-

57.7K 1.5K 54
                                    

{25}
.
.


.
.

Rey tersenyum senang ketika sedang membuka pintu kamar inap Vannia dan melihat Vannia dan Nayra yang tengah mengobrol di dalam.

"Ekhem."

Suara Rey membuat keduanya menoleh. "Eh Reynand," kata Nayra.

"Kalian ngomongin gue ya?" tanya Rey yang langsung nuduh mereka

"Iya kita lagi ngomongin kamu. Kenapa kamu gak bilang kalau Nayra yang udah bantu donorin darahnya aku?" cerocos Vannia

Rey menyengir. "Ya maaf, sayang." Rey mendekat lalu memegang pipi Vannia.

Vannia yang merasa tidak enak karena ada Nayra, memberi kode pada rey lewat matanya. Lalu Rey hanya menyengir kuda.

"Keadaan anak kalian gimana? Udah membaik?" tanya Nayra kemudian.

"Baik, Nay. Gue baru aja dari ruangannya."

"Syukurlah. Kalau gitu gue keluar dulu ya, ntar bokap gue marah pas tau gue ninggalin dia hehe."

Rey dan Vannia mengangguk. "iya hati-hati " kata Rey.

"Makasih, Nay" ucap Vannia. Nayra langsung menoleh dan tersenyum.

"Aduhh.. Kenapa van" tanya Rey mengusap perutnya yang dicubit Vannia.

"Pengen lihat anak aku, Rey. Ajak aku kesanaa" rengek vannia sambil menggoyangkan lengan Rey.

"Mau aku anter liat Nia?"

"Hah? Nia siapa?" tanya vannia bingung.

"Nia anak kita. Aku ambil tiga huruf belakang dari nama kamu, soalnya dia mirip banget sama kamu Van. Tapi kalo hidungnya mirip aku" Rey membanggakan hidungnya yang kebih mancung.

"Pencuri nama! Dih, emang kamu mancung? Buruaan aku pengen lihat Nia."

Rey lalu mengangkat Vannia dan mendudukannya di kursi roda yang tersedia disana. Lalu ia mengajaknya ke ruangan dimana tempat anak mereka berada disana.

"Dimana Nia?" tanya Vannia yang bingung melihat 3 buah inkubator yang berisi bayi.

"yang ditengah" Rey lalu mendorong kursi roda Vannia mendekati anak mereka.

"Hallo nia sayang, papa lagi sama mama kamu yang lagi pengen ketemu nih" ada sesuatu yang terasa di dada Rey ketika mengucapkan dirinya dengan sebutan 'papa'

Rey melihat Vannia yang memegang kaca inkubator itu sambil menatap bayinya. Lama terdiam tanpa suara akhirnya Rey mendengarkan isakan haru Vannia.

Lantas Rey berjongkok menjajarkan tingginya dengan Vannia, lalu mengusap air matanya yang mengalir.

"Jangan nangis sayang" Rey mengecup bibir Vannia sebentar.

"Aku seneng" Vannia memeluk Rey dan Rey membalas pelukannya. Lalu kemudian Rey melepaskan pelukannya saat mendengar tangisan dari bayi disebelah kanan Nia.

"Cup cup cup.. Jangan nangis dek" ucap Rey mendekati bayi itu.

"Rey. Mama sama papa kenapa belum ada kesini?"

"Papa lagi ada urusan di kantor, kalo mama mungkin kesini agak sorean." jelas rey dengan tatapan yang tak lepas dari bayi yabg tadinya menangis itu. "Eh Van, liat deh bayi ini cowok. Kita jodohin sama Nia yuk"

"jangan ngawur deh, mereka masih kecil." balas Vannia menanggapi ucapan Rey yang mengada ngada. Lalu Vannia memperhatikan wajah Nia. Memang benar wajahnya mirip dirinya, bahkan sangat mirip. Lalu Vannia memperhatikan hidungnya.

"Rey" panggil Vannia.

Rey lalu menoleh. "kenapa?"

"Sini deh"

Rey mendekat dan kembali berjongkok di depan Vannia, sesekali menatap bayinya. "Kenapa sayang?" rey membelai pipi Vannia.

"hidung Nia, kenapa lebih mancung dari hidung aku? Aku gak terima Rey"

Ternyata Vannia menyadari itu. Rey lalu tertawa geli melihat Vannia yang terus memegang hidung Rey lalu memegang hidungnya sendiri untuk membandingkannya.

"Gausah di pegang terus, gak bakal tambah mancung" ledek Rey.

"Ih kesel!"

"Tunggu, hidung kamu berdarah Van"

Melihat wajah khawatir Rey, Vannia memegang hidungnya lalu melihat jarinya yang berisi darah.

Tanpa aba-aba apapun, Rey langsung membawa istrinya ke kamar inapnya dan segera memanggil dokter.



*



Akhirnya tiba saatnya Vannia sudah dibolehkan pulang oleh dokter, karena memang kondisinya yang sudah pulih ditambah permintaan Vannia untuk pulang karena bosan terus berbaring di rumah sakit.

Begitupun Nia yang juga dibolehkan untuk pulang karena kondisi Nia yang sudah pulih dan sehat layaknya bayi lainnya.

"hati-hati Rey, awas tangannya ketekuk. Itu bantalnya dinaikin dong biar kepala Nia nggak sakit." Ucap Vannia dari tempat tidurnya dengan perasaan setengah khawatir saat melihat Rey meletakan Nia di tempat tidurnya.

"Udah sayang, bawel banget sih" jujur Rey juga agak takut, karena ini pertama kalinya ia berurusan dengan bayi.

"Ahh, akhirnya" Rey merasa bangga dengan dirinya saat berhasil melakukannya. Lalu Rey merebahkan tubuhnya disamping Vannia dan memeluk istrinya itu.

Hingga Tangan Rey tak sengaja mengenggol perban ditangan kiri Vannia. "Aw, Rey!"

Rey auto bangkit dan memeriksa tangan Vannia dan meniupnya. "Masih sakit?"

Vannia tersenyum malu "udah enggak"

Lalu Rey kembali memeluk Vannia dengan hati-hati.

Rey kembali memikirkan sesuatu yang masih mengganjal di pikirannya. Jujur, dirinya belum siap untuk hal itu.

"aku cinta kamu, Van"

Vannia sedikit tersentak karena ucapan Rey yang tiba-tiba. Saat Vannia hendak melepas pelukannya, Rey tetap menahannya.

"Tetap kayak gini Van, sebentar aja" pinta Rey. Vannia pun hanya terdiam menurut.


































habis.

























End?

or

Lanjot?

Istri Manja Gue [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang