¤

52.7K 1.6K 130
                                    

{28}

.
.




.
.




.
.


Ada 18+ nya dikit.




Vannia mengerjapkan matanya, melirik ke samping mendapati Rey yang sudah duduk di pinggir kasur dengan pakaian kerja nya.

"Kamu udah mau berangkat Rey?"

Rey menoleh dengan wajah datarnya. Tapi Vannia justru memeluk Rey mengabaikan tatapan datar Rey, ia merindukan suaminya itu.

Hingga akhirnya Vannia terpaksa melepaskan pelukannya saat Rey yang melepas paksa. Lalu vannia melihat Rey yang mengambil sesuatu di laci.

Sebuah kertas berisi tulisan (?)

Rey memberikannya kepada Vannia, tak lupa disertai sebuah pulpen. "Tanda tangan disini" kata Rey menunjuk salah satu sisi sudut kertas.

Sebelum itu Vannia mengerutkan keningnya. Setelah membaca isi surat itu, hatinya merasakan sakit dan remuk bersamaan.

Sebuah surat perceraian.

"Kamu bercanda kan Rey? Ini gak mungkin kan?" Vannia tertawa hambar menatap rey.

"Gue sadar sama apa yang gue ucapin semalam, Van"

"Nggak! Kamu lagi prank aku kan? Ini surat palsu, ini nggak mungkin. Atau aku lagi mimpi?" Vannia menepuk pipinya sekeras mungkin, namun hanya rasa sakit yang terasa. Ini nyata.

Hatinya semakin sakit ketika Rey hanya diam saja ketika Vannia menepuk pipinya keras.

Air mata Vannia mengalir turun, ia tidak bisa menerima apa yang terjadi saat ini. Semalam ia pikir hanya karena efek mabuk, Rey jadi berbicara agak ngelantur.

Vannia tak percaya bahwa Rey telah menyiapkan surat gugatan ini. Yang berarti Rey memang berencana akan menceraikannya. Dan tunggu, kata-kata Rey juga berubah. Jika sebelumnya dia berbicara dengan aku-kamu, kini sudah tidak.

"Gue tunggu keputusannya nanti" ucap Rey lalu beranjak keluar kamar.

Disanalah Vannia menangis sekencang mungkin. Akankah kisah cintanya dengan Rey berakhir dengan sesingkat ini? Ia bahkan baru melahirkan Nia. Bagaimana nasib Nia nanti jika orang tuanya akan berpisah? Vannia tidak bisa membayangkan hal itu terjadi.

Vannia menatap sebuah surat gugatan cerai, dengan wajah yang dibasahi air matanya yang tak berhenti mengalir, dan dengan tangan yang bergetar.

"Kamu jahat Rey"

*

Ting tong....

Ting tongg...

Rara berhenti melakukan kegiatan menyiram bunganya saat mendengar suara bel yang dibunyikan dengan terus menerus. Rara lalu berjalan menuju gerbang, dan betapa terkejut nya ia saat melihat Vannia yang berderai air mata dengan menggendong Nia, dan kondisi Vannia yang terlihat sangat kacau.

"Vanni? Kamu kenapa sayang?" Rara membuka gerbang lalu menggendong Nia dan membawa mereka masuk. Saat di ruang tamu, Rara dan Vannia duduk disofa.

"Kamu kenapa? Ayo cerita sama mama." Rara mengusap lembut rambut Vannia.

Vannia kembali terisak, entah mengapa baru kali ini Rara melihat kondisi Vannianya yang biasa ceria jadi seperti ini.

Vannia menunjukan sebuah surat gugatan cerai yang belum Vannia tanda tangani dan Rara langsung membaca surat itu.

"Hah? Ini gak mungkin kan Van?" Rara sangat terkejut setelah membacanya. Ia sangat tidak percaya dengan apa yang dilihat, karena ia tau bagaimana besar rasa cinta Rey kepada Vannia.

"Aku nggak mau cerai ma" Vannia yang sesenggukan memeluk Rara erat. Rara mencoba menenangkan Vannia dengan mengusap punggung perempuan itu.

*

Disisi lain, seorang lelaki memasuki sebuah tempat yang tak pernah sepi. Tempat yang menjadi pelariannya akhir-akhir ini.

"Akhirnya lo dateng juga, bro" sapa seorang lelaki yang menghisap rokoknya.

"Nih minum, Rey" Lelaki berambut agak gondrong di sebelahnya memberikan sebotol wine kepadanya.

"Gue gak pengen minum"

Rey kali ini tak ada niat untuk minum. Ia hanya ingin menghibur dirinya dari kekacauannya hari ini. Sudah 2 kali ia pergi ke club ini sepulangnya dari kantor.

Seorang wanita dengan pakaian yang kekurangan bahan datang menghampiri Rey. Lalu mulai menggoda Rey dengan memeluk Rey dari belakang. Lalu wanita itu menuangkan wine ke sebuah gelas dan memberikannya kepada Rey.

Rey yang awalnya menolak, kini menerima minuman itu dan meneguk nya segelas, hingga akhirnya dua gelas dan terus berlanjut.

Wanita itu kembali menggoda Rey dengan menempelkan payudaranya di lengan Rey, dan mencium bibir Rey, hingga berakhir menjadi lumatan. Rey yang awalnya diam tak membalas mulai terbuai dengan ciuman jalang itu. Rey benar-benar sudah kehilangan akal sehatnya.

Rey mulai berdiri saat wanita itu mengajaknya untuk masuk ke sebuah kamar yang tersedia di club itu. Saat mereka sampai, wanita itu mengunci pintu lalu kembali mencium Rey yang sudah terlentang dikasur karena efek mabuknya.

wanita itu menindih Rey lalu membuka setengah bajunya hingga menampakan kedua buah dadanya yang polos. Ia membiarkan Rey terus menghisapnya, dan wanita itu terus mendesah membuat Rey semakin terangsang.

Kini Rey yang menindih wanita itu dan mulai menghisap lehernya hingga meninggalkan beberapa bekas merah disana. Rey membuka seluruh pakaian wanita itu hingga membuatnya telanjang bulat. Dengan otomatis wanita itu melebarkan pahanya, Rey lalu memasukan dua jarinya disana dan mengocoknya pelan, hingga wanita itu mencapai pelepasannya.

Rey lalu melepaskan celananya, saat hendak melepas boxernya, Rey tiba-tiba mengurungkannya. Itu membuat jalang didepannya kecewa.

Rey lalu bangkit memakai celananya dan membenarkan penampilannya. Ia meletakkan beberapa lembar uang kertas disebelah jalang itu, lalu pergi dari sana.

*

Rey tiba di rumah, ia berjalan sempoyongan seperti kemarin. Rey menyalakan lampu ruang tamu yang mati. Ia mengerutkan keningnya, tumben Vannia lupa menyalakan lampu.

Dengan susah payah Rey menaiki anak tangga, hingga ia tiba di depan pintu kamarnya dengan Vannia. Lalu ia membuka pintu itu dengan sedikit kasar. Rey tidak melihat Vannia disana, lalu ia melangkah menuju box bayi, Nia juga tidak ada.

"shit!" umpat Rey, merasakan sakit di kepalanya. Lalu ia mencoba untuk merebahkan tubuhnya.




















































habis.


















































































#

300 vote = next!!

Gue udah jahat nih

Istri Manja Gue [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang