15

140 8 0
                                    

Hey, yo! :v

Tiiin tiin tiiin

"RIOOO!!"

Cliiiiitttt

Brakkk!!!

Sebelumnya ada pengendara motor yang mengendarai motornya ugal-ugalan. Untung saja sebelum motor itu mengenai Adiknya, Varo segera menarik Adiknya menghindar dari kecelakaan itu.

"Bang? "

"Kamu gapapa, kan Dik? " tanya Varo cemas.
Varo hanya menatap Abangnya sendu.

"Bang... "

"Kamu gapapa, kan? " ulang Varo sembari memerhatikan setiap inci tubuh Adiknya. Ia juga mengecek nadi Adiknya kemudian menyadari irama jantungnya yang berdebar tak beraturan.

"Kamu kambuh lagi keknya. Gak sesak, kan? " tanya Varo khawatir. Yang ditanya hanya terdiam dengan wajah memucat.

"Ayo ke Rumah Sakit. Kali ini ga pake penolakan!" paksa Varo lalu menarik Adiknya yang hanya pasrah.

☜☆☞

Ceklek

"Masuklah, Ri" titah Varo.

Rio hanya bisa pasrah dan masuk ke dalam mobil. Tak selang lama, Varo pun duduk di kursi kemudi.

"Nah, ayok pasang sabuk pengaman mu" Varo memasangkan seat belt untuk Adiknya kemudian untuk dirinya sendiri.

"Kita berangkat, oke? "

"Bang... "

"Ya? "

"Keknya gausah pergi sekarang deh, Bang. Perasaanku ga enak. Lagi pula dia udah normal kok! Gak sesak lagi! "

"Hey, itu cuman perasaanmu aja. Abaikan aja. Jan mikir macam-macam. Harap aja kita selamat diperjalanan" hibur Varo.

"Ta-tapi, Bang-"

"Kita berangkat!! Cuss!! " potong Varo.
Varo pun menyalakan mesin mobilnya, kemudian mengarahkannya menuju ke RS.

☜☆☞

Rio terlihat gelisah dalam duduknya. Sesekali ia menatap cemas keluar jendela atau kearah Abangnya yang sedang menyetir.

Perasaan nya sangat tidak enak kali ini. Ia merasa ada sesuatu yang akan menimpa mereka.

"Bang, please. Lain kali aja. Perasaanku ga enak" bujuk Rio dengan nada gusar.

"Nggak, Ri! Kalo ga sekarang kapan lagi coba! Abang cuman gamau kamu kenapa-napa kalo telat" tegas Varo.

Rio hanya menghela nafas kemudian tetap menatap keluar jendela mobil, mewaspadai sesuatu.

Tuk Tuk

"Eh, Bang? RS-nya dah lewat tuh. Kok ga berenti? " tanya Rio heran.

Varo tak menjawab, hanya fokus ke rem nya yang tidak berfungsi normal.

"Remnya Blonk, Ri " ujar Varo panik.

"Hah? Serius, Bang? Gi-gimana dong? " tanya Rio mulai panik.

Varo fokus ke remnya. Menginjak nya keras berharap kalau mobil yang mereka tumpangi berhenti.

TIN TIN TIN

"BANG!!! DIDEPAN ADA MOBIL!!! "

CLIITT !!!

BRAKKK!!!

☜☆☞

Prang!

"Astaga! "

Sabina, pelaku pengrusakan gelas barusan, terdiam. Perasaannya tiba-tiba tak enak kali ini. Apa yang barusan terjadi?

"Ma? Mama gapapa, kan? Kok bisa pecah, sih? Mama ga kena pecahannya, kan? " tanya Fairuz yang kebetulan ada dirumah.

"Mama gatau, Ruz. Perasaan Mama ga enak" ujar Sabina dengan tangan yang bergetar.

Kriiiing!!! Kriiing!!!

"Ma, ada yang nelpon"

Fairuz kemudian mengangkat telepon yang masuk.

"Halo? "

"....."

"Iya, benar"

"...."

"Apa?! Kalian tidak main-main, kan?! "

"....."

"Ah, Terima kasih. Maaf sudah membentak tadi"

"....."

"Iya, kami akan kesana"

Tuut tuut tuut

"Siapa itu, Ruz? " tanya Sabina.

"Ma, Bang Varo sama Rio kecelakaan! Trus tempatnya ga jauh dari RS tempat Bang Varo kerja" jelas Fairuz.

Bruk

Sabina jatuh merosot kelantai. Air mata dengan deras turun dan mengajak sungai di pipinya.

"Kenapa ini terjadi Tuhan? " lirihnya pilu.

☜☆☞

Cliit cliit cliit

Suara decitan sepatu yang bergesekan dengan lantai marmer RS terdengar sangat terburu-buru.

"Bina, Fairuz, bagaimana keadaan mereka? " tanya Haris, yang kemudian disusul dua remaja dibelakangnya.

"Bang Varo masih di operasi didalam, Pa" jawab Fairuz seadanya.

Sabina? Jangan tanyakan. Dia terlihat sangat kacau sekarang. Bahkan celemeknya masih ia pakai sampai sekarang. Lelehan air mata masih mengalir dari kedua mata indahnya. Benar-benar terlihat kasihan.

Ceklek

"Bagaimana keadaan putra kami, Dok? " tanya Haris sigap ketika melihat dokter keluar dari ruang operasi.

Dokter itu menghela nafas panjang dan berat.

"Maafkan kami tetapi, putra anda.... "

"...."

"Putra kami kenapa, Dok? " tanya Haris yang tak sabaran.

"Maafkan kami, tapi.... "


















"....."

"Pak Dokter! Berhenti menggantung ucapan anda! " peringat Candra emosi.

"Ah, maafkan saya. Tapi, putra anda...."











".....mengalami...."
















"....amnesia"



Tbc

Hayoloh, kecelakaan beneran, kan? :v

Really [Lokal Vers] (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang