^^

80.5K 1.7K 16
                                    

{14}

.
.

.
.

.
.

15.20

Vannia mengibaskan tangannya karena merasa gerah. Hampir 30 menit ia duduk di depan gerbang sekolah yang sudah ditutup. Berkali-kali juga ia menelpon dan mengirim pesan kepada Rey, tapi tidak ada yang dibalas.

Lagi-lagi air matanya turun. Ternyata sakit juga diabaikan oleh Rey. Dikelas tadi, ia sama sekali tidah terlihat semangat karena memikirkan Rey.

Tak terasa 10 menit berlalu. Akhirnya Vannia memutuskan untuk berjalan saja, ia takut jika harus naik angkutan umum seperti tadi, duduk bersebelahan dengan preman menyeramkan yang selalu meliriknya.

Beberapa langkah dari sekolah, ia melihat ada penjual es krim. Vannia mengusap air matanya, kemudian menuju kesana.

"Es krimnya neng, dibeli." tawar mamang es krim itu ramah.

"Rasa cokelat satu ya."

Setelah membayar es krimnya, Vannia kembali berjalan dengan tatapan kosong sambil memakan es krimnya yang mulai meleleh karena teriknya matahari.

Kemudian ia membuka ponselnya yang terasa bergetar. Ternyata hanya pesan dari operator. Dengan lemah, ia memasukan saja ponselnya ke dalam tas.

Setelah beberapa menit berjalan, Vannia merasakan pegal di kakinya. Ia mencoba menepi dan duduk di trotoar jalanan yang saat itu sepi.

Saat itu juga, vannia merasakan ada yang membekap mulutnya. Ia berusaha melawan, namun karena bius yang dihirupnya ia tidak sadarkan diri. Pandangannya menggelap.

°°

Rey menatap ponselnya. Ia mengabaikan banyak panggilan dari vannia. Biar dia tau rasa, pikirnya.

"Makannya jangan ngelawan kalo diakasi tau" dumelnya. Kemudian ia melanjutkan game nya yang tertunda. Hari ini Rey tidak bekerja, jadi ia bisa bermain game sepuasnya.

Karena asyik dengan game nya, Rey sampai lupa waktu. Ia mematikan gamenya dan melihat kearah jendela. Langit sudah gelap, tapi Vannia belum juga sampai.

Ia mengecek ponselnya, tidak ada lagi panggilan atau pesan dari vannia. Rey mencoba menghubungi Vannia, namun tidak dijawab.

Jujur kali ini Rey sangat mencemaskannya. Ada rasa sedikit menyesal setelah mengabaikan Vannia tadi.

Rey segera memakai jaketnya, mengambil kunci mobil dan mencoba ke sekolah Vannia.

Sesampainya Rey disana sekolahnya sudah gelap, dan tidak mungkin masih ada siswa disana.

Rey kemudian berbalik, memutuskan untuk mencari Vannia di tempat lain. Ia tidak berani memberitahu orang tuanya dulu.

°

Sudah hampir larut Vannia belum juga dtemukan. Rey mengacak rambutnya frustasi. Ia sangat menyesal.

"Arghh!" rey menendang pohon tak bersalah yang ada disamping jalanan.

Ia akhirnya menyerah dan menuju pulang. Pada akhirnya rey pun memberitahukan ke orang tuanya, tapi tidak ke orang tua Vannia. Rey terlalu takut untuk itu.

Jangan tanya bagaimana tanggapan Rara dan Doni setelah rey menjelaskan segalanya. Mereka marah besar dengan Rey, dan terus menyalahkan Rey.

"Ya ampun Rey! Kamu kenapa ceroboh banget sih?!" suara Rara terdengat frustasi dari telepon.

"Rey juga gak mau ini terjadi mah, pah,"

"papa udah laporin masalah ini ke polisi, dan semoga Vannia bisa ditemukan segera." tambah Doni menimpali.

Setelah itu, Rey mematikan ponselnya. Dan memutuskan untuk pulang dan melanjutkan pencariannya besok.

.

.

.

.

Dikit dulu ya,

10 vote aja deh buat next :)

Istri Manja Gue [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang