11

119 11 0
                                    

Sabina bergerak mondar mandir di ruang tamu. Entah kenapa kakinya itu tak bisa berhenti bolak balik.

"Ma, mereka belum pulang juga, yah?" Tanya Varo yang baru datang dari dapur.

"Iya, mereka belum pulang daritadi. Mama khawatir banget. Gimana kalau Rio mukulin Candra diluar sana?" Prasangka Sabina.

"Ma! Berhenti nuduh Rio sembarangan! Sampai kapan Mama mau nyalahin Rio terus? Kan itu semua belum tentu salahnya! " Bela Varo.

"Diam, Varo! Kamu gak yakin juga kan dia salah atau tidak! Kalo dia salah emang kamu mau tanggung jawabin kata-kata mu! " Bentak Sabina.

Deg

"Mama udah berubah" lirih Varo.

CEKLEK

"Astagaa!! "

Kedua orang yang mereka tunggu berada tepat di hadapan mereka. Keadaan mereka jauh dari kata 'baik-baik saja'. Seragam mereka robek, kotor, dan sedikit bernoda darah. Wajah mereka sangat babak belur.

"Astaga, Sayang. Ada apa denganmu? Kok luka-luka gini? " Tanya Sabina cemas lalu membantu Candra duduk di sofa.

Karena kejadian tiba-tiba ini, Candra memikirkan sesuatu hal yang lain.

"Kok diam, sih? Sekarang ceritain ke Mama! Siapa yang hajar kamu? Rio?"

"Ma~" lirih Rio dengan tatapannya sedihnya dan Varo menyadari itu.

"Ma! Stop nuduh Rio yang nggak-nggak!" Tegur Varo.

Tanpa mengucapkan sepatah kata pun, Rio langsung naik ke kamar pribadinya. Varo menyusul adiknya.

"Gausah peduliin dia" ujar Sabina pada Candra.

"Shh, iya Ma"

'Hehehe, ada hikmahnya juga gue ketemu itu preman. Dan setelah itu, gue bakalan yakin kalo semua orang bakal jauhin lo! BOCAH!!' batin Candra.

Disisi lain, Varo yang berjalan menuju ke kamar Rio, Adiknya.

CEKLEK

"Ri~~" panggil Varo lirih. Ia melihat sang Adik tidur membelakanginya dengan selimut yang membungkus tubuhnya seperti kepompong.

Dengan perlahan, Varo mendekati Adiknya, kemudian duduk di tepi ranjang.

"Ri, yok bangun. Abang mau obatin lukamu dulu " bujuk Varo.

"...." Rio tidak bergeming.

"Ri! Bangun dulu! Kalo gamau Abang pergi nih! Biar sekalian Abang nginep di RS" bujuk Varo dengan sedikit ancaman.

Karena pada dasarnya Rio itu sayang Abang, mau tak mau ia harus bangun dari tidur pura-puranya. Tentu saja disertai dengan ringisan kecil.

"Eh, eh, pelan-pelan aja. Dimana aja yang sakit, Dek? " Tanya Varo cemas. Yang ditanya hanya menggelengkan kepalanya.

"Rio gapapa kok, Bang"

Varo bangkit dari duduknya kemudian berjalan ke sudut ruangan, mengambil kotak P3K yang memang tersedia disana.

"Nah, ceritain ke Abang. Apa yang baru aja terjadi sama kalian berdua" desak Varo.

"Ga ada papa, kok Bang" elaknya.

Varo yang peka jika Adiknya tidak ingin mengingat kejadian tadi pun mengurungkan niatnya untuk bertanya lebih jauh. Mungkin ia bisa menanyakannya besok saat Adiknya sudah cukup tenang.

"Bang~~" panggil Rio lirih.

"Ya? " Tanya Varo lembut.

"Abang percaya ama Rio, kan? " Tanyanya lirih.

"Tentu saja Abang percaya. Tenang aja, biar Abang yang belain kamu ke Mama. Mama tadi cuman cemas aja, makanya nething mulu dari tadi" hibur Varo yang sukses mengundang senyum adiknya.

NYUT

"Nah, begini kan lebih baik" Varo mencubit gemas pipi Adiknya.

"Akh, sakit!! Abang nyentuh luka ku! "

"Iya, iya, Maaf. Abisnya kamu gemesin, sih. Yodah, sini Abang obatin kamu" Varo mengambil sedikit kapas lalu mencelupkan sedikit ke alkohol.

"Ini agak perih lho, Dik. Tahan, yah? " Peringat Varo. Yang ditanya hanya mengangguk gugup.

"Sshhh"

"Eh, jan banyak goyang. Nanti kepencet lho! Makin sakit ntar" peringat Varo.

"Tapi perih, Bang"

"Kan Abang udah peringatin tadi. Lagi pula kamu kan cowok. Masak cowok ga bisa nahan luka kecil kek gini, sih? Si tetangga sebelah yang masih SD itu aja jatoh dari sepeda, trus kepalanya berdarah kagak nangis. Masak kamu mau dikalah sama bocah sih, Dik" ceramah Varo seperti emak-emak yang lagi marahin anaknya gara-gara nyemilin permen sebelum tidur.

"Iya, bude" jawab Rio bercanda.

"Eh, ini anak! Mulai berani sama Abang sendiri! Adik durhaka kamu! " cerocos Varo kesal, sementara di pelaku hanya tertawa kecil karena hal itu.

Tak jauh dari depan pintu yang sedikit terbuka, Haris melihat interaksi kedua putra tirinya. Sesekali ia mengulas senyum sendu di bibirnya.

"Maafin Mama kalian, yah? " lirihnya kemudian berlalu dari sana.


Tbc

Pendek, yah? Hehehe

Btw, itu si Candra rencanain apa sih? Kok bisa tega bat dah sama Rio T_T

Oh iya, btw...

Bang Ekaaa udah balik cihuuyyy...
Dah jadi Ahjussi dia, huaaa...
Si Jaelani udah mau pergi juga tahun ini,, huaaa... Bontot kesayangan aing mau pergi jg 〒_〒
Galau hati ini...

Thanks bat buat kalian yang betah stay di work kang php kek saya 😅
(Tapi tenang aja, khusus work ini aing kaga php, ciusan)

Stay healthly...
Ich liebe dich \(-ㅂ-)/ ♥ ♥ ♥

Really [Lokal Vers] (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang