Prolog

10.8K 472 26
                                    

Yo whats up, Gengs!
Aku kembali bawa cerita romansa nih, kali ini ada aroma-aroma kebaruan karena bakal menghadirkan tokoh cewek perfeksionis vs bad boy, cerita yang selain dibalut konflik masalalu dari keduanya, juga akan menghadirkan petualangan cinta yang penuh risiko.

Siap?

And this is it!

Happy reading!

Jangan lupa vomment setelah baca!

⚜️⚜️⚜️

Kini maafkankanlah aku,
yang telah menjadi bisu,
Kepada dirimu,
bukan santun kuterbungkam,
Hanya hatiku terbatas,
Tuk mengerti kamu, maafkanlah aku....

Aku melenggang di jalan pulang menuju rumahku malam ini. Lagu Bukanlah Diriku-nya Samsons mengiringiku di lewat earphone putih yang kukenakan.

Sesekali kurapatkan cardigan biruku karena angin malam ini yang berembus cepat hingga terasa merasuki tulang, rambutku yang dikuncir kuda rasanya sudah berteriak minta dikeramasi karena pekerjaan seharian ini yang membuatku berjibaku dengan hawa panas. Begitulah musim kemarau, kalau siang panas, kalau malam dinginnya sampai ke hati.

Sebagai Manajer di D'Crunchy, sebuah restoran cepat saji bintang lima di kota Ambarawa ini, aku memang sudah biasa pulang malam. Hanya saja, malam ini aku tidak menggunakan Si Biru, mobil Honda Brio-ku yang sedang kuinapkan di bengkel karena aku telat ganti oli sehingga ada bagian mesin yang rusak.

Walau...
Kumasih menyayangimu,
Kumasih memikirkanmu,
Kuharus melupakanmu...

Senandungku terhenti ketika tiba-tiba seseorang menghadangku, seorang lelaki gagah berpakaian rapi -dengan stelan jas abu-abu dan menenteng koper hitam.

"Dimas?" Aku langsung mengenali pria itu walau di tempat remang-remang begini, tempat yang begitu sepi sebab di kanan dan kiriku terdapat ladang-ladang milik warga setempat yang tepiannya penuh semak-semak. Ya, aku memang memilih daerah tempat tinggal yang sepi ini sebagai pengobat penatku yang seharian selalu dihadapkan dengan hiruk pikuk perkotaan dan jauh dari kata mendamaikan pikiran.

Dimas adalah pria yang sedang megejarku setahun terakhir ini, tapi karena aku memang tak mempunyai rasa kepadanya, aku selalunya menghindar.

Dia memang tampan, berkulit putih dan bertubuh slim, selain itu ia juga sosok pria mapan karena menjadi wakil direktur di sebuah perusahaan penerbangan. Tapi entah kenapa, aku tidak bisa menganggapnya lebih selain teman. Segala cara sudah dia lakukan agar aku bilang 'aku menerimamu', tapi semua pengorbanannya -yang kebanyakan berwujud materi, semakin membuatku menolak dan ingin menjauhinya.

"Malam, Liora." Dia menyebut namaku, ya Namaku Liora Anastsya, gadis 27 tahun yang sudah cukup dewasa dan matang untuk mendefinisikan hubungan yang baik, dan Dimas ini bukan definisi pria yang ada di kamus hidupku, itu saja. "Boleh mampir? Aku mau ngobrol."

"Kamu baru pulang kerja, Dim?" Aku selalu berusaha bersikap baik kepadanya, walau sebenarnya kali ini ingin segera sampai di rumah. Oh God, I miss my bed, batinku seraya memegangi tengukukku yang terasa pegal.

Dia mengangguk khidmat dan tersenyum.

"Maaf Dim, aku harus segera rehat. Aku lelah sekali."

"Kamu gak mau tahu aku mau ngomongin apa?"

Aku menggeleng. "Maaf, Dim."

"Hubungan kita bagaimana, Ra?"

"Aku lelah bahas ini, Dimmm." Aku berlalu, sumpah ini saking capeknya pinggangku rasanya seperti dilolosi tulang belulangnya. "Bukankah cukup sekali saja aku bilang soal ini? Aku gak bisa jadian sama kamu, gak bisa lebih serius, aku udah nganggep kamu sahabat, Dim."

A Bad Boy Called Reno ✓ (Selesai - Lengkap - Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang