Prolog

3.3K 336 92
                                    


Sehun tersenyum melihat Irene yang baru saja keluar dari taksi membawa buket bunga tulip yang ia kirimkan padanya siang tadi. Sehun tersenyum dengan luar biasa percaya dirinya kemudian berpura-pura menyedot es teh di hadapannya. Menunggu Irene masuk dan duduk di hadapannya dengan wajah lugu yang sudah ia pastikan kali ini akan menyerah padanya.

Irene menatap Sehun. Dan Sehun mulai menaikkan alisnya seolah yakin Irene tidak kuasa menolaknya. Iyalah, Sehun si Don Juan terkenal di abad ini, siapa sih yang gak tertarik? Orang gila mungkin.

"Ini bunga, kunci mobil, sama kartu kredit kamu."

Sehun menatap jejeran benda yang ia berikan semuanya pada Irene. Dan ia memberikannya secara bersamaan. Lantas, kerutan di dahi Sehun muncul. "Gimana?"

"Maaf, tapi kamu ganggu. Ngerti?"

Sehun tersedak es teh. "Ganggu?"

Irene mengangguk menyesal. "Tolong jangan ganggu saya lagi."

Sehun menatap Irene dengan tatapan tak terbaca.

Nih cewek gak mempan dialusin, ya? Maunya gue kasarin aja kali sekalian?

Irene menarik napasnya dalam. Gadis berparas malaikat itu menarik kursinya menjauh untuk pergi setelah menyelesaikan urusannya dengan Sehun. "Tunggu!"

Irene berhenti. "Apa sih?" Irene mulai kehilangan kesabaran. "Maunya apa? Saya udah ngomong baik-baik, loh."

Sehun berdiri, menghampiri Irene yang masih duduk di kursinya. Perlahan gerakan tangannya berpindah menuju sisi tubuh Irene. Menguncinya dalam tatapan intens setajam silet yang ada di siaran TV yang sering Bubu nonton. Irene mengerjapkan matanya, memalingkan wajah saat Sehun mendekatkan diri.

"Jangan macam-macam! Saya bisa teriak!"

"Coba aja teriak. Kafe ini toh punya saya."

Sehun tersenyum meremehkan. "Gak berani, kan?"

"Gak lucu! Minggir, saya banyak kerjaan!"

Sehun tidak mengindahkannya. Ia bergerak makin dekat, hingga Irene merapatkan bibirnya kuat-kuat. Hingga saat Sehun sudah hampir melancarkan aksinya...

"AWWW!!! ANJING! SAKIT!"

Sehun memegang area ke-priaannya yang baru saja ditendang dengan watados alias wajah tanpa dosa oleh Irene.

"Gila!" Maki Irene berdiri namun Sehun mencegahnya dengan menahan tangan.

"Tanggung jawab!"

"Tanggung jawab apa? Salah kamu sendiri, kan?" Cibir Irene kesal bukan main.

"Tanggung jawab!" Sehun meringis memegang anu-nya dengan wajah merah. "Tega banget kamu melukai aset saya? Masa depan kamu!"

Irene melebarkan matanya. "Masa depan apanya?!!" Teriaknya jijik.

Sehun menarik tangan Irene dan mengarahkannya langsung pada sasaran. "Aset saya. Masa depan kamu, masa depan kita. Gimana kalau pas saya ngebor kamu terus kamunya gak berbuah. Mau?!"

"SEHUN SINTING!!!"

🧁🧁🧁

-to be continued

Hahaha, haloo haiii udah lama aku gak update ff hunrene di lapak ini. Prolog dulu ya...

Tadi banyak yang req manis. Kayaknya sesuai banget sama ff comedy romance ini hehe.. untuk bahasa, non baku

Nama gak ada perubahan, tetap Sehun-Irene dan segala teman-temannya.

Kita tes ombak dulu deh.. ada yang setuju ff ini lanjut, apa enggak nih...

Adu Rayu [HunRene] HIATUSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang