24

162 8 0
                                    

Varo memasuki RS dengan terburu-buru. Nafasnya tersengal karena berlari dari parkiran hingga ke dalam RS.

Brakk!!

"RI KAMU GA-"

"-Hah? "

Varo terbelalak kaget. Bagaimana tidak? Ia melihat Adiknya dalam keadaan baik-baik saja. Ya, walaupun wajah yang tampak sembab.

"Hah? Gimana bisa? Bukannya- " lidahnya kelu untuk berbicara saat ini.

Senyum terpatri manis dibibir Adiknya, Rio.

"Boom, kamu tertipu, Bang!"

Varo ternganga tak percaya. Ia masih tak percaya dirinya baru saja ditipu adiknya. Ia mendekati Rio kemudian menjewer telinganya.

"Awwhh, sakit Bang!!~~" rajuknya.

"Rasain! Ini bahkan ga sepadan sama apa yang Abang rasain tadi! Gimana kalo tadi Abang kecelakaan lagi ditengah jalan? Abang amnesia lagi? Mau? " omel Varo.

"Ampun Mak! Ampuni anakmu ini" goda Rio sembari sedikit membungkukkan tubuhnya.

Pletak!

"Awhh, Bang!! " pekiknya.

"Rasain! Siapa suruh nakal! " Varo membalikkan tubuhnya membelakangi Rio, merajuk.

Tes

"Bangh~~"

"Astaga, Ri?! Woey Ro! Adik lo kenapa-napa woey! " Varo pun berbalik.

"Astaga! "

Tes tes

Air mata lolos turun dari mata indahnya.

Adiknya mimisan.

Dan, ini pasti salahnya....

Jika saja ia tak memukul kepala adiknya....

Ini semua takkan terjadi.

"Elah, pake bengong segala. Sadar woey! Cariin tissu kek! Mimisannya kaga berenti anjiirr!! " umpat Andra kesal.

"Eh? Sorry. Pake ini aja" Varo menyerahkan saputangannya.

Andra sigap mengambil saputangan itu kemudian menutup hidung Rio. Tentunya setelah melepaskan nasal canulanya. Nasal canula? Jangan bilang kalian melupakannya?

Varo menatap miris nasal canula yang kedua lubangnya dipenuhi darah. Kemudian mengalihkan pandangannya kearah adiknya yang kesulitan bernafas.

"Inget napas, Ri. Pake mulut aja gapapa. Jan lupa napas. Napasnya pelan-pelan aja, jangan panik" peringat Andra.

Matanya lagi-lagi memanas, melihat Adiknya yang sangat terlihat kesulitan bernafas, sementara Andra berusaha menjepit hidung Varo agar berhenti mimisan.

'Maafin Varo, Yah. Varo emang ga becus jagain Rio'

☜☆☞

Varo menatap sendu adiknya yang tertidur dengan master oksigen yang hampir menutupi seluruh wajahnya.

Ya, setelah mimisan hebat tadi, pernafasannya sedikit menurun hingga perlu dipakaikan masker oksigen. Tenanglah, alat itu akan segera diganti ketika waktunya.

Varo menggenggam tangan adiknya yang dingin. Wajah adiknya semakin menirus dari yang terakhir kali ia lihat. Tangannya yang biasanya cukup berat ketika diangkat, sekarang seringan bulu. Kondisi adiknya tidak bisa dikatakan baik-baik saja.

"Maafin Abang, Dik. Jangankan nyembuhin kamu, jagain kamu aja Abang lalai. Karena itu, kamu harus bertahan, oke? Jangan kalah sama penyakit kamu! Kamu kuat! Abang tahu itu! "

Really [Lokal Vers] (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang