"Ran serius gak mau pulang bareng sama gue?"tanya Alvino sambil berjalan beriringan bersama Rani setelah selesai latihan memasak untuk lomba.
"Gak usah Vin gue sendiri aja,"jawab Rani lesu.
"Atau Lo pulang sama Daniel??"tanya Alvino lagi. Rani terdiam.
"Daniel udah pulang belum ya?"gumam Rani perlahan.
"Rani awas!"Alvino memegang tangan Rani menghindarkannya dari sebuah mobil yang keluar dari arah parkiran. Kaca mobil itu terbuka.
"Rani Alvino maaf ya. Gue juga duluan ya,"Ujar Viona dari dalam mobil. Rani menatap ke dalam mobil itu, ada Daniel disana. Ya itu adalah mobil Daniel. Kaca mobil itu kembali tertutup kemudian melaju pergi.
"Gak gue gak sama Daniel,"ujar Rani melihat kepergian mobil Daniel.
"Ini udah mau malem loh Ran, serius gak mau bareng gue aja?"tawar Alvino lagi. Rani tetap menolaknya.
"Seriusan Vin gue naik angkot aja. Udah lama juga gak naik angkot,"ujar Rani tersenyum tipis lalu berjalan keluar dari gerbang sekolah kemudian terdiam menunggu angkutan umum.
Angkutan umum yang Rani tunggu pun datang setelah sekian lama ia menunggu, ia kemudian masuk kedalam angkot yang berisi anak SMA yang sebaya dengan nya. Rani duduk terdiam diantara mereka.
Mengapa Daniel kasar padanya? Mengapa Daniel tak mengajaknya pulang bersama? Mengapa Daniel begitu marah padanya?. Rani menatap keluar jendela angkutan umum itu lalu mengusap pelan matanya yang berkaca kaca. Kalau Daniel marah, kesal, Cemburu. Kenapa Daniel juga harus membuatnya merasa demikian. Rani juga cemburu.
Rani tau ia salah tapi ia tak tahu Daniel akan semarah itu bahkan sikapnya bisa berubah secepat itu.
"Kiri pak!"ujar Rani. Setelah angkutan umum itu berhenti Rani bangun dari duduknya lalu keluar dari angkutan umum itu. Beberapa orang yang berada di dalam sana memperhatikan Rani yang menekuk wajahnya.
"Ini pak."Angkutan umum pun kembali melaju. Ia lalu berjalan masuk ke dalam gang perumahannya yang sepi itu. Hanya cahaya dari lampu rumah rumah yang meneranginya. Ia terus berjalan ia terus menekuk wajahnya lesu.
Setelah berjalan jauh ia akhirnya sampai di depan gerbang rumahnya itu. Ia menatap ke arah rumah Daniel. Melihat mobil Daniel yang sudah terparkir disana. Daniel sudah pulang.
"Gue juga suka sama Lo. Kenapa Lo salah paham sih,"gumam Rani sebelum masuk kedalam Rumahnya.
***
Rani terdiam menatap buku buku nya yang telah ia pelajari, kemudian memasukannya ke dalam tas sesuai pelajarannya esok hari. Tak ada tugas maupun pr. Membuat Rani jenuh dan membuatnya terus memikirkan Daniel. Satu satunya pelampiasan terakhir hanyalah buku buku novel yang berjejer rapih di rak bukunya. Ia menatap satu persatu buku yang telah dibacanya. Ia bingung harus membaca buku yang mana. Ia tidak mood ia akan tidur saja.
Drrtt Drrtttt Drrttt
Handphone yang tergeletak di meja belajarnya bergetar. Dengan malas ia berjalan menuju meja belajarnya. Sebuah panggilan Vidio dari nomor yang bertulisan "Mama".
"Rani,"ujar Bu Danuar di sebrang sana tersenyum bersama Bu Riyadhi. Terpaksa Rani pun tersenyum untuk menutupi perasaannya.
"Hallo mah! Tante!"ujar Rani sambil melambaikan tangannya.
"Rani mamah bakal pulang telat ya, gak papa kan?"tanya mamahnya.
"Iya mah gak papa kok."
"Rani kamu temenin Daniel ya dirumah. Tadi Tante telpon gak di angkat sama dia."kini Bu Riyadhi yang berbicara padanya. Rani mengangguk semangat.
"Iya Tante siap,"ucap Rani tersenyum. Ia harus tersenyum dan mengiyakan permintaan Bu Riyadhi karena ia tak ingin orang tua nya dan orang tua Daniel tau kalau hubungan Rani dan Daniel sedang tidak baik. Panggilan itu pun terputus.
Rani kemudian pergi menuju rumah Daniel. Ia berharap suasana hati Daniel telah berubah dan memaafkannya. Ia masuk kedalam Rumah Daniel dan menyapa Bi Yeti.
"Bi Daniel nya ada?"tanya Rani Ramah.
"Ada di kamarnya,"jawab Bi Yeti.
"Makasih bi,"Rani bergegas menuju kamar Daniel lalu mengetuk pintu yang yang bertuliskan dilarang masuk itu. Tak lama pintu itu terbuka menampakkan Daniel yang hanya memakai celana pendek dan bertelanjang dada.
"Ngapain kesini?"tanya nya dingin.
"Kata mamah, orang tua kita bakal pulang telat. Terus gue suruh nemenin Lo,"ujar Rani pelan menatap Daniel yang sinis terhadapnya.
"Gue udah gede gak usah di temenin,"ucapnya tetap dingin. Rani masih terdiam di tempat."itu doang kan? Yaudah mending Lo pulang,"lanjut Daniel ketus tapi Rani tak beranjak pergi ia justru menundukkan kepalanya. Daniel menatap Rani malas lalu ia menutup pintu kamarnya kasar.
Rani tetap tak beranjak pergi ia menangis. Daniel lalu berbalik dan membuka pintu kamarnya kembali.
"Daniel maafin gue,"ucap Rani sambil menyeka air matanya. Daniel membuang mukanya malas tapi ia tetap bisa melihat Rani menangis.
"Iya iya. Udah sono pulang,"usir Daniel lagi. Tapi Rani tetap terisak dan terus meminta maaf.
"Daniel maafin gue. Gue tau gue salah."
"Iya okey gue maafin Lo. Plis jangan nangis, udah,"ucap Daniel dingin. Rani terdiam sesaat.
"Ma-makasih,"Rani menyeka air matanya kasar lalu berbalik pergi.
"Rani,"panggil Daniel. Rani pun menghentikan langkahnya lalu berbalik ke arah Daniel. Daniel kemudian menarik Rani kedalam kamarnya dan menutup pintunya. Daniel lalu menatap Rani yang masih berkaca kaca. Daniel tak kuasa melihat Rani menangis. Ia kemudian menempelkan kepala Rani di dada bidangnya lalu memeluknya erat. Rani malah makin terisak.
"Udah jangan nangis lagi,"bujuk Daniel menenangkannya tapi Rani tetap terisak di pelukan Daniel.
"Lo tau kan gue itu cemburu,"lanjut Daniel.
Rani memelankan isakannya mendengar suara jantung Daniel yang berdegup kencang. Daniel melepas pelukannya.
"Dah ya dada gue jadi basah nih,"ucap Daniel tersenyum. Rani menyeka air matanya.
"Maaf,"gumam Rani melihat dada Daniel yang basah karena air matanya."suruh siapa gak pake baju,"lanjut Rani. Wajah Daniel memerah lalu menutupi dada dan perut kotak kotaknya dengan tantangannya.
"Cepetan pake baju,"suruh Rani memejamkan matanya sambil mendorong Daniel ke arah lemari.
"Gak mau biarin aja kek gini,"jawab Daniel menggoda Rani.
"Daniel ih."
"Iya iya,"ucap Daniel kemudian mengambil sebuah kaos polos dari dalam lemari lalu memakainya.
"Gue udah pake baju, jadi buka mata Lo,"suruh Daniel, Rani pun membuka satu persatu kelopak matanya.
"Nah gitu,"ujar Rani tersenyum. Daniel lalu mengangkat baju nya sedikit untuk memperlihatkan otot otot perutnya.
"Ran gue punya roti sobek,"ujar Daniel tertawa. Rani menurunkan baju itu kasar.
"Daniel gak boleh ih,"teriak Rani dengan wajah yang memerah.
"Lah tadi malah di peluk peluk sama Lo,"goda Daniel lagi. Wajah Rani makin memanas ia menutup wajahnya.
"Tadi gak sengaja,"jawab Rani. Daniel lalu mendekatkan wajahnya ke wajah Rani lalu menatapnya lekat lekat.
"Muka Lo sering merah Lo gak sakit kan?"Rani menjauhkan wajahnya dari wajah Daniel.
"Daniel ih."
***
Tbc.....
Halohaaaaa
Oh iya tekan bintang di bawah ya. Dan juga tekan tombol di sebelahnya jika kalian ingin memberi kritik dan saran. Terimakasih.
-salambungabunga
KAMU SEDANG MEMBACA
RADDAR💑
Fiksi RemajaCerita bad boy juga good girl. 15+ - - - - - Rani Arsyla Danuar. Good girl, suka belajar, salah satu siswa dari kelas unggulan, chef nya sma Galaxy dari ekskul tata boga. Wajah manis tapi gak pernah dandan. Tak lupa kacamata bulat selalu menempel di...