^^^

82.9K 1.6K 59
                                        

{15}

.
.

.
.

.
.


Vannia membuka matanya perlahan. Kepalanya masih sangat sakit dan agak pusing. Ia melihat kakinya diikat, dan tangannya yang juga diikat dibelakang. Tunggu, bibirnya juga ditutup lakban hitam. Dan Vannia sangat terkejut melihat kancing seragamnya yang terbuka dan menampakan buah dadanya.

Vannia berada diatas kasur dengan sprey hitam bergambar tengkorak, ia melihat sekelilingnya. Nafasnya sesak karena mencium bau rokok dan aroma menyengat lainnya. Sepertinya ia sedang berada di sebuah kamar di apartemen, dan sepertinya pemilik kamar ini adalah laki-laki.

"Hmmphhh mmphh.." Vannia berusaha berteriak dan menggerakan badannya berharap ada yang mendengarnya. Tapi usahanya tak berhasil.

Lalu ia melihat seorang laki-laki yang tampak familiar masuk kedalam. Dia adalah Eric tetangganya. Dengan perasaan lega Vannia berteriak agar Eric mau membantunya. Namun, harapannya pupus saat Eric justru mengunci pintu apartemen.

"Hallo Vannia, kita ketemu lagi" sapa Eric dengan senyum yang membuat Vannia takut melihatnya. Terlebih saat eric mulai mendekat kearahnya.

"Hmmphhhh" Vannia berusaha menjauh, namun baru beberapa kali mundur, punggungnya sudah menempel di batas kasur. Air matanya menderas, ia berharap Rey masih memperdulikannya dan bisa menemukannya disini.

Vannia berusaha memberontak saat Eric meraba payudaranya, sesekali meremasnya. Jika saja lakban sialan ini tidak menutup mulutnya, tangisan Vannia sudah memenuhi ruangan ini, dan ia bisa menggigit tangan nakal lelaki jahat ini.

Benar kata Rey. Ia terlalu percaya dengan keramahan Eric dan menganggapnya sebagai orang yang baik, tapi ternyata sifat Eric jauh dari itu.

"Gede juga ya, gak salah pilih target nih gue." Eric membuka kancing seragam Vannia hingga habis.

"Diem!" Bentak Eric sambil mendekatkan sebuah cutter ke leher Vannia. Lalu eric melepaskan lakban dari mulut Vannia.

"hiks hiks.. Lepasin Vannia kak" lirih vannia dengan air mata yang tak hentinya mengalir. Saat vannia mulai memberontak, cutter itu tak sengaja mengenai lehernya sehingga menimbulkan goresan kecil yang mulai mengeluarkan darah.

"LEPASIN GUE KAK!!" teriak vannia saat Erix menghisap darah dileher vannia.

Kemudian Vannia menggigit bahu eric dan mendorong Eric sekencang mungkin. Dan berhasil saat hendak turun dari kasur, Vannia kalah cepat dari eric yang kembali membekap mulutnya dengan lakban baru yang merekat lebih kuat dari sebelumnya.

"Berani ngelawan ya, lo?!" Eric menarik baju seragam vannia dan merobek tangtopnya. Kini eric bisa melihat payudara Vannia yang hanya tertutup bra. Eric menghisap payudaranya.

Vannia kembali melawan, saat Eric hampir saja membuka bra nya. Namun saat itu juga ia mendapat tamparan keras dipipinya, sehingga menimbulkan bekas kemerahan disana.

"Vannia diam!" Bentak Eric membuat nyalinya menciut.

Eric kembali mengarahkan cutternya kewajah vannia. Eric mengusap air mata vannia kasar dan menjalankan ujung cutter dipipinya.

Vannia merasakan perih dipipi dan lehernya. Tidak ada gunanya melawan Eric, tenaga eric sangat jauh dibandingkan dirinya. Ia rela jika harus mati sekarang karena cutter itu, dibandingkan harus disentuh manusia menjijikan seperti eric. Tapi semuanya percuma. Eric sudah menyentuhnya, menyentuh tubuh yang seharusnya hanya milik Rey.

Tenaga vannia melemah, ia terlalu syok dengan apa yang dialaminya hari ini. Pandangannya mulai memburam. Namun ia kembali sadar karena merasakan satu tamparan keras dipipinya.

Tak lama Eric berhenti memainkan payudaranya, karena ditelepon. Vannia melihat Eric yang keluar dari kamar, saat itulah Vannia kembali kehilangan kesadarannya.

°°°





Gaada syaratnya :)

Istri Manja Gue [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang