25

199 8 0
                                    

Brak!

Rio menatap ngeri Qila yang menahan amarahnya tepat di pintu yang ia buka kasar tadi. Mana ia sendiri lagi. Kan nyeremin menghadapi macan betina yang emosian kek lagi PMS.

"Woey! Ngapa lo ga ngasih tahu gue hah?! "

"Maafin gue, Kak"

"Lo... Lo... Lo nganggep gue apa, Ri? " lirih Qila mendadak.

Sontak Rio mengangkat kepalanya kemudian kaget melihat mata yang biasanya berbinar itu meredup. Tidak. Rio tidak suka Kakak kesayangannya menangis karenanya.

"Kak, maaf. Jan nangis dong. Gue gapapa kok-"

"-setidaknya buat saat ini" Rio tidak berani melanjutkannya.

"Baik-baik apanya?! Ketergantungn sama alat bantu napas sampe harus di operasi lo bilang baik-baik aja?! Gue rasa otak lo yang butuh di operasi sekarang"

Rio terkekeh pelan. Walau sebenarnya tidak lucu.

"Maafin Rio, yah? Kakakku yang cantik yang baik hati dan tidak sombong. Rio cuman gamau buat Kakak khawatir sama Rio" ujar Rio dengan nada yang di imut-imutkan. Sayangnya tidak berhasil meluluhkan Qila.

"Tapi dengan lo sembunyiin kek gini, malah bikin gue makin khawatir tau gak?! Gimana kalo gue telat tahunya?! Gimana kalo-"

"Hush, nda boleh suudzon. Lagian gue beneran gapapa kok. Santuy aja. Bukan pertama kali juga" ujar Rio santai.

Qila menggeram emosi. Hampir saja menabok kepala Rio jika saja tak ingat jika bocah itu sedang sakit. Qila kemudian mengalah lalu menarik kursi untuk duduk di dekat ranjang Rio.

"Aish, lo gatau gimana rindunya gue pas di sekolah. Gue pengen cerita ke lo, eh lo nya malah gamasuk sekolah. Greget tauk! " kesal Qila.

"Cerita apa emang? " tanya Rio penasaran.

"Hihihi,, jan kaget yah? Gue ditembak kemaren"

"Eh? Serius? Akhirnya lo laku juga, Kak" canda Rio.

"Astaga ni anak. Mulus bat kalo nistain gue. Gue itu banyak yang suka asal lo tahu. Guenya aja yang nolak mereka-mereka"

"Iya deh, iya. Tapi siapa emang yang nembak lo, Kak? " tanya Rio.

"Lo udah kenal baik kok. Sangat baik malah. Hihihi"

"Paan sih, Kak? Tinggal bilang aja apa susahnya sih? ". Kan Rio jadi kesal digantungin terus.

"Ututu,, iya bayik. Yang nembak gue ituuuu... "




"adalaaahhhh.... "




"siiii.... "




"Elah, Kak. Kalo ga niat ngasih tahu ya udah ga usah. Pake di gantung-gantungin segala. Mana sabar Rio mah"

"Iya, ish. Dia Abang lo. Candra"

Deg

"Ah, btw gue baru tahu kalo Candra anaknya bisa so sweet juga. Mana selalu nganterin gue kemana-mana. Ngetraktir gue. Beliin ini beliin itu. Mana cheesy pula. Uh, gemush"

Rio terdiam mendengarkan curhatan Qila. Apalagi ini? Qila dan Candra pacaran? Ia sebenarnya senang-senang saja. Tapi, ini masalah hubungannya dengan Candra. Rio hanya khawatir jika Qila tahu semua perbuatan Candra, hubungan mereka bisa renggang. Rio tidak mau melihat Qila sakit hati.

"Oh, gitu. Selamat yah" ujar Rio dengan nada semangat yang sebenarnya dipaksakan.

"Hihihi,, okay. Tapi lo harus cepetan sembuh, okay? Biar gue bisa traktir lo. Anggap aja PJ" ujar Qila sembari mengedipkan matanya. Rio hanya mengangguk.

Really [Lokal Vers] (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang