Suasana pagi itu tidak seperti sebelumnya. Suasana kali ini sunyi. Hanya suara gesekan logam dan keramik yang terdengar. Rupanya kejadian semalam berpengaruh besar bagi keadaan mereka sekarang.
Rio, ia terus saja diam tak berbicara. Ia juga terus menundukkan kepalanya, seolah fokus pada makanannya. Padahal ia hanya menghindari tatapan Ibunya walau secara tak langsung.
Sabina, ia bersikap seolah biasa saja, padahal hari ini juga dia sangat berbeda. Tidak ada senyuman untuk Rio apalagi kecupan dipipi. Ia hanya banyak bicara pada anaknya yang lain, terutama Candra. Ia kecewa dengan Rio.
Candra, ia terus tersenyum penuh kemenangan. Saat ditanya kenapa terlihat senang pagi ini, alasannya "Karena Mama membantuku semalam" padahal nyatanya bukan itu alasannya.
Yang lain, diam karena bingung dengan keadaan sekarang. Mereka bingung mencari tahu bagaimana cara mencairkan suasana. Jadi, karena bingung mereka hanya diam.
"Rio pamit, terima kasih atas makanannya" pamit Rio lalu bangkit dari duduknya.
GREEB
"Ri! Tunggu! Sarapanmu belum habis! " Cegat Varo. Rio melepaskan tangan kakaknya perlahan.
"Gapapa, Bang. Rio buru-buru mau kesekolah. Rio lagi piket hari ini" alasan Rio.
"Iya, kalo buru-buru sarapannya harus tetep habis dong! Duduk lagi, gih! " bujuk Varo
"Biarkan saja, Nak. Kalau dia mau pergi duluan biarkan saja. Itu kan maunya" ujar Sabina sarkas.
DEG
"Rio pamit, sampai jumpa..."
Mereka hanya bisa memandangi kepergian Rio dalam diam. Mereka semua menyadari perbedaan yang besar pagi ini. Sabina ia berubah. Ia tidak lagi peduli pada Rio.
"Mama apaan, sih? Mama sadar gak udah keterlaluan sama Rio? " marah Varo kepada Mamanya.
Ia tidak habis pikir dengan tingkah Sabina kali ini. Apa yang sudah terjadi semalam sampai-sampai Mamanya berubah seperti ini?
"Ya salahnya sendiri! Mama cuman mau ngehukum Rio biar dia nyadar akan kesalahannya" jelas Sabina acuh tak acuh.
"Emang apa yang udah Rio lakuin? "
"Ia udah hapus file makalah Candra, trus pake gamau ngaku lagi" kesal Sabina.
Varo mengusap wajahnya lelah.
"Kok Mama bisa nuduh Rio, sih? Mama kan udah kenal Rio dengan baik. Pasti Mama tahu kalo dia bohong atau nggak. Lagipula cara Mama ngehukum Rio juga salah. Mama kan tahu, kalo Rio gaboleh stress. Kalo dia stress penyakitnya bisa kumat, Ma! " Sabina hanya diam membisu.
Varo menghela nafas berat. Tanpa babibu, ia langsung berangkat menuju RS. Ia tidak ingin kelepasan dan menyakiti hati Mamanya lebih dalam. Lagipula, ia juga ingin menenangkan pikirannya. Daripada ia makin panas disana, mending ia segera pergi.
☜☆☞
Rupanya Rio tidak langsung ke sekolah. Ia singgah di taman kecil dekat sekolahnya.
PUK
"Ey, ngapain sendirian disini? " tanya seseorang yang menepuk bahunya.
"Kak..." lirih Rio ketika mengetahui orang itu.
Yang dipanggil Kakak hanya tersenyum. Tapi, hanya sementara karena ia menyadari ekspresi lain yang ditunjukkan oleh Rio.
"Lo kenapa? " Tanyanya, yang ternyata Qila.
"Gue ga papa, kak" dusta Rio.
"Lo ga bisa boongin gue, Ri. Gue udah lama kenal sama lo. Bahkan sebelum lo lahir" bujuk Qila.
KAMU SEDANG MEMBACA
Really [Lokal Vers] (END)
Teen Fiction"Kumohon, lihat aku sekali saja" Ini versi Remake dari cerita yang sebelumnya. Tapi, kali ini di ikuti oleh suasana lokal Karena ini remake, maka ceritanya ga bakalan sama persis dengan yg diremake....... #LokalVersion