11- Pacaran!

57 2 0
                                        

Hari ini hari weekend Rani dan Daniel biasanya pergi jalan jalan atau sekedar ngobrol bersama. Tapi tidak untuk hari ini. Beberapa hari semenjak Rani menyatakan perasaannya Rani merasa canggung terhadap Daniel. Ia bahkan menghindari dan tak berbicara dengan Daniel, ia merasa bersalah. Hari ini Rani akan meminta maaf pada Daniel atas sikapnya akhir akhir ini.

Ia masuk ke pekarangan rumah Daniel dan mendapati bi Yeti tengah menyirami bunga.

"Bi Daniel nya ada?"tanya Rani. Bi Yeti menghentikan kegiatannya sejenak.

"Ada non di dalem,"ucap bi Yeti."oh iya non dari kemaren den Daniel murung terus."lanjut bi Yeti. Rani pun tersadar sepertinya ini akibat ulahnya. Ia benar benar merasa gagal jadi sahabat dan dengan tidak tahu dirinya ia menyatakan perasaan terhadap sahabatnya sendiri yang bahkan sudah jatuh cinta dengan orang lain.

"Bodoh bodoh,"rutuk Rani pada dirinya sendiri saat ia berjalan menuju kamar Daniel.

"Daniel,"panggil Rani sambil membuka pintu bertanda dilarang masuk itu. Tapi Rani tak menemukan kehadiran Daniel disana. Ia lalu mencari ke ruang tamu, kolam, dapur bahkan kamar mandi untuk mencari keberadaan Daniel. Tapi ia tak ada dimana mana, Rani mulai khawatir. Tapi Rani ingat satu tempat di rumah ini, gajebo di taman belakang rumah Daniel. Tempat favorit Daniel. Benar saja ada Daniel disana yang terduduk sambil memainkan ponselnya.

Rani duduk tepat di samping Daniel yang masih fokus dengan handphonenya. Mungkin ia tak menyadari kehadiran Rani. Rani menatap terus ke arah wajah Daniel, ia memperhatikan raut raut wajah Daniel yang tengah menatap ponsel pintarnya itu. Kadang tersenyum, berekspresi terkejut, bahkan juga Daniel berekspresi minat terhadap apa yang di lihatnya. Rani menatap Daniel sendu, ia merasa bahwa ia bukan sahabat yang baik dengan mengacuhkan Daniel karena kesalahannya sendiri.

Daniel tak menyadari kehadiran Rani, ia tetap fokus pada benda pipih tersebut. Rani pun merasa bersalah ia pun mulai bergumam pelan di samping Daniel.

"Daniel maafin gue ya,"ucap Rani sambil menundukkan wajahnya. Daniel tak menjawab, ia memperhatikan Rani yang menunduk dengan mata yang berkaca-kaca. Ia tersenyum simpul. Ia lalu berniat untuk mengerjai Rani.

"Gue sakit hati sama lo Ran, bakal susah buat gue maafin lo,"katanya. Daniel berpura pura dan ia masih fokus dengan Handphonenya. Rani menatap Daniel lalu mulai menangis.

"Ma-Maafin gue."Rani menangis terisak-isak. Di sela tangisannya ia mencoba untuk berkata,"Daniel! Maafin gue. Gu-gue tau gue salah. Maafin gue. Hu hu hu."

"Gue terlanjur sakit hati Ran sama lo,"ucap Daniel serius, ralat tapi berpura-pura serius. Tapi Rani menanggapi itu dengan serius. Rani lalu berdiri dari duduknya, menyeka air matanya lalu berkata,

"Maafin Rani Daniel, Rani gak bisa jadi sahabat yang baik buat Daniel."ucap Rani lalu pergi meninggalkan gazebo itu. Tapi tangannya di cekal oleh Daniel, kemudian Daniel membawanya kedalam pelukannya. Rani kembali terduduk di pelukan Daniel.

"Iya Daniel maafin Rani kok. jangan nangis ya,"ucap Daniel sebari menepuk nepuk punggung Rani pelan. Daniel melepas pelukannya. Lalu menyeka air mata Rani dengan kedua tangannya.

"Sorry juga, gue gak pernah sakit hati kok sama lo. Tadi itu bercanda,"ucap Daniel lalu terkekeh sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

"DANIEL! Gak lucu bercandanya,"teriak Rani kesal lalu memukul mukul pelan tubuh Daniel tapi Daniel berhasil menggenggam kedua tangan Rani dengan satu tangannya. Kemudian tangan Daniel yang satunya membuka kacamata Rani dan menyimpannya di samping ia menyimpan handphonenya tadi.

Daniel memainkan rambut Rani. Ia menyelipkan anak rambut Rani kebelakang telinganya. Kemudian ia mendekatkan tubuhnya ke arah Rani. Ia lalu terduduk tegak, menyingkirkan poni Rani yang menutupi sebagian jidatnya. Ia memejamkan matanya lalu mengecup kening Rani. Rani terkejut dan pipinya memerah lagi seperti sebelumnya. Daniel melihat wajah Rani yang terkejut, dan itu sangat menggemaskan menurut Daniel. Daniel lalu menatap Rani sambil tersenyum.

"Cup cup jangan nangis ya,"ujar Daniel sambil menepuk nepuk puncak kepala Rani. Rani lalu tersenyum.

"Daniel maaf ya gue udah lancang buat suka sama lo,"ucap Rani."dan gue juga udah nyuekin lo akhir akhir ini, maaf ya."ucap Rani lalu menyatukan kedua telapak tangannya di depan dada. Daniel tersenyum senang, ternyata yang kemarin Daniel tidak salah dengar.

"Gue- gue juga suka kok sama lo,"ucap Daniel malu malu ia menutupi wajahnya yang memerah. Rani tersenyum senang.

"Gue seneng kalau ternyata lo juga suka sama gue, Tapi kita gak usah pacaran ya,"ujar Rani.

"Loh kenapa?"protes Daniel tidak terima.

"Gue lebih nyaman sama hubungan kita yang kayak gini, gue gak mau jadi canggung sama lo,"jawab Rani. Rani lalu menatap Daniel dengan ekspresi yang seperti bersuara"jadi gimana?"

"Gue juga lebih nyaman sama hubungan kita selama ini, kata pacaran itu kan cuma status. Kita gak harus pacaran walau saling sayang, tapi-"ucap Daniel menggantung kalimatnya.

"Tapi apa?"

"Tapi lo harus terus disisi gue ya. Terus temenin gue. Dan jangan pergi dari gue."Rani lalu mengangguk. Daniel lalu memeluk Rani dengan erat, mendekapnya begitu hangat. mereka benar-benar saling menyayangi.

"Haduh ini anak berdua udah pada gede ya sekarang,"ucap bi Yeti mengusik kenyamanan mereka. Mereka melepas pelukannya. Lalu tersenyum malu. Bi Yeti menggelengkan kepalanya lalu tertawa melihat kelakuan mereka berdua.

"Udah ah. Jangan peluk pelukan terus ya,"ucap bi Yeti menasehati. Bi Yeti memang sudah seperti ibu di mata mereka berdua.

"Iya bi. Daniel nih tiba tiba meluk,"tuduh Rani sambil menunjuk ke arah Daniel.

"Ih apaan. Siapa suruh lo nya mau,"

Mereka bertiga lalu tertawa.

***

Maaf part ini lebih pendek dari biasanya🙏

Tbc.....

Halohaaaaa

Oh iya tekan bintang di bawah ya. Dan juga tekan tombol di sebelahnya jika kalian ingin memberi kritik dan saran. Terimakasih.

-salambungabunga

RADDAR💑Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang