23

148 10 0
                                    

Flashback on:

Seorang anak kecil nampak duduk nyaman dipelukan sang Ayah. Sesekali kepalanya diduselkan ke dada bidang milik Ayahnya.

"Ayah. Rio suka pelukan Ayah. Hangat" tutur anak usia 6 tahun itu.

Sang Ayah hanya tersenyum gemas kemudian mengelus pucuk kepala putranya.

"Oh ya? Kalo pelukan Mama? Bang Varo? " goda sang Ayah.

"Ayah yang terbaik!! "  ujar anak itu sembari menyandarkan kepalanya ke dada bidang sang Ayah.

Sang Ayah kembali tersenyum. Tangan kanannya mendarat di kening putra kecilnya.

"Demammu udah turun, nak. Syukurlah"

"..."

"Ri? Udah tidur kah? " tanya sang Ayah ketika merasakan putranya tak merespon.

"..."

Sang Ayah lagi-lagi hanya tersenyum. Ia bangkit kemudian mengangkat putra kecilnya keatas ranjang. Dibenarkannya selimut putranya, menutupinya dengan baik agar tidak terlepas lagi. Setelah itu, mengecup sayang kening putranya yang lepek karena keringat.

"Sleep well and good well soon, dear... "

Ceklek

"Rio masih tidur, Yah? " suara itu memasuki Indra pendengarannya sesaat ia baru keluar dari ruangan itu.

"Hm, Rio udah lebih baik sekarang. Tadi sempet kedinginan, jadi Ayah peluk. Selebihnya baik-baik aja kok. Abang tenang aja"

"Yah? Boleh Varo masuk? "

"Masuk aja, nak. Sekalian jagain Adikmu bentar. Ayah ada urusan sebentar. Pelan-pelan, ok? Kasian Adikmu baru aja tidur" pesan sang Ayah. Varo pun mengangguk patuh.

Ceklek

"Ri? Masih tidur? " tanya Varo pelan.

"Eungh, Bang? "

Senyum tersungging manis dibibir Varo. Menampilkan gigi kelincinya yang menggemaskan.

"Kenapa, Dik? Ada yang sakit? Kepalamu pusing? " tanya Varo beruntun.

Rio menggeleng pelan. Jari mungilnya menunjuk infus yang menghiasi telapak tangan mungilnya yang sedikit membiru.

"Ini sakit, Bang"

Varo terdiam kemudian mengusap pelan rambut adiknya. "Abang elus aja, mau kan? "

Rio mengangguk lucu.

Varo kemudian mengelus pelan telapak tangan adiknya yang diinfus. Berusaha menghindari alat itu, dan tidak menekan tangan adiknya terlalu keras agar tidak kembali rewel sepertinya sebelumnya.

"Nah, tidur lagi yuk. Abang temenin ampe tidur"

"Nyanyiin lagu Bang! "

"Lagu apa? "

"Yang 'Ai drim - Ai drim' itu! "

"Yang benar itu 'I Have a Dream' "

"Nah, itu. Cepat nyanyiiin, Bang! "

"Ya udah. Tapi abis itu tidur, yah? "

"Hn"

"I have a dream...

A song to sing...

To help me through...

With anything...

Really [Lokal Vers] (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang