9

105 14 0
                                    

Akibat dari kelelahannya kemarin, Rio sampai dilarang pergi sekolah oleh Mamanya.

Bagaimana tidak? Ia mendadak demam saat dibangunkan oleh Varo tadi pagi. Dan pada dasarnya imun Rio sedari dulu cukup lemah, maka dari itu ia dilarang pergi sekolah.

"Ma, Rio mau sekolah" rengek Rio.

"Sekali Mama bilang enggak, ya enggak, Sayang " tegas Sabina.

"Tapi-"

"Mama gamau kamu kenapa-napa disekolah, Sayang. Nurut sama Mama! Kamu harus banyak istirahat biar cepet sembuh! Untung aja dia gak nakal. Kalo iya, Mama bawa paksa kamu ke RS! " omel Sabina.

Rio mengerucutkan bibirnya kesal. Tidak dapat ia pungkiri kepalanya terasa berputar, dan lagi nafasnya sedikit sesak. Tapi ia menahan semua itu agar Mamanya tidak khawatir. Oh ayolah, ia tidak mau kembali keruangan serba putih itu.

"Oh iya, Mama lupa! Mama mau pergi ngumpul bareng sama temen Mama! Aduh, kok bisa lupa, sih? " rutuk Sabina.

"Tapikan, Rio sakit. Gimana dong? " dilema Sabina.

"Mama pergi aja. Kasian temennya kalo Mama gajadi dateng. Rio gapapa, kok. Tidur bentaran juga nanti mendingan" ujar Rio menenangkan Mamanya.

"Yakin ga papa, Sayang? Mama kayaknya agak lama, lho? "

"Iya. Lagi pula ada Bibi, kan? Udah! Mama pergi aja! " desak Rio.

"Heum, ya udah deh. Kamu hati-hati dirumah, yah? Kalo ada apa-apa hubungi Mama. Ok? "

"Iya, Ma"

Sabina lalu bangkit setelah mengecup dahi Putranya. Ia dengan berat hati meninggalkan Putranya yang tengah sakit. Lagipula ia sudah janji. Dan janji tidaklah boleh diingkari.

"Maafin Mama, Sayang"

☜☆☞

Di suasana kelas yang sepi itu, Candra terdiam menumpukan wajahnya pada tangannya.

Puk

"Hey yo! Candra Guinandra! Pagi-pagi udah bengong ae. Lo mikirin apa sih?" Tanya Brian dengan mengedipkan matanya sok imut.

"Ish! Ganggu aja lo! Gue lagi pusing mikirin rencana buat hancurin si Sialan itu" jelas Candra kesal.

"Si Sialan? Siapa sih? " tanya Brian.

Dafa tiba-tiba datang dan ikut nimbrung.

"Siapa lagi kalo bukan si dekkel itu"

"Btw, Dra. Bukannya dia udah jadi adik lo, yah? Bukannya kemaren papa lo nikah sama mamanya? Otomatis dia udah jadi adik lo" ujar Brian lugu.

"Bacod!! Kalo gak mau bantuin gue, ya udah pergi aja!! Cukup gue pusing sama si Sialan itu, kalian gak usah nambah-nambahin pikiran gue sekarang. Ok? " kesal Candra.

"Edan, ga pake marah juga kali. Sans, bro" bujuk Brian.

"Eh, btw lo mau ide, kan? Gue punya ide! Gue yakin dia bakalan kapok udah itu" usul Dafa yang sukses mengubah ekspresi Candra.

"Seriusan? Emang paan? " Desak Candra.

"Ck, sini! Gue bisikin! "

Candra pun mendekatkan telinganya kepada Dafa. Dafa pun membisikkan sesuatu pada Candra. Senyum jahat tersungging di bibir Candra.

"Gue suka ide lo"

Dafa pun tersenyum bangga, lalu ber-high five ria dengan Brian.

☜☆☞

Really [Lokal Vers] (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang