"Em. Gue pikirin lagi ya Alvino, sorry."tanpa bicara lagi Rani pun pergi meninggalkan mereka berdua. Alvino kecewa saat senyum Rani pudar.
"Niel tolong jangan egois sama Rani, jangan rebut kesempatan dia yang kesekian kalinya."Daniel hanya membuang muka.
"Dulu Lo larang dia buat lomba OSN dan dia nurut. Sekarang Lo mau rampas kesempatan dia lagi? Ini kesempatan terakhir dia Niel."
Ya ini kesempatan terakhir untuk Rani ikut dalam perlombaan. Dan ini juga kesempatan pertama Alvino untuk mendekat pada Rani. Mendekat pada tujuannya.
Alvino memperhatikan Daniel yang berlari mengejar Rani. Alvino menyunggingkan bibirnya, dia yakin Daniel pasti merasa bersalah dan mengijinkan Rani untuk ikut lomba bersamanya.
Rencana pertama berhasil
***
Ia tak menyangka usahanya untuk mempergunakan lomba sebagai jalan tidaklah sia sia. Untung saja Bu Iren menjadikan Rani sebagai teman lombanya. Untunglah takdir mendukungnya. Jika tidak Alvino tak tahu apa yang harus dia lakukan.
Alvino duduk di bangkunya lalu memainkan ponselnya. Sembari menunggu Rani datang. Setiap pagi itu menjadi rutinitasnya untuk menunggu Rani datang ke kelas. Walau tujuan Rani datang bukan untuk menemui dirinya tapi setidaknya Alvino bisa melihat Rani setiap hari.
Telah lama Alvino menunggu, tak ada tanda tanda kehadiran Rani ataupun Daniel. Sepuluh menit lagi bel masuk akan berbunyi. Tapi Rani tetap tak ada.
Dalam sepuluh menit itu Alvino bergegas menuju kelas Rani di temani Salsa yang merupakan sahabatnya. Salsa juga tau kalau Alvino begitu menyukai Rani.
"Viona!"panggil Alvino melihat Viona dari belakang yang baru saja datang dan menghentikannya di ambang pintu kelas Ipa 1.
"Lo Viona kan? Rani sekolah gak?"tanya Alvino pada most wanted sekolah itu.
"Gue gak tau. Gue baru aja datang,"jawabnya berbalik dengan ramah penuh senyuman.
Alvino mendesah pelan lalu mengintip sedikit ke dalam kelas. Tak ada Rani disana. Tidak mungkin jika Rani ada di kantin, karena sebentar lagi jam masuk.
Apa mungkin Rani kesiangan?
"Tadi pas gerbang di tutup Lo liat Rani?"
"Gak ada. Yaudah nanti Lo ke sini lagi aja,"suruh Viona. Alvino pun mengangguk kemudian kembali ke kelasnya. Dalam perasaan yang campur aduk.
***
Satu hari penuh jam pembelajaran di sekolah. Daniel dan Rani di nyatakan absen dari sekolah. Entahlah mereka kemana yang pasti Alvino khawatir Rani kenapa-napa.
Pikiran pikiran buruk mulai muncul di otak nya. Dan pikiran buruk itu selalu tertuju pada Daniel. Alvino tak bisa mempercayai bad boy sekolah itu. Ia terus berfikir jika Rani kenapa-napa pasti itu ulah Daniel.
Alvino membuka ponselnya mencari-cari nomor Rani di sana. Kemudian menelpon nomor itu khawatir.
"Hallo Vin! Ada apa?"suara Rani keluar dari benda pipih itu. Alvino tersenyum senang saat Rani menjawab panggilannya.
"Tadi gue kok gak liat Lo di sekolah?"tanya Alvino dengan suara yang khawatir.
"Em gue tadi ada acara keluarga,"jawab Rani bergumam pelan.
"Loh emang Lo punya keluarga?"tanya Alvino bercanda di selingi oleh tawa nya. Alvino berharap itu bisa mengibur Rani dan obrolan ini jadi lebih terbangun.
"Iya keluarga orang tua gue maksudnya. Kan gue termasuk,"jawab Rani sambil terkekeh terpaksa. Seolah ada sesuatu yang di sembunyikan nya. Alvino terdiam sesaat. Apa itu?
"Hallo Vin? Gue ijin ya tadi gak sekolah."kini suara Daniel yang muncul disana. Handphone Rani pasti tiba tiba di rebut olehya.
"Oh gitu. Lo acara keluarga juga? Emangnya Lo termasuk keluarga Rani?"tanya Alvino malas dengan sedikit sarkas.
"Ya emang. Gue kan sama Rani mau bikin keluarga kecil nanti,"jawaban Daniel membuatnya geram, saat Alvino akan membuka suara secara sepihak Daniel menghentikan panggilan tersebut.
Alvino menatap layar ponsel itu sebal kemudian melemparnya ke atas ranjang. Ia mengacak rambutnya kesal.
Daniel, Daniel, Daniel, dan Daniel. Dia benar benar penghalang.
Mengapa Rani mau selalu bersama dia?
Mengapa Rani mau dengan seorang laki laki pemalas seperti dia?
Mengapa Rani selalu menuruti keinginan nya?
Pikiran Alvino kacau balau. Ia membaringkan tubuhnya di ranjang, kemudian menatap langit langit dengan nanar.
Ia kembali berfikir apa lagi yang harus di lakukan nya.
***
Ke esokan harinya Rani dan Daniel kembali bersekolah. Dan seperti biasa mereka akan selalu bersama sama.
Seperti saat itu Mereka pergi ke kantin bersama. Alvino juga pergi ke kantin bersama teman temannya, ia lalu melihat Rani yang tengah mengantri untuk memesan makanan.
Setelah lama mengantri Rani akhirnya menghampiri Daniel yang tengah mengobrol dengan Viona. Tapi setelah Rani datang Viona pergi dengan wajah yang tertekuk tak suka.
Alvino terus memperhatikan itu, memperhatikan kepergian Viona. Hingga sesuatu muncul dalam pikirannya.
Dan pikiran itu akan ia tampung dulu untuk sementara waktu.
***
Setelah beberapa hari berlalu. Waktu Alvino dan Rani bersama semakin banyak. Obrolan mereka semakin luas, walau isinya tentang perlombaan ataupun tugas sekolah. Tapi itu suatu kemajuan dalam hubungan pertemanan mereka.
Alvino tersenyum menatap Rani yang sedang memperhatikan Bu Iren dengan serius tentang cara membuat klepon. Tapi Alvino yakin bukan hanya dirinya yang kini tengah menatap Rani. Daniel, dia menemani Rani untuk ekskul.
Alvino tadi nya sebal karena dengan ada Daniel di sini dapat membuat dirinya akan sulit untuk mendekati Rani. Tapi ia sungguh tak peduli karena mereka kan bukan siapa siapa.
Alvino datang menghampiri Rani yang sedang mencuci piring.
"Ran cobain deh, kata Lo ada yang kurang gak?"tawar Alvino pada Rani yang masih menggosok piring dengan sabun.
"Simpen aja dulu. Nanti gue cobain,"suruh Rani, tapi terasa seperti penolakan. Alvino tak kehabisan akal.
"Yaudah buka mulut lo gue suapin ya,"ujar Alvino. Rani pun mengangguk ragu lalu membuka mulutnya.
"Gimana?"tanya Alvino.
"Enak sih. Cuma kayaknya agak keras gitu loh,"ucap Rani.
"Bu Iren juga bilang gitu. Yaudah nanti kita perbaiki lagi masakan kita,"ucap Alvino tersenyum semangat ke arah Rani. Dan Rani pun mengangguk lalu melanjutkan mencuci piring.
Alvino kemudian melirik ke arah Daniel dengan ekor matanya. Dia lihat Daniel yang tengah menatapnya tak suka. Sekali lagi Alvino tak peduli.
Iya, ia ingin tak peduli tapi bagaimana bisa ia memperdulikan rasa cemburu nya saat melihat Daniel di suapi oleh Rani. Ia mendesis sebal.
Ia mungkin akan memulai rencana baru nya lagi, tapi takdir seolah berkata jangan sekarang. Karena setelah kemarin Rani bersikap cuek pada Daniel.
Ia tak tahu mengapa. Tapi karena hal itu ia bisa lebih dekat lagi dengan Rani. Dengan tak ada Daniel di sisi nya. Pada saat ekskul maupun tidak. Alvino merasa lebih leluasa. Tapi perang dingin diantara mereka cepat sekali usai nya.
Alvino harus menjalankan rencana baru nya.
Iya itu pilihan yang tepat
***
Tbc.....
Halohaaaaa
Oh iya tekan bintang di bawah ya. Dan juga tekan tombol di sebelahnya jika kalian ingin memberi kritik dan saran. Terimakasih.
-salambungabunga
KAMU SEDANG MEMBACA
RADDAR💑
Teen FictionCerita bad boy juga good girl. 15+ - - - - - Rani Arsyla Danuar. Good girl, suka belajar, salah satu siswa dari kelas unggulan, chef nya sma Galaxy dari ekskul tata boga. Wajah manis tapi gak pernah dandan. Tak lupa kacamata bulat selalu menempel di...