"Alvino nya kemana?"tanya Rani pada saat ia sampai di depan kelas Ips 3 pada Daniel.
"Alvino ke ruang guru dulu,"jawab Daniel. Rani mengangguk paham lalu duduk di kursi depan kelas dan menyimpan ransel pink itu di pangkuannya. Ia kemudian bermain ponsel untuk menunggu Alvino.
Daniel duduk di samping Rani, memperhatikan Rani yang serius bermain Handphone. Daniel sedikit mengintip karena penasaran apa yang sedang Rani lihat.
"Viona bilang dia piket dulu. Nanti dia ke sini kok,"ujar Rani tanpa mengalihkan tatapannya dari handphone. Daniel mengangguk.
"Lo liat apa sih kayak serius gitu?"goda Daniel.
"Bukan apa apa kok lagi scroll sosmed aja,"balas Rani.
"Tumben banget rambut Lo di gerai. Gak gerah?"ujar Daniel sambil memegang rambut Rani perlahan. Rani menjauhkan kepalanya dari tangan Daniel.
"Lagi pengen aja,"jawab Rani. Daniel menjauhkan tangannya, secara halus Rani menolak sentuhannya.
"Soal bekel makanan yang tadi maaf ya."Rani kini memperhatikan Daniel dan mematikan layar Handphonenya.
"Ah gak papa kok."Rani tersenyum."gue yang minta maaf. Harusnya gue inget Lo itu udah punya pacar. Dan gue juga lupa kalau Lo ke kelas bukan buat gue. Hehe,"lanjut Rani sambil tersenyum tipis dan melihat ke arah lapangan yang kosong.
"Ran gue.."Daniel berniat untuk mengelus rambut Rani, tapi Rani cepat berdiri karena melihat Alvino yang datang.
"Alvino Lo darimana sih?"tanya Rani sambil menghampiri Alvino.
"Gue dari ruang guru terus ke ruang tata boga dan yang lain udah pada nunggu. Jadi ayo,"ajak Alvino.
"Gue pergi ya."Rani melambai pergi pada Daniel.
"Gue harusnya gak pergi dari Lo,"gumam Daniel melihat Rani yang sudah menjauh.
Mungkin maksud Daniel seharusnya ia tidak berubah, ia tidak bersikap demikian pada Rani. Tapi semua sudah terlanjur dan dia harus rela Rani pergi.
***
Rani masuk ke pelataran rumahnya, menyimpan motornya di garasi di samping mobil orang tuanya yang ternyata sudah pulang sebelum ia pulang. Tak seperti biasanya yang pulang malam.
"Secepat itu?"dari luar Rani mendengar suara ayahnya. Perlahan ia berjalan masuk ke dalam rumah dan mendapati kedua orang tuanya tengah berbincang bincang dengan orang tua Daniel. Obrolan mereka tampak serius.
"Semua itu di luar rencana. Jadi kami minta tolong,"itu suara ayah Daniel. Karena Rani tidak mau mengganggu jadi Rani segera pergi ke kamarnya untuk mandi dan berganti baju.
Ia menutup pintu kamar nya lalu menyimpan ranselnya sembarang. Sebelum mandi ia merebahkan diri di kasur, mengamati langit-langit rumahnya.
Setelah Daniel berubah kehidupan Rani juga mulai berubah. Di sekolah ia menjadi lebih berbaur tak seperti dulu ia hanya dekat dengan Daniel.
Daniel berubah sangat cepat karena satu hal yang bahkan Rani sudah jelaskan padanya. Rani tau bagaimana sifat Daniel oleh karena itu saat dia juga tau kalau Daniel memang sudah berubah.
Mereka tak sedekat dulu. Karena apa? Cinta. Pikir Rani. Rani yang mulai menyukai nya, mengungkapkan padanya, namun pertama kali juga Rani membuat Daniel kecewa. Rani merutuki dirinya sendiri. Ia seharusnya menahan perasaan, menahan ucapannya.
Apapun yang berlebihan itu tidak baik. Dalam persahabatan mereka sudah banyak sekali cinta, tapi Rani ingin menambahkan lagi. Dan itu jadi berlebihan, cinta nya kelebihan. Seharusnya hanya sebatas sahabat jangan lewat dari itu.
Rani terduduk di tepi ranjang kemudian melihat wajahnya di cermin. Ia menangkup kedua pipinya lalu membuka kacamatanya. Ia tersenyum kemudian bergegas ke kamar mandi membersihkan badannya yang sudah lengket.
***
Sebelum tidur Alvino memainkan Handphonenya sambil bersender di kepala ranjang. Tak lama sebuah panggilan masuk.
"Hallo Vi?"tanya Alvino setelah menempelkan ponsel itu di telinganya.
"Gue seneng banget. Gue gak nyangka banget. Pokoknya gue bahagia lah,"ujar Viona di sebrang kegirangan.
"Kenapa?"tanya Alvino bingung.
"Daniel Vin Daniel. Dia udah jadi pacar gue. Gue berterima kasih banyak sama Lo yang udah ngajak gue kerja sama. Ah sorry banget gue baru bilang makasih nya sekarang, waktu gue banyak sama Daniel jadi gue lupa sorry ya,"kata Viona.
"Oh iya gak papa,"balas Alvino.
"Lo sendiri gak mau nembak Rani lagi?"
"Gak tau. Niatnya sih pas udah selesai lomba,"jawab Alvino ragu.
"Cepet cepet deh Lo tembak dia. Kesel gue, dia deketin Daniel mulu. Dia belum move on dari jadi babu nya Daniel."Viona berucap kesal.
"Eh jangan ngomong tentang Rani kayak gitu dong,"ujar Alvino lebih kesal karena orang yang dia suka di sebut sebut babu.
"Yaudah pokoknya cepet cepet deh Lo jadian sama Rani. Terus larang dia buat deket sama Daniel. Bye."Viona menutup panggilan tersebut.
Alvino terdiam menatap layar Handphonenya yang menunjukan panggilan mereka berakhir. Alvino kemudian menyimpan ponselnya di nakas. Mematikan lampu kamar lalu memejamkan matanya.
Rani, ada disana. Dalam benaknya. Selalu ada dimana Rani sedang tersenyum menatap dirinya. Senyum yang Alvino inginkan selalu.
Tapi dalam hatinya kini mengganjal sesuatu, yang dirinya pun tak tahu apa itu. Seperti ada sesuatu yang salah. Sesuatu yang membuatnya merasa gelisah dan gundah.
Ia terlentang lalu menatap kamarnya yang gelap gulita. Ia memejamkan matanya lagi dan berusaha untuk tertidur.
***
Dalam gelapnya malam
Dalam heningnya malam
Dalam dinginnya malam
Dari terangnya cahaya bulan yang samar samar
Dari jendela kamarnya yang terbuka
Daniel memperhatikan rumah besar Rani yang berdiri di sebelah rumahnya. Ia melihat ke bawah dimana lampu rumah Rani masih menyala. Itu adalah kedua orang tuanya yang sedang membicarakan sesuatu dengan orang tua Rani.
Daniel mendesah pelan. Baru kali ini orang tua nya pulang cepat tapi, bahkan tak ada sedikitpun waktu untuknya. Sampai larut malam begini mereka masih mengobrol entah apa yang mereka bicarakan.
Daniel kemudian berjalan menuju laci kecilnya. Mencari sebatang rokok dan korek disana. Ia sudah menempelkan Batang rokok itu di bibirnya dan siap untuk menyalakannya. Tapi sebuah bayangan manis muncul dalam pikirannya.
Itu wajah Rani yang sedang memarahinya, bayangan itu muncul tiba-tiba menarik bayangan lainnya. Dari senyum, ekspresi, gaya bicara nya dan hal lainnya.
Daniel tersenyum tipis membuang Batang rokok dan korek yang telah ia pegang ke tempat sampah. Rencana nya untuk merokok lagi batal karena ia ingat akan janjinya pada Rani.
Ia kemudian berjalan untuk menutup jendela serta gorden nya. Daniel lalu bergegas menuju meja belajarnya. Membuka beberapa buku lalu mempelajari nya.
Sudah kelas 12 pasti banyak sekali ujian yang akan di hadapi. Dari mulai ujian tulis, ujian praktek dan berbagai macam ujian lainnya. Dan Daniel akan berusaha keras, belajar tanpa Rani dan melalui ujian ini tanpa bantuan Rani di sisinya.
Daniel mengambil beberapa kertas lalu mulai menulis.
***
Tbc.....
Halohaaaaa
Oh iya tekan bintang di bawah ya. Dan juga tekan tombol di sebelahnya jika kalian ingin memberi kritik dan saran. Terimakasih.
-salambungabunga
KAMU SEDANG MEMBACA
RADDAR💑
Novela JuvenilCerita bad boy juga good girl. 15+ - - - - - Rani Arsyla Danuar. Good girl, suka belajar, salah satu siswa dari kelas unggulan, chef nya sma Galaxy dari ekskul tata boga. Wajah manis tapi gak pernah dandan. Tak lupa kacamata bulat selalu menempel di...