannia kembali terbaring di brankar rumah sakit setelah peristiwa penculikan 7 bulan lalu. Membayangkan betapa mengerikannya kejadian yang terjadi pada Vannia, yang ia lihat langsung tadi.

Rey masih ingat bagaimana tubuh Vannia yang terpental karena tabrakan keras dari mobil yang melaju dari arah yang berlawanan. Bagaimana Vannianya yang pingsan dengan darah yang mengalir di kepala dan tubuh lainnya.

Ia tidak hanya mengkhawatirkan kondisi Vannia. Tapi juga anak yang ada di dalam perut Vannia.

"ARGGHH!!"

Rey mengepalkan tangannya. Ini semua karena ulah Ayrin yang terus mengganggunya. Kejadian saat Vannia melihat Rey berciuman dengan Ayrin itu benar-benar kesalahpahaman yang besar. Ayrin yang terus menggoda dan memaksa Rey, dengan membuka pakaiannya. Dan kebetulan saat itu Vannia datang dan melihat adegan tersebut. Rey berjanji akan memecat Ayrin dari pekerjaannya.

Bertepatan dengan itu Rey melihat Rara dan Doni datang dengan wajah khawatir. Bahkan Rara sudah menangis.

"Rey, Vannia nggak apa-apa kan? Terus keadaan bayinya gimana Rey?!!" tanya Rara dengan tangisannya.

Rara memukul dada Rey karena ia hanya diam saja ketika ditanya.

"Jawab Rey!" teriak Rara.

"Maaf, ini salah Rey." ucap Rey.

Brukk

Tubuh Rey terbentur tembok rumah sakit dengan keras, saat Doni mendadak mendorongnya. Rey hanya diam saja, dan tak melawan. Ia tau dirinya salah, bahkan sangat salah.

"Kamu bisa jaga Vannia gak sih, sebenarnya?!" Doni memijat pelipisnya. Apa yang harus ia katakan kepada keluarga Vannia nanti. Selalu saja seperti ini.

Beberapa saat kemudian, dokter pun keluar dan meminta salah satu dari mereka untuk berbicara. Dan akhirnya Doni yang maju. Lalu mereka pun pergi.

Di ruang dokter.

"Ada apa dengan anak saya dok?" tanya Doni cemas.

"Emm, jadi begini pak. Kondisi anak bapak sangat parah, dia kekurangan banyak darah karena mengalami pendarahan yang parah. Setelah diperiksa, stok darah B rhesus negatif milik rumah sakit sudah habis, karena golongan darah itu lumayan langka. Jadi kami mohon maaf sebesar-besarnya pak." jelas dokter itu.

"Lalu gimana caranya dok?"

"Saya sudah coba menghubungi rumah sakit lain yang mungkin memiliki stok darah tersebut."

Doni memijat pangkal hidungnya.

"Dan saya ingin memberitahu bapak, jika anak bapak harus menjalani operasi untuk melahirkan bayinya. Jika tidak, itu akan sangat membahayakan bagi keduanya." jelas dokter itu lagi.

Doni kembali terkejut. "Jadi cucu saya lahir prematur dok?"

Dokter itu pun mengangguk. "Silahkan bapak tanda tangani beberapa surat persetujuan untuk melakukan operasi dan surat administrasinya pak."

*

Rey dan Rara syok setelah mendengar penjelasan Doni.

"Gimana bisa stok darah bisa habis? Dan apa? Vannia operasi sesar?" Rara kembali menangis.

Rey mencoba tenang. Ia mengubungi teman-teman SMA nya, untuk menanyakan golongan darah. Ia juga mencoba menanyakan ke para mantannya.

Tapi beberapa menit kemudian setelah mendapat balasan, tak ada satupun yang memiliki golongan darah yang sama dengan Vannia.

*

Kantin Rumah Sakit.

Rey merasa sangat lapar, karena tidak makan sejak siang tadi. Jadi ia memutuskan untuk pergi ke kantin saja. Ia juga sangat lelah karena sejak tadi mencari stok darah untuk Vannia yang sangat sulit di dapat.

Akhirnya bakso yang Rey pesan datang.  Dengan segera Rey memakannya, ia mencoba untuk makan dengan cepat karena harus melanjutkan pencarian stok darah untuk istrinya.

"Minta sambalnya ya mas."

"ambil aja" ucap rey tanpa melihat siapa yang meminta. Rey hanya melihat tangan orang itu mengambil tempat sambal di mejanya.

Namun sekejap Rey merasa tidak asing dengan suara itu. Suaranya tampak tak asing di pendengarannya. Lalu Rey menaikan pandangannya melihat orang itu.
Rey tak menduga hal ini terjadi. "Nayra?"

Perempuan itu tersenyum kearahnya, dengan lesung di pipi kirinya. Senyum yang masih sama dan wajahnya sama sekali tidak berubah.

"Lo Nanand kan?" Nayra membungkam mulutnya. "Ah, maksud gue Reynand." ralatnya, lalu kembali tersenyum.

Rey tertawa kecil saat mendengar Nayra nama panggilan yang diucapkannya. Itu adalah nama panggilannya dulu saat mereka berpacaran.

Sesaat suasana canggung mulai terasa. Mungkin karena Nayra menyadari itu juga, ia mulai membuka obrolan.

"Gimana kabar lo, Nand?"

Rey menggaruk pipinya canggung. "Em baik. Lo gimana?"

"Gue juga baik kok. Oh ya, gue denger lo udah menikah ya? Congrats ya!"

Rey menatap tangan Nayra yang terulur. Lalu menjabatnya dengan ragu.

"Ah makasi, Nay." entahlah, Rey kembali merasakan debaran yang sudah lama tidak ia rasakan.

"Lo ngapain disini Rey?"

"Ya makan lah."

Nayra menepuk jidatnya. "Maksud gue, lo ngapain ada di rumah sakit, emang siapa yang sakit?"

"Istri gue kecelakaan. Dan dia lagi butuh darah, gue udah coba cari tapi gak ada yang punya golongan darah yang sama"

"Golongan darah istri lo apa?"

"B rhesus negatif" ucap Rey.

"Gue bisa donorin darah gue, Nand. Golongan darah gue B negatif"

Rey menatap Nayra tak percaya.






*

Segitu dulu ehe.

Jangan kesel dulu sama Nayra wkwk

Untuk pertanyaan di part kemaren, gua jawab sekarang.

>>Gua terinspirasi bikin cerita ini dari mana?
Dari khayalan gua ehe. Biasa gua orangnya suka halusinasi gitu, jadi buat cerita ini deh.

>>Gue ceue apa couo?
Gue doyan lobang ehe 👀

Udah itu doang pertanyaanya. Taya lagi dong -_-

*










Gua mau tanya dong, selama kalian baca cerita ini ada yang gak nyambung atau aneh? Komen ya. Mon maaf kalau ada.

👋

Istri Manja Gue [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang