Di depan gerbang rumahnya Daniel tengah memperhatikan mobil Civic putih miliknya. Mengusapnya bagian mobil tersebut mengecek ada debu atau tidak disana. Ia lalu bercermin di spion mobil mewahnya tersebut. Ya mobil yang cukup mewah untuk seorang anak SMA. Dari kaca spionnya Daniel melihat Rani yang berjalan ke arahnya.
"Ngaca mulu. Kuy berangkat,"ucap Rani sambil memukul pelan punggung Daniel.
"Yaudah nih kuncinya,"ucap Daniel sambil melempar kunci mobilnya ke arah Rani. Dengan sigap Rani menangkapnya tapi ia lemparkan kembali ke arah Daniel.
"Daniel lo mau ngejek gue."
Daniel pun tertawa. Sebenarnya Rani trauma untuk membawa mobil pasalnya beberapa tahun yang lalu tepatnya saat setalah ia lulus Smp. Ia dan Daniel berniat untuk mengendarai mobil milik ayah Rani yang ditinggal ke luar negri.
"Ran coba yuk mobilnya,"ajak Daniel sambil memperhatikan mobil tersebut.
"Gak ah gue takut. Kita kan belum cukup umur,"tolak Rani. Walau sebenarnya Rani sangat ingin mencoba untuk mengendarai mobil. Toh, ia sudah pernah mencoba mengendarai mobil di dalam games. Dan ia pikir ia juga akan bisa tentunya.
"Lah kan nanti jendela mobilnya di tutup, mana ada coba yang tau dari luar kalau umur kita ini berapa,"ucap Daniel terus memaksa Rani. Pikiran Rani pun sedikit bingung dan bimbang. Ia penasaran tapi ia juga tak berani.
"Gue takut."
"Yaelah kan ada gue."
Pada akhirnya mereka pun menaiki mobil tersebut dan tentu saja Rani sudah duduk di kursi pengemudi. Ia benar benar percaya diri. Dan ini mungkin akan sama seperti yang ada pada game. Daniel lalu duduk di jok samping.
"Ayo Ran, berangkat!"teriak Daniel semangat. Dengan percaya diri Rani pun menyalakan mesin mobilnya. Ia pun menggeser persneling mobil tersebut. Tapi sepertinya Rani salah menginjak pijakan sehingga mobil tersebut mundur dengan sangat cepat. Sampai sampai menabrak jendela kaca yang membatasi ruang tamu dan garasi sampai pecah. Ia mulai panik saat mendengar suara dari pecahan kaca nya itu. Ia yang panik lalu menginjak pedal yang lain dan mobil bergerak maju dengan cepat dan berbelok menuju taman depan rumahnya. Tak hanya itu pot, taman, dan air mancur ia tabrak juga. Semua nya hancur.
Setelah saat itu Rani menangis dan mulai trauma. Ia benar benar takut. Dan dari situlah muncul kata Babu dan Majikan antara Daniel dan Rani. Dan sampai saat ini orang tua Rani beserta orang tua Daniel tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi. Walau Daniel tersalahkan tapi Daniel juga di untungkan.
Tawa Daniel membuyarkan lamunan Rani. Ia lalu menatap Daniel sinis.
"Awas aja kalau lo bilang bilang,"ancam Rani sambil mengacungkan telunjuknya ke arah Daniel.
"Iya tenang aja. Asal lo tetep jadi asisten gue ya,"ucap Daniel sambil mengelus pucuk kepala Rani dengan sebelah tangannya dan tangannya yang lain sedang memegang stir mobil. Rani lalu menggenggam tangan Daniel dengan kedua tangannya.
"Awas aja kalau lo bilang bilang gue patahin tangan kekar lo ini,"ucap Rani sambil membuat ekspresi yang menyeramkan. Tapi bagi Daniel itu sangat lucu, dan ia tetap tertawa.
"Iya bawel ku."
***
Mobil yang di kendarai Daniel pun berhenti tepat di depan sebuah kafe besar. Rani pun menatap Daniel bingung.
"Kok kita turun disini?"tanya Rani bingung.
"Gue males ke sekolah hari ini,"ucap Daniel santai. Rani pun kaget dan ia mulai memarahi Daniel.
"Lo mau bolos? Gue pikir lo udah gak pernah bolos lagi,"tanya Rani kesal. Ia lalu melipat kedua tangannya di dada.
"Hari ini pelajaran ekonomi gue males banget buat belajar,"ujar Daniel benar benar dengan suara yang santai. Berbeda dengan Rani yang mulai panik. Ia menatap ke arah jam tangan biru miliknya. 10 menit lagi bel masuk berbunyi.
"Daniel! Anterin dulu gue ke sekolah! Gue gak mau bolos,"ujar Rani benar benar panik. Ia menggoyang goyangkan tubuh Daniel.
"Daniel ayo,"ajak Rani dengan suara memohon.
"Yaudah ayo turun."Daniel lalu keluar dari mobil. Kemudian membukakan pintu mobilnya untuk Rani.
"Daniel tapi-"
"Udah ayo,"ajak Daniel lalu menarik tangan Rani untuk masuk ke dalam kafe. Diselimuti rasa cemas dan takut karena ini pertama kalinya Rani bolos dari sekolah. Dan ia tak tahu Daniel akan membawa nya kemana.
"Hei bos! Yang lain udah pada nunggu tuh,"sapa salah satu pegawai kafe tersebut menyapa Daniel.
"Oke. Thanks!"jawab Daniel sambil mengangkat sebelah tangannya. Dan tangan yang satunya tetap menarik Rani, bahkan ia genggam sangat erat tangan Rani itu. Rani tak melawan karena itu percuma.
Daniel dan Rani pun memasuki sebuah pintu yang di gantungi lambang di larang masuk. Sebelum masuk Daniel melihat ke kiri dan kanan. Mereka berdua pun masuk kesana. Mereka melewati lorong yang cukup gelap, namun di ujung lorong tersebut terlihat sebuah cahaya dan juga suara tawa dari beberapa orang.
"Datang juga lo Niel,"ucap salah satu laki laki disana yang mengenakan seragam sekolah juga namun dari sekolah lain. Daniel melepas genggaman tangannya lalu memeluk temannya itu.
Rani memperhatikan ke sekeliling. Ruangan ini berisi siswa dan siswi SMA dari berbagai sekolah. Dengan pakaian ala ala badboy. Tak hanya ada laki laki disini ada juga perempuan, ya dengan pakaian yang sangat ketat sampai sampai kancing atas mereka terbuka, tak lupa rambut panjang yang di cat merah. Bungkus bungkus rokok ada dimana mana. Tak hanya rokok, vape dan yang lainnya pun tersedia disini.
Mereka semua memperhatikan Rani dengan tatapan aneh. Rani bahkan tak percaya bahwa Daniel bisa berteman dengan orang orang seperti mereka. Rani menelan salivanya. Dan ia benar benar takut akan tatapan mereka. Mungkin karena Rani yang paling berbeda diantara mereka.
"Hai! Lo kok diem aja,"tanya salah satu laki laki berbadan jangkung disana sambil merangkul Rani.
"Woy Renald jangan sentuh dia!"teriak Daniel marah. Dengan refleks orang bernama Renald ini pun melepas rangkulannya. Daniel kemudian berjalan ke arah Rani dan merangkul Rani dengan posesif.
"Kenalin dia ini sahabat gue. Dan kalau ada diantara kalian yang nyentuh dia atau ganggu dia. Habis kalian,"ancam Daniel sambil menatap orang orang di sana satu persatu. Dan mereka menunduk tak berani.
"Daniel gue mau bicara,"bisik Rani. Daniel pun membawa Rani menjauh dari kumpulan teman teman Daniel tadi. Ia melepas rangkulannya lalu berdiri menghadap Rani.
"Ada apa?"tanya Daniel.
"Gu-gue mau pulang,"ujar Rani lalu ia pun menangis. Ia benar benar takut. Ini bukan lingkungannya."gue takut, gue mau pulang."Rani tetap menangis dan itu membuat Daniel khawatir. Daniel lalu memeluk Rani untuk menenangkannya.
"Udah tenang aja mereka semua baik kok, jangan takut ada gue,"ujar Daniel menenangkan sambil mengelus rambut Rani. Rani lalu melepas pelukannya. Daniel lalu melepas kaca mata Rani yang berembun lalu mengelap nya dengan tissue yang ada dalam sakunya. Ia lalu memakaikan kacamatanya kembali.
"Ada gue Disini. Dah ya. Yuk!"ajak Daniel dan Rani hanya mengangguk pasrah. Ia menghapus air matanya tak ingin mempermalukan Daniel di hadapan yang lainnya.
"Oke guys ayo kita senang senang,"teriak Daniel semangat lalu yang lain pun ikut berteriak semangat. Rani menatap Daniel dengan raut cemas dan sekali lagi Daniel menenangkannya.
"Tenang aja disini gak ada miras atau narkoba,"ucap Daniel berbisik."jujur Lo pasti suka."
***
Tbc.....
Halohaaaaa
Oh iya tekan bintang di bawah ya. Dan juga tekan tombol di sebelahnya jika kalian ingin memberi kritik dan saran. Terimakasih.
-salambungabunga
KAMU SEDANG MEMBACA
RADDAR💑
Teen FictionCerita bad boy juga good girl. 15+ - - - - - Rani Arsyla Danuar. Good girl, suka belajar, salah satu siswa dari kelas unggulan, chef nya sma Galaxy dari ekskul tata boga. Wajah manis tapi gak pernah dandan. Tak lupa kacamata bulat selalu menempel di...