*

76.7K 1.6K 37
                                    

{16}

.
.

.
.

.
.


Vannia mencoba membuka mata saat merasakan tubuhnya dipeluk. Dengan pencahayaan televisi yang masih menyala, vannia mencoba melepaskan pelukannya. Ia tidak tau saat ini pukul berapa. Akhirnya ia berhasil melepaskan pelukan Eric.

Perutnya yang lapar, ditambah rasa perih bekas tamparan dan goresan dipipi dan lehernya membuat tekadnya untuk kabur semakin besar.

Vannia berusaha turun dari kasur tanpa membuat getaran yang bisa membuat Eric bangun nantinya. Dengan agak susah payah akhirnya ia berhasil turun dari kasur. Vannia berusaha bergerak menuju pintu, hingga vannia merasakan pergelangan kakinya diikat.

Ternyata tali yang digunakan mengikat kakinya terhubung dengan kaki Eric, yang ternyata Eric memang sudah bangun dan memperhatikannya dengan senyuman liciknya. Ternyata eric cukup pintar.

Dengan sisa tenaganya vannia mencoba bergerak menjauh saat eric mendekatinya. Namun usahanya gagal, ketika eric berhasil menyeretnya dengan kasar kemudian mendudukannya dikasur, lalu menampar pipi vannia dengan keras.

"Mau kabur? Maaf gue gak sebodoh yang lo kira." katanya tersenyum licik. Itu membuat Air mata vannia kembali turun.

Kroeek

"Oh, lo laper? Bilang dong." ucap eric saat mendengar perut vannia yang berbunyi. Kemudian eric menyalakan lampu, dan pergi mengambil makanan.

Kemudian eric kembali datang dengan sepiring nasi dan segelas air. Lalu ia duduk disebelah vannia,  dan membuka lakbannya.

Eric mencium bibir vannia sekilas. Kali ini vannia tidak brani melawan karena eric membawa senjatanya. Cutter tajam itu. Lagi.

"Buka mulutnya dong" ucap eric karena vannia tak kunjung membuka mulutnya saat eric mendekatkan sendok ke bibirnya.

"Buka atau?" eric mendekatkan cutternya ke leher vannia. Melihat itu, vannia membuka mulutnya dengan perlahan.

"Aku mau pulang kak" ucap vannia lemah.

Eric mengabaikan kata kata vannia dan terus memberinya makan.

"Udah kak" vannia menolak saat eric memberi suapan ke tiganya.

Nyali vannia menciut saat melihat eric tiba-tiba membanting piring dan gelas itu. Jantungnya berdegup kencang karena takut. Ia berusaha menjauh, namun ia kembali mendapat tamparan dan merasakan eric menjambak rambutnya.

"Aakhh... Sakit kak!!! Lepasin akuu!" teriak Vannia disela tangisannya.

"Ini akibatnya lo gak nurut sama gue!"



**

08.09 pagi.

Hari ke 2 pencarian Vannia.

Rey kembali menuju sekolah, dan menanyakan perihal vannia. Tapi kata guru-guru disana, hari ini vannia tidak masuk sekolah. Dan terakhir kali melihat vannia adalah kemarin.

Penjelasan dari teman-teman vannia dikelasnya, katanya kemarin vannia terlihat lesu dan irit bicara tidak seperti biasanya. Ah, rey tau penyebab itu.

Setelah melakukan pencarian di sekolah, Rey mencoba menuju suatu tempat. Ia pergi ke rumah tetangganya, mungkin saja ia tau dimana Vannia.

Setelah sampai, rey mengetuk pintu beberapa kali. Hingga seorang wanita dengan tangtop sexy dan hotpants datang membukakan pintu.

"Ada apa ya?" tanya wanita itu menatap genit Rey, sesekali memegang tangan Rey.

Jujur rey sangat kesal dengan perlakuan wanita itu. Ia sama sekali tidak tergoda, bahkan tubuh wanita itu sangat jauh dari tubuh vannia nya.

Namun rey mencoba untuk tetap sopan. "pemilik rumah ini dimana ya?"

"pemiliknya ya aku" jawabnya  dengan nada sok imut.

"Maksudnya, yang cowok itu."

Wanita itu mengangguk beberapa kali "Ohh eric, dia udah pindah katanya nemu yang baru terus aku ditinggalin deh." jawabnya dengan wajah marah bercampur sedih.

"Ohh, pindahnya kemana?"

"Katanya ke Apart barunya di Bandung. Kenapa kamu nanyain dia? Mending kamu main sama aku aja yuk" wanita itu terus menarik rey.

"Ah, maaf mba. Saya harus pergi" rey melepaskan tangan wanita itu dengan kasar. Ia segera menuju Bandung mencari eric disana. Entah kenapa feeling nya yakin jika eric tau dimana vannia.







*

Nih janjinya.




Komen next biat lanjoot.

Istri Manja Gue [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang